Rabu, 11 Agustus 2010

2 Ramadhan: Doa Berbuka, Mestikah Diganti?

Pesan sponsor:
Hadits diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib R.A, Rasullullah SAW bersabda; Siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke-2: Allah swt memberi pengampunan kepadanya dan kepada kedua orang tuanya jika keduanya mukmin (orang yang beriman)

-----

Sodara-sodara! Tahu tidak, ternyata doa berbuka puasa yang "Allahumma laka shumtu wa bika amantu.. " itu sumber hadisnya lemah loh!

yang benar itu ini:
Dzahabdh-Dhama-u wab-Talatil-'Uruuqu wa Tsabatal-Ajru Insyaa Allaah
(Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala insyaa Allaah)

Dalilnya ini:


Dari Ibnu 'Umar : Adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan :

Dzahabdh-Dhama-u wab-Talatil-'Uruuqu wa Tsabatal-Ajru Insyaa Allaah
(Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala insyaa Allaah)"

(HR. Abu Dawud no. 2357, Nasa'i 1/66, Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini hasan, Hakim 1/422, dan Baihaqi 4/239; dan Syaikh Al-Albani menyetujui apa yang dikatakan Ad-Daruquthni).

Sumber: Indonesian Community

Wuaduuuuuh..
trus kenapa selama bertahun-tahun kita diajarinya yang "Allahumma laka shumtu ya..?"
kan susah kalau mesti ganti sekarang..

bagaimana ini?
menurut kalian gimana?

2 komentar:

  1. kalo lemah bukan berarti salah kan, hadist dibagi2 ada yang shahih, dhoif ma hasan

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum Wr.Wb.
    saya setuju dengan komen sebelumnya, "lemah bukan berarti salah"..sebelum kita kembali kepada suatu hadits,alangkah baiknya bila kita memahami apa aja yang menyebabkan suatu hadits digolongkan kedalam hadits shahih,hasan maupun dla'if. diantaranya ialah bisa dari sanadnya,atau juga lafadz/matan hadits tersebut, atau juga bisa dilihat dari hadits-hadits lain yang konteksnya sama, misalnya, suatu hadits(A) digolongkan sebagai hadits dla'if,hal ini misalnya karena perawinya yang tergolong rawi dla'if,tapi kemudian suatu hadits lain dengan konteks/matan yang sama dengan hadits(A) tergolong pada hadits hasan misalnya,maka hadits(A) dapat dikatakan sebagai hadits yang hasan bighairihi. begitu sepengetahuan saya..lagipula,mengamalkan hadits dla'if tu gada salahnya selama tidak bertentangan dengan kewajiban,yang salah mah gak beramal,hehe...
    Oiya,lagipula,Rasulullah SAW kan hidup selama 63 tahun,ya kalau mulai kenabian mah 38 tahun.coba kita hitung misalnya setahun 360hr.38x360=13680 hari,13680x24=328320 jam.Nah,yang namanya hadits kan segala ucapan/perbuatan bahkan sikap Rasulullah SAW.kira-kira,perlu berapa hadits untuk meriwayatkan seluruh ucapan,perbuatan bahkan sikap Rasulullah?
    Oiya,dla'if kadang juga karena matan hadits (muluk-muluk)amal sedikit tapi dijanjikan pahala yang saaaangaaat besar.tapi,bukankan tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT untuk memberikan pahala?sebesar apapun?kan Allah SWT MAHA pemurah,...
    WALLAAHUA'LAM BISHSHAWAAB
    "dihyahgunalloh@gmail.com"
    Wassalamualaikum Wr.Wb.

    BalasHapus