Minggu, 27 September 2015

Gombalan of the Day

Seorang penjual cuanki sedang melayani pembeli di samping rumah.

Sumber : Kaskus

Me : You don't want to buy cuanki?
Husband : *geleng-geleng*
Me : You don't like cuanki?
Husband : Not really.
Me : What do you like?
Husband : Batagor.
Me : Do you know what I like?
Husband : Of course.
Me : What do I like?
Husband : Cilok.
Me : Xixixi.. Do you know what I like? What I like is...

Me : I like YOU.. *wink-wink

Husband : .... *krik krik krik*

NB:
Abaikan grammar yang berantakan karena kalau ga berantakan ga akan jadi gombalan.
Hahaha

Selasa, 15 September 2015

Ketika Engkau Sahur

Senin, 14 September 2015

Dear Sayang,
Terimakasih untuk kupat tahu dan segelas air minum yang kamu berikan padaku saat sahur tadi pagi.

Sesungguhnya aku merasa bersalah.
Seharusnya akulah yang menyajikan untukmu makanan dan minuman.
Kan kamu yang puasa. Aku tidak.

Maafkan aku,
yang belum sempurna menjadi istri yang baik bagimu...

Minggu, 13 September 2015

Tiga Harapan untuk Polantas Idaman


Salah satu risiko hidup di kota besar adalah harus maklum dengan banyaknya pengguna kendaraan yang sering menyebabkan jalanan macet. Polisi lalu lintas (polantas) pun harus bekerja keras menghadapi berbagai tantangan agar frekuensi kemacetan bisa diminimalisir dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengendara.

Seperti apa Polantas idaman masyarakat? Berikut versi saya:

Pertama, menggunakan teknologi.
Seiring kemajuan teknologi saat ini, ada beberapa aplikasi yang bermanfaat untuk pengguna jalan raya terutama untuk menghindari macet. Informasi lalu lintas yang didapat dari pengguna jalan raya ini tentu dapat juga digunakan oleh Polantas untuk mengetahui titik-titik kemacetan atau ‘mendengarkan’ laporan masyarakat tentang kondisi jalanan.

Kedua, cepat tanggap.
Dengan dukungan teknologi berupa berbagai aplikasi serta melakukan monitoring media sosial, diharapkan Polantas dapat merespon dengan tanggap jika kemacetan mulai terjadi. Meskipun terkadang butuh waktu untuk mengurai kemacetan, kehadiran polantas yang lebih cepat akan ‘menenangkan’ masyarakat.

Ketiga, sabar.
Menghadapi kemacetan membutuhkan kesabaran yang besar. Tak hanya para pengendara, tapi juga para Polantas yang tengah bertugas. Seorang teman pernah bercerita tentang dia yang nyaris mengalami tabrakan. Saat itu jalanan sangat ramai. Polantas tengah menghentikan jalur lain dan mempersilakan jalurnya untuk maju. Saat ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, datang pengendara motor lain dari arah samping (yang seharusnya dalam posisi menunggu) . Kedua motor sama-sama mengerem mendadak. Pengendara motor yang ‘bandel’ itu bahkan terjatuh. Sang Polantas sangat marah. Tentu saja, berani sekali pengendara motor itu melawan instruksi Polantas dan membahayakan orang lain! Meski demikian, saya berharap Polantas tetap menjunjung tinggi kesabaran dan profesionalitas dalam bekerja, dan tidak mudah tersulut emosinya.

Selamat Hari Ulang Tahun Polantas. 

Jaya selalu Polantas Indonesia!