Selasa, 27 September 2016

Review Novel Milea, Suara Dari Dilan

Sudah lama sekali saya tidak membaca karya Pidi Baiq. Dulu saya suka baca Drunken Mama, Drunken Molen, dll yang membuat saya mengenal Pidi Baiq sebagai penulis yang unik. Belum pernah saya nemu buku yang gaya bahasanya seperti beliau. Dari segi cerita juga buat saya lumayan bikin mikir, ini kisah nyata apa ngarang ya? Ceritanya dekat dengan kehidupan sehari-hari tapi kok ngaco gini? Hwkwkwkw..

Pertama kali saya tahu Pidi Baiq mengeluarkan novel Dia adalah Dilanku Tahun 1990, saya surprised. Jenis novelnya fiksi. Ceritanya akan panjang. Ga mungkin jalan ceritanya ngaco kan? heuheu.. 

Saya tahu novelnya best-seller. Saya jadi penasaran tapi belum rezeki saya untuk membacanya. Eh tapi ternyata Allah ngasih saya kesempatan untuk baca buku ketiga serial Dilan ini yang berjudul Milea; Suara Dari Dilan
 

Saya baru tahu kalau adik saya sudah membaca buku ini dan 2 buku sebelumnya. 

Saya tanya padanya, "Buku ini nyambung ga sama buku-buku sebelumnya?"
"Nyambung sih.." jawabnya.
"Kalau aku baca Milea tanpa baca dulu buku sebelumnya, bakal ngerti ga?"
"Cobaiiin.."

Well. dipikir-pikir ga ada salahnya juga. Kalau saya ga ngerti, bakal saya jadikan bahan kritikan. Wahahahaha..

Eh tapi setelah selesai membacanya, saya cukup mengerti ceritanya.


Tentang Mantan
Menurut saya, novel ini isinya tentang kenangan dengan mantan. Hahaha..
Yang belum move on dari mantan kayaknya bakal baper baca novel ini.

Dengan sudut pandang seorang remaja laki-laki bernama Dilan, novel ini mengisahkan tentang lika liku hubungan asmaranya dengan Milea Adnan Hussain  Panggilannya Lia. 
*Ih mirip saya nih namanya. Kalau saya (Sinta)Milia binti Husin. #abaikan

Alurnya mulai dari pertama kali kenal, pedekate, pacaran, konflik, putus, sampai move on.
Klise? Ya kalau lihat alurnya saja. Tapi ada beberapa hal yang membuat novel ini istimewa dari novel-novel percintaan remaja yang biasa.

Hal-hal istimewa itu antara lain:

Lucu
Ini novel serius sebenarnya. Tapi celetukan-celetukan Dilan yang khas Pidi Baiq itu bikin saya ketawa ketiwi saat membaca. Di dalam novel disebutkan kalau Pidi Baiq dan Dilan itu orang yang berbeda. Tapi karena saya pernah baca gaya bahasa Pidi Baiq, saya selalu bayangin kalau Dilan itu ya Pidi Baiq. Entahlah apakah ini kekurangan ataukah nilai plus.

Sudut pandang orang pertama, laki-laki.
Entah apakah ini fakta atau saya nya aja kurang banyak referensi buku, tapi saya jaraaaaaaang sekali menemukan ada novel fiksi yang mengambil sudut pandang pertama cowok. Kalaupun ada, tidak 100% sepanjang novel, melainkan gonta ganti sudut pandang dengan tokoh perempuan. Mungkin malah ini yang pertama bagi saya. Saya jadi tahu bagaimana perasaan dan pikiran cowok saat jatuh cinta, kecewa, sedih dan patah hati.

Bandung Banget!
Anak muda Bandung jaman dulu atau jaman sekarang pasti akan merasa relate banget sama setting lokasi di novel ini. Begitu pula bahasa sunda gaul yang banyak saya temukan.

Pesan Moral
Buat saya sih, pesan moral novel ini cukup kuat dan tersurat. Bahwa sebaiknya kita tidak berprasangka (buruk). Bahwa menghindar bisa jadi sesuatu yang akan kita sesali. Bahwa bila kita cukup cerdas dan bijak untuk membangun komunikasi, bisa jadi segalanya akan lebih baik. 


This is really a must-have book! ^^
 
Buku ini bisa dibeli secara online di www.mizanstore.com. Kalau mau versi ebook, bisa didownload dari Google playstore.

Eh ada satu lagi yang lupa saya sebutkan bahwa saya juga suka novel ini karena Dilan suka membuat puisi dan puisinya banyak ditampilkan di sini. Ini salah satu favorit saya:


MENEMBUSMU
Setiap hal ketika aku menunggumu
waktu berjalan menjadi lebih lambat untukku:
Malam berjalan lebih lambat
siang berjalan lebih melambat,
Jam dinding bergerak lebih lambat,
usia bertambah lebih lambat
Di saat mana jantungku berdetak lebih cepat
melebihi kecepatan cahaya
oleh keinginan bertemu denganmu
(Dilan, 1991)

Data buku
Judul : Milea; Suara Dari Dilan
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Jumlah halaman: 360 hal
Didistribusikan oleh Mizan Media Utama

 




Sabtu, 24 September 2016

Dear Customers yang Butuh Urgent, Segeralah Pergi ke Pasar!

Wew, judul macam apa itu? Jelek amat. Hahahahahaha..

Ini adalah postingan curhat dari seorang owner OLshop yang telah melayani ratusan konsumen dan menemukan bahwa ada beberapa konsumen yang sepertinya belum paham bahwa jika mereka butuh urgent akan suatu barang, sebaiknya beli di pasar. Bukan beli secara online

Jadi begini ceritanya..

Beberapa hari yang lalu, ada yang chat saya di WA. Foto profilnya sih cowok. Tapi dia nanyain gamis. Saya bingung apakah ini seorang perempuan yang lagi majang foto kekasihnya? Ternyata bukan. Yang chat saya memang seorang cowok yang sedang ingin membelikan gamis untuk calon istrinya. Owh so sweet...

Jihan the Best Seller Dress | WA 088210862289


Ngobrol-ngobrol-ngobrol, terjadi transaksi. Dia transfer di malam hari. Saya katakan gamisnya akan dikirim besok dengan JNE YES karena ia bilang butuh cepat. Ia setuju.

Semua tampak cukup lancar sampai besok siangnya dia bertanya, "Sudah dikirim mbak?"

Saya jawab santai, "Nanti sore ya Mas, dikirim bareng paket-paket yang lainnya."

"Loh, kok sore mbak? Kan saya mau ngasih kadonya hari ini?"

Krik. Krik. Krik.

*tarik nafaaas... hembuskaaan..*

"Mas, kalaupun dikirim tadi pagi, tetap akan sampai besok." jawab saya.

Dia tidak percaya. Dia sangat yakin kalau saya mengirim pagi, dia akan menerimanya di sore hari. Oiya FYI, pengiriman dari Tasikmalaya dan tujuannya adalah Bekasi.

Saya pun lalu googling, dan akhirnya memberikan screenshot ini padanya.

Maaf lupa sumbernya -___-'


Saya katakan bahwa jika ingin sampai di hari yang sama, ada layanan Super Speed yang mana tarifnya untuk Tasikmalaya-Bekasi adalah 228 ribu.

Dia ga komentar.

Kemudian entah kesambet malaikat dari mana, saya bilang, "Mau dicancel aja?"

Separuh hati saya langsung merasa menyesal. Bagaimana tidak? Uang yang ia transfer sudah saya serahkan pada supplier. Tentu tidak enak kalau saya minta supplier mengembalikan uangnya. Ini bukan salah supplier. Plus saya tahu persis rasanya direpotkan refund padahal kesalahan bukan pada di kita.

Saya harus mengembalikan uangnya dari kantong saya sendiri.
Dan memang itulah yang terjadi.
Saya minta supplier membatalkan pengirimannya (untung masih bisa) dan saya katakan uang saya jadi deposit saja di sana.

Sedih, kecewa, kesal, pasti. Tapi ya sudahlah. Namanya bisnis pasti banyak petualangannya.
Ya.. siapa tahu nanti deposit itu bisa jadi gamis buat saya pribadi. AAMIIIIN YA ALLAH.


Nah, itu cerita pertama.

Cerita kedua terjadi Kamis (22/9) lalu. Ada seorang konsumen membutuhkan baju ihram anak untuk dipakai di kegiatan manasik haji KEESOKAN HARInya.

WHAAAT!

Memang sih dia lokasinya satu kota sama supplier.
Memang sih bisa pake JNE YES.
Memang sih dipakainya siang, ba'da jumatan.
Tapi bagi saya ini sangat amat beresiko.

Alhamdulillah kalau paketnya sampai keesokan paginya, sebelum jumatan.
Bagaimana kalau sampainya jam 7 malam?

Benar dengan JNE YES bisa sampai besok. Tapi ga ada yang tahu JAM BERAPA paketnya akan sampai.

Singkat cerita, saya inisiatif kirim pake Gojek. Untunglah supplier juga kooperatif dan punya kode promo. Customer bayar ongkir 9 ribu untuk JNE YES, saya tambahkan 15 ribu demi bisa ngirim pake Gojek.

Thank you, Gojek!

Suami bilang gimana saya bisa kaya kalau terlalu baik hati seperti itu. Heuheu..

Dear suami, Alhamdulillah meski kirim pake Gojek, saya masih dapat profit. Gak rugi.
Yang penting saya dapat KETENANGAN HATI.

Ya, saya memang suka galau kalau konsumen butuh segera tapi pengiriman paketnya lama.

Kayak gini:


Itu pakai JNE YES.
Jam 5 sore belum sampai.
Pas konsumen (dan saya) tracking nomor resi di web JNE, tulisannya not found.
Kayaknya supplier salah ketik nomor resi tapi saya gak bisa menghubungi supplier karena sudah di luar jam kerja.

STRES ya ALLAH

Ba'da maghrib saya solat hajat. Ba'da isya solat hajat lagi. Baru kali ini saya 2x solat hajat dalam rentang waktu 2 jam. Doanya satu saja: mohon agar paket beliau segera sampai.



Allah memang Maha Mengabulkan doa hamba-Nya :') :') :')


Dear customers, mohon maaf...
Kalau butuh cepat barangnya, please segera ke pasar terdekat.

Saya beneran gapapa kok kalau gak beli di saya.
Saya ga mau ketika Anda butuh baju untuk tanggal sekian, ternyata di tanggal itu belum sampai.
Saya ga mau Anda kecewa.

Coz your satisfaction is our priority
*gombal*


Happy Shopping ^^



Rabu, 21 September 2016

Blogwalk to Rumah Maya Kania

Alamaaak..
Satu bulan gak update blog itu ternyata rasanya gak enaak. Frekuensi blogwalking juga menurun. Harusnya jalan-jalan ke Rumah Maya Kania itu 1-15 September. Nyatanya baru sekarang bisa blogwalking. Bener-bener harus lebih pinter curi waktu. Untunglah Mbak Kania gak jitak saya untuk keterlambatan ini. Heuheu..

So,
Kali ini saya jalan-jalan ke blognya Mbak Kania Ningsih. Ibu dua anak ini sangat produktif menulis. Ia aktif mengelola beberapa blognya seperti www.rumahmayakania.com dan www.petualanganzara.com. Ia bahkan punya blog khusus buku dan blog khusus masakan! Wow.

Di postingan ini saya review yang Rumah Maya Kania saja ya ^^

Begitu mendarat di blognya, saya menemukan sebuah blog dengan template simple khas platform Blogger yang nyaman di mata. Dengan warna dasar putih, background motif dengan nuansa warna marun, serta tampilan 2 kolom dengan sidebar di sebelah kanan, blognya tampak rapi. Tak ada widget-widget berlebihan yang membuat mata terdistrak.



Seperti biasa, yang saya buka pertama kali adalah halaman tentang yang punya blog. Membaca tentang kegiatannya sehari-hari, komentar pertama saya adalah.. waaah enaknya bisa nulis sepuasnya saat anak-anak sekolah. Semoga suatu hari nanti bisa seperti itu. Sekarang sih, saya cuma bisa nulis kalau Kakang (23 bulan) bobo aja. Huhuhu..

Melihat banyaknya karya buku, beberapa penghargaan dan prestasinya dalam aneka lomba blog, saya melihat bukti bahwa semakin banyak kita menulis, maka akan semakin terampil, semakin bagus tulisannya.

Tulisan-tulisannya begitu renyah dibaca. Beberapa postingan yang saya baca adalah ini:

Habis Galau Terbitlah Buku (25 Mei 2014)
Judulnya bikin penasaran. Apakah kalau saya mau nerbitin buku musti galau dulu? Heuheu
Eh tapi kalau ga salah, Raditya Dika pernah bilang sih, bahwa bahan untuk menulis itu baginya adalah kegelisahan. Sesuatu yang saking bikin galau, harus ditulis biar lega. Ternyata Mbak Kania juga pernah membuat buku yang tercipta dari luapan perasan galau.

Kapan Nulisnya? (14 September 2016)
Nah iniiii! Ini nih yang saya butuhkan. Kesibukan sehari-hari bikin jadwal nulis blog jadi keteteran. Jadi saya mesti nyontek Mbak Kania nih. Ternyata Mbak Kania punya beberapa prinsip untuk menjaga konsistensi ngeblog. Yang pertama harus fokus. Istirahat jualan online dan keluar 2 grup Whatsapp.
Wuaaah ini saya belum bisa. Justru saya maunya fokus jualan. Dan soal grup.. hemm.. saya malah baru nambah 2 grup WA lagi. Hahahaha...
Eh tapi salah satu grup itu untuk mendorong ngeblog juga kok. Semoga beneran jadi lebih sering nulis blog bukannya mantengin WA mulu ;p

Selain fokus, Mbak Kania juga menguatkan niat dan melakukan manajemen waktu yang baik.
Setuju banget saya. Saya pernah ingin nyerah ngeblog. Tapi saya gak bisa. Saya terlanjur memandang diri saya sebagai seorang blogger dan gak mau 'resign' jadi blogger *niat apaan nih?

Well, pulang dari Rumah Maya Kania, bertambah lagi satu blogger yang perlu saya jadikan contoh. Bahwa menjadi ibu rumah tangga yang sibuk janganlah jadi alasan untuk tidak produktif menulis. Bukankah saya sendiri sudah merasakan bahwa menulis (ngeblog) justru berfungsi untuk menjaga kewarasan di tengah hiruk pikuk peran sebagai istri dan ibu?

Kuncinya adalah fokus. niat dan manajemen waktu.*Jangan hanya dicatat, Sinta, ingat dan praktekan yaaa..!

Terimakasih untuk inspirasinya, Mbak Kania.

Keep writing, keep inspiring ^^