Jumat, 22 Mei 2020

ANJING!



Kakang sedang main game di laptop ketika kami mendengar dia berseru, "ANJIIIIIING!"

Semua orang kaget.

"Kok Kakang ngomong gitu?" tegur saya dengan nada dibuat se-selow mungkin.

Sementara itu Abinya langsung menghampiri Kakang. Dia tidak ngomong apa-apa. Tapi sepertinya melakukan sesuatu pada Kakang yang membuat Kakang membela diri, "Ini ada anjing beneran!" dan 10 detik kemudian Kakang menangis.

"Hei, kenapa Kang? Kok malah nangis?" tanya saya.

"Aku tuh bukannya ngomong bahasa (kasar).." jawabnya sambil berderai air mata.

"Oh gitu. Heuheu.. Yah, begitulah Kang kalau di tanah Sunda. Kalau kita di Medan mah engga apa-apa."

Om nya Kakang juga tertawa dan menimpali, "Kalau di Batam, ga ada yang peduli."

"Lain kali kalau ngeliat anjing, bilang aja 'It's a dog!' gitu ya Kang.." tutupku.

---

Kata "Anjing" di tanah sunda itu unik pemaknaannya.

Kalau dikatakan oleh anak kecil, maka anak itu akan dicap tidak sopan, kurang ajar, bahkan bagi yang didikannya ekstrim, mulut si anak bisa dijejali cabe. 

Tapi kalau anak tsb laki-laki, berusia di atas 15 tahun, mengucapkan kata anjing (pada temannya, bukan pada hewan), maka itu adalah tanda keakraban. Contohnya, "Si anjing!" atau agak diperhalus jadi, "Si anying, dasar!"


Menjadi dilema bagi saya yang sehari-hari berbahasa Indonesia dan menganggap bahwa sah-sah saja kalau Kakang menyebut binatang berkaki 4 pemakan tulang ini sebagai anjing. Silakan cek di KBBI, Kakang menggunakan bahasa yang benar.

Saya memang tak pernah mempermasalahkan Kakang saat dia menyebut kata anjing, selama yang ia maksud memang hewan anjing. Toh Kakang tidak pernah mengumpat.

Yang gak boleh itu kan mengumpatnya toh?

Tapi ya sudahlah..

Pepatah bilang, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Jadi Kang, next time kamu melihat anjing, bilang aja dalam bahasa sunda "Gog-gog!" atau english sekalian ya. Heuheu


Pict by Canva