Sumber: Status Facebook Fikry Fatullah |
Beberapa peristiwa berikut terjadi pada orang-orang yang
saya kenal.
Teman A mendapatkan proyek pembuatan sebuah aplikasi. Kalau
lancar, A akan mendapatkan komisi 1 juta. Baginya, itu uang yang sangat
lumayan. Ia yakin akan mendapatkannya. Sayangnya, ternyata aplikasi tersebut
agak rumit dan A tidak berhasil menemukan orang yang bisa membuatnya, sampai
akhirnya proyek tersebut dibatalkan. Bagi A, uang sejutanya melayang. Ia sangat
kecewa.
Teman B sudah berpacaran kira-kira 3-4 tahun. Long Distance
Relationship. Cowoknya sudah melamar. Saat persiapan hari H, sang cowok
membatalkan pertunangan. Beberapa bulan kemudian, sang cowok menikah dengan
perempuan lain. Nyesek!
Teman C hamil. Ia sangat bahagia. Betapa tidak, ia sebenarnya
sulit hamil. Haidnya tidak teratur dan sel telurnya kecil-kecil. Dunia yang
indah itu berakhir pada minggu ke 24. Tanpa pertanda apapun, mendadak ia tidak
merasakan gerakan janin. Saat diperiksa, janinnya dinyatakan meninggal dalam
kandungan. Baginya dunia seolah runtuh. Betapa hancur hatinya.
Teman D dianugerahi kehamilan segera setelah menikah. Ia
bertamu ke rumah saya mungkin saat kandungannya berusia 1 bulan. Waktu itu
belum terlihat hamil. Pertemuan kami berikutnya adalah di rumah sakit, saat
saya menjenguk dia yang habis melahirkan secara Caesar. Sebenarnya belum
waktunya ia melahirkan, karena usia kehamilannya masih 32 minggu. Tapi janinnya
sudah meninggal dalam kandungan karena plasentanya melintir. Bayangkan, 32
minggu! Bayi perempuannya yang cantik tampak sempurna, kecuali detak jantungnya
yang tiada.
Saya sempat merasa ”kesal”, karena Allah ternyata bisa juga PHP
(Pemberi Harapan Palsu).
Ah, tapi bagaimana mungkin kita menyalahkan Allah? Manusialah
yang berharap.
Memang tidak salah untuk kita memiliki harapan. Namun
seringkali kita harus ingat bahwa,
Yang ditakdirkan
menjadi milikmu akan menjadi milikmu.
Yang ditakdirkan bukan
milikmu tidak akan pernah menjadi milikmu.
Teman A ditakdirkan tidak menerima satu juta.
Teman B ditakdirkan tidak berjodoh dengan pacarnya itu.
Teman C dan D ditakdirkan untuk tidak perlu mengasuh anak-anak
sulung mereka, karena Allah sudah menempatkan anak-anak mereka dalam syurga.
Bicara memang mudah. Tapi mari kita sama-sama belajar dan
berusaha untuk tidak menyesali dan meratapi apa yang belum kita dapat. Belum
milik kita. Itu saja alasannya.
Tak perlu juga mengejar berlebihan apa yang ingin kita
dapatkan.
Rezekimu akan sampai padamu.
Note:
Kini saya setiap hari membiasakan diri selalu bersyukur
untuk kebersamaan saya dengan anak (dan suami). Karena saya tidak akan pernah tahu
apakah esok kebersamaan ini masih
menjadi milik kami atau tidak. Kebersamaan dengan keluarga, rezeki juga bukan?
Kebaca lagi postingan sinta yang ini.... temen B positif saya ini mah... hahaha...
BalasHapusGegara insomnia jadi blogwalking ke blog nya sinta dan meninggalkan jejak di beberapa post... hehehe...