Ketika seorang pemuda tak berharta datang meminang, engkau
menerimanya. Penerimaan yang mungkin tidak serta merta, karena logikamu dan
orang-orang yang menyayangimu bertanya, “Apakah engkau yakin dengan dia yang
tak punya apa-apa? Bagaimanakah kehidupan rumah tanggamu nanti?”
Pikiran itu mengganggumu selama beberapa waktu, hingga
kemudian engkau menyadari bahwa ia memiliki hal-hal yang lebih berharga dari sekedar
harta, yang semoga dapat membawamu menuju syurga.
Mungkin engkau menerimanya justru karena ia tak berharta.
Engkau mengagumi keberaniannya melamarmu, di saat para lelaki mapan punya
banyak alasan untuk menunda-nunda pernikahan.
Mungkin engkau menerimanya karena ia begitu shaleh. Ia
dirikan solat di awal waktu, ia kerjakan ibadah sunnah, ia rutinkan tilawah
Al-Qur’an, karena ia sangat tahu bahwa Allah tak akan melihat hartanya
melainkan ketaqwaannya.
Mungkin engkau menerimanya karena akhlak dan budi pekertinya
yang luhur. Ia yang mudah tersentuh dengan penderitaan orang lain, ia yang
gemar bersedekah, ia yang mengulurkan tangan pada siapa saja yang membutuhkan
pertolongan.
Mungkin engkau menerimanya karena ia pekerja keras. Ia tidak
punya uang yang bekerja untuknya, seperti para investor yang tinggal tanam uang
lalu bersantai-santai menikmati uang masuk. Tidak, ia belum bisa seperti itu.
Ia harus mencurahkan tenaganya, pikirannya, keterampilannya,
dan apapun yang sudah Allah karuniakan padanya, untuk ia gunakan mencari
nafkah. Ia mungkin bukan lulusan terbaik sekolah bergengsi yang ditawari gaji
besar di perusahaan A dan B. Ia mungkin tak punya banyak pilihan pekerjaan.
Tapi ia kerjakan apa yang ia bisa semaksimal mungkin, selama itu halal. Hingga
mungkin engkau terkejut melihat betapa tangguh dan kuatnya ia menghadapi beban
pekerjaannya.
Mungkin engkau menerimanya karena ia sabar. Saat tak ada
uang untuk membeli kebutuhannya, ia tak akan marah-marah apalagi melakukan
kekerasan. Di saat orang lain menjadikan rasa lapar sebagai alasan bertindak kejahatan,
baginya lapar hanyalah kondisi sementara. Seperti saat berpuasa, laparnya
mengekang hawa nafsu. Ia hanya perlu sabar dan tetap berikhtiar, serta yakin
bahwa Allah akan menurunkan rezeki pada akhirnya.
Mungkin engkau menerimanya karena ia begitu mencintai dan
menyayangimu sedemikian rupa hingga membuatmu merasa menjadi perempuan
tercantik di dunia. Ia menjaga dan melindungimu dengan berbagai cara yang ia
bisa. Ia mampu menyediakan telinga untuk mendengarkan keluh kesahmu kapan saja.
Ia selalu hadir di saat engkau membutuhkannya. Ia rela berkorban untuk bisa
melihatmu tersenyum dan tertawa gembira.
Mungkin engkau menerimanya karena yakin bahwa Allah akan
mencukupkan rezeki kalian berdua, hingga hilang kekhawatiranmu tentang hidup
berkekurangan. Karena engkau yakin bahwa menjalani hidup ini sebenarnya mudah
saja asal tahu kuncinya:
Berpegang pada tali Allah dan segalanya akan baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar