“Ironis ya, kamu sudah aku nikahi, tapi aku sama
sekali belum pernah menginjakkan kaki di rumahmu. Siapa tahu kan sebenarnya di
sana kamu sudah bersuami atau sudah punya anak 2.” canda suami pada suatu
ketika.
Saya hanya nyengir mendengarnya.
Suami saya memang belum pernah mengunjungi rumah orangtua
saya di Batam, bahkan saat melamar dan menikahi saya.
Loh kok bisa? Begini ceritanya..
Keluarga saya tinggal di Batam. Namun sejak kuliah tahun
2005, saya ngekos di Bandung dan setelah lulus pun memutuskan bekerja di sini.
Tahun 2012, saya berkenalan dengan seorang pemuda bernama
Yoga. Pemuda ini tertarik dan berniat menjalin hubungan serius dengan saya
meski ia baru mengenal saya beberapa bulan. Karena tak ingin pacaran, saya
tantang dia untuk bicara dengan ayah saya.
Ia setuju, lalu menghitung-hitung ongkos yang diperlukan untuk membawa kedua orangtuanya di Sumedang ke rumah orangtua saya di Batam.
Ia setuju, lalu menghitung-hitung ongkos yang diperlukan untuk membawa kedua orangtuanya di Sumedang ke rumah orangtua saya di Batam.
Harga tiket standar Bandung-Batam sekitar 1 juta per orang.
Pergi Pulang 2 juta. Untuk 3 orang (dia dan kedua orangtuanya) total
butuh 6 juta. Hanya untuk tiket pesawat!
Baginya, itu biaya yang mahal. Maklum, ia bekerja di perusahaan kecil yang
minim fasilitas. Ayahnya pun waktu itu adalah seorang penjual kupat tahu dan
bubur ayam. Sangat sederhana.
Saat menceritakan tentang dia pada orangtua saya, tanpa
diduga ibu saya berkata,
“Gak usah ke Batam. Biar Mama dan Papa aja yang ke
Bandung. Insya Allah nanti kami ke Bandung saat pernikahan Teh Ratih.”
Teh Ratih adalah sepupu saya yang tinggal di Bandung.
Keluarga besar kami memang sebenarnya banyak yang di Bandung.
Kenapa orangtua saya di Batam? Karena ayah saya ditempatkan perusahaannya untuk dinas di Batam.
Kenapa orangtua saya di Batam? Karena ayah saya ditempatkan perusahaannya untuk dinas di Batam.
Begitulah, sehari setelah gelaran nikahan Teh Ratih,
keesokan harinya langsung acara lamaran saya. Pernikahan kami 4 bulan kemudian
pun “numpang” di sebuah villa milik saudara di Garut, mengumpulkan seluruh
keluarga besar orangtua saya.
Sampai sekarang, saat kami sudah memiliki anak berusia hampir 8 bulan, suami belum pernah menginjakkan kaki ke
Batam, tempat tinggal orangtua saya. Sedih ya? Heuheu..
Jadi, andai bisa terbang gratis, saya ingin menemui orangtua
di Batam, pertama kalinya bersama suami.
NGAPAIN AJA DI BATAM?
Di Batam nanti saya ingin mengajak orangtua dan suami saya
berjalan-jalan ke Jembatan Barelang, menikmati kelapa muda di Pantai Melur, dan
berwisata kuliner. Karena dekat laut, seafood di Batam lebih fresh dan lebih
bervariasi daripada di Bandung. Saatnya pesta seafood!
TERBANG DENGAN CITILINK
Saya ingin ke Batam hari Jumat tanggal 3 Juli 2015 penerbangan
dari Jakarta pukul 16.00 WIB. Sementara pulangnya hari Minggu tanggal 5 Juli
pukul 14.15 WIB dari Bandara Hang Nadim Batam.
Untuk pemesanan tiket, saya memilih memesan tiket pesawat
Citilink melalui Traveloka App. Kenapa Citilink? Karena harga tiketnya
terjangkau, jarang delay, dan nyaman.
Booking tiket PP Jakarta-Batam-Jakarta via Traveloka |
Rincian harga tiket |
Malam sabtu sepertinya akan menginap di rumah orangtua, agar
mereka puas main dengan cucu. Malam minggu inginnya sih menginap di hotel saja,
biar bisa bulan madu #uhuk.
Saya pilih HARRIS Resort Waterfront karena lokasinya yang tak jauh dari rumah, berada di pinggir pantai, dan salah satu hotel terpopuler di Batam.
Pemesanan hotel juga lewat Traveloka App. Gampang!
Pemesanan hotel juga lewat Traveloka App. Gampang!
Booking hotel via Traveloka |
TRAVELOKA APP, BOOKING TIKET DAN HOTEL CEPAT & MUDAH!
Memesan tiket pesawat dan booking hotel via Traveloka sangat
nyaman meskipun lewat mobile. Dengan adanya Traveloka App, saya bisa pesan
tiket dan booking hotel dari mana saja, kapan saja. Tidak harus buka laptop
dulu. Apalagi laptop saya loading-nya lama #curcol.
Caranya juga mudah. Hanya memasukkan data dan mengikuti
instruksi. Tidak sampai 5 menit, tiket dan hotel yang saya inginkan sudah didapat.
Senangnya jika bisa ke Batam bersama suami. Karena
perjalanan ini adalah sebuah pembuktian. Pembuktian bahwa saya belum pernah
menikah sebelumnya apalagi punya anak. Hihihi..
Dear A Yoga, engkaulah
yang pertama dan terakhir bagiku.
#gombal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar