Pertama kali saya tahu Pidi Baiq mengeluarkan novel Dia adalah Dilanku Tahun 1990, saya surprised. Jenis novelnya fiksi. Ceritanya akan panjang. Ga mungkin jalan ceritanya ngaco kan? heuheu..
Saya tahu novelnya best-seller. Saya jadi penasaran tapi belum rezeki saya untuk membacanya. Eh tapi ternyata Allah ngasih saya kesempatan untuk baca buku ketiga serial Dilan ini yang berjudul Milea; Suara Dari Dilan
Saya baru tahu kalau adik saya sudah membaca buku ini dan 2 buku sebelumnya.
Saya tanya padanya, "Buku ini nyambung ga sama buku-buku sebelumnya?"
"Nyambung sih.." jawabnya.
"Kalau aku baca Milea tanpa baca dulu buku sebelumnya, bakal ngerti ga?"
"Cobaiiin.."
Well. dipikir-pikir ga ada salahnya juga. Kalau saya ga ngerti, bakal saya jadikan bahan kritikan. Wahahahaha..
Eh tapi setelah selesai membacanya, saya cukup mengerti ceritanya.
Tentang Mantan
Menurut saya, novel ini isinya tentang kenangan dengan mantan. Hahaha..
Yang belum move on dari mantan kayaknya bakal baper baca novel ini.
Dengan sudut pandang seorang remaja laki-laki bernama Dilan, novel ini mengisahkan tentang lika liku hubungan asmaranya dengan Milea Adnan Hussain Panggilannya Lia.
*Ih mirip saya nih namanya. Kalau saya (Sinta)Milia binti Husin. #abaikan
Alurnya mulai dari pertama kali kenal, pedekate, pacaran, konflik, putus, sampai move on.
Klise? Ya kalau lihat alurnya saja. Tapi ada beberapa hal yang membuat novel ini istimewa dari novel-novel percintaan remaja yang biasa.
Hal-hal istimewa itu antara lain:
Lucu
Ini novel serius sebenarnya. Tapi celetukan-celetukan Dilan yang khas Pidi Baiq itu bikin saya ketawa ketiwi saat membaca. Di dalam novel disebutkan kalau Pidi Baiq dan Dilan itu orang yang berbeda. Tapi karena saya pernah baca gaya bahasa Pidi Baiq, saya selalu bayangin kalau Dilan itu ya Pidi Baiq. Entahlah apakah ini kekurangan ataukah nilai plus.
Sudut pandang orang pertama, laki-laki.
Entah apakah ini fakta atau saya nya aja kurang banyak referensi buku, tapi saya jaraaaaaaang sekali menemukan ada novel fiksi yang mengambil sudut pandang pertama cowok. Kalaupun ada, tidak 100% sepanjang novel, melainkan gonta ganti sudut pandang dengan tokoh perempuan. Mungkin malah ini yang pertama bagi saya. Saya jadi tahu bagaimana perasaan dan pikiran cowok saat jatuh cinta, kecewa, sedih dan patah hati.
Bandung Banget!
Anak muda Bandung jaman dulu atau jaman sekarang pasti akan merasa relate banget sama setting lokasi di novel ini. Begitu pula bahasa sunda gaul yang banyak saya temukan.
Pesan Moral
Buat saya sih, pesan moral novel ini cukup kuat dan tersurat. Bahwa sebaiknya kita tidak berprasangka (buruk). Bahwa menghindar bisa jadi sesuatu yang akan kita sesali. Bahwa bila kita cukup cerdas dan bijak untuk membangun komunikasi, bisa jadi segalanya akan lebih baik.
This is really a must-have book! ^^
Buku ini bisa dibeli secara online di www.mizanstore.com. Kalau mau versi ebook, bisa didownload dari Google playstore.
Eh ada satu lagi yang lupa saya sebutkan bahwa saya juga suka novel ini karena Dilan suka membuat puisi dan puisinya banyak ditampilkan di sini. Ini salah satu favorit saya:
MENEMBUSMU
Setiap hal ketika aku menunggumu
waktu berjalan menjadi lebih lambat untukku:
Malam berjalan lebih lambat
siang berjalan lebih melambat,
Jam dinding bergerak lebih lambat,
usia bertambah lebih lambat
Di saat mana jantungku berdetak lebih cepat
melebihi kecepatan cahaya
oleh keinginan bertemu denganmu
(Dilan, 1991)
Data buku
Judul : Milea; Suara Dari Dilan
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Jumlah halaman: 360 hal
Didistribusikan oleh Mizan Media Utama
Data buku
Judul : Milea; Suara Dari Dilan
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Jumlah halaman: 360 hal
Didistribusikan oleh Mizan Media Utama
Nih novel jadi best seller tapi belum pernah kesampaian untuk bacanya, penasaran, haha
BalasHapusBaca langsung Milea sebelum Dilan 1 & 2, ya Teh? Kita senasib ^_^
BalasHapusyang seru bagian pertama
BalasHapusbagian kedua mengecewakan (pemirsa tea loba kahayang)
bagian ketiga belum baca eiy
ayah pidi itu the best.. hahha
BalasHapusalhamdulillah sempet kerja di mana buku ayah pidi ini d terbitkan, bebrapa x ketemu dan emang gokil. haha bukunya masih ak baca 😁
Jadi pengen nyoba baca. Saya belum pernah baca karya Pidi Baiq satupun..hiks..padahal alumni Bandung -_-
BalasHapusMakasih udah nge-review, teh. Menarik banget konsep postingannya, ngebahas per tema. Nanti kalo Mizan suka, saya kirim buku baru lagi ya, teh. :D
BalasHapusSalam hangat,
Penjaja Kata a.k.a Sandra Nurdiansyah.