Finally..! Aku nemu sebuah buku selain Laskar Pelangi yang layak aku tulis ulasannya. Kalau LP gw tulis di diary, maka buku ini jadi buku pertama yang aku ceritain di blog ini.
The title is The Little Prince alias Pangeran Kecil, karya Antoine de Saint-Exupery dari Prancis. Dari luar, kayaknya ini buku anak-anak. Tapi liat isinya, penting banget dibaca orang dewasa. Di dalamnya ada persepsi anak tentang orang dewasa yang tidak bisa ia mengerti.
Buku ini bercerita tentang seorang anak yang berasal dari suatu planet (sebenernya sih, karena kecil banget, lebih tepat kita sebut asteroid. Coz planet dia ga lebih besar dari rumah!). Ia berpetualang ke planet2 lain (baca: asteroid2 lain) sampai terakhir dia singgah di bumi. Ini beberapa pesan yang gw dapet dari perjalanannya.
Di planet 1, ia bertemu dengan seorang raja yang haus kekuasaan. Padahal dia sendirian! Dia ga punya rakyat. Bagian ini menyindir orang-orang yang mentingin kekuasaan. Padahal apa gunanya jadi raja tanpa rakyat yang mengakuinya?
Di planet 2, dia ketemu orang yang angkuh, senang dipuji, & suka diberi tepuk tangan. Menyindir orang2 yang haus popularitas. Padahal menurut pangeran kecil: Untuk apa sih, jadi orang yang dikagumi? (FYI, setiap planet yang ia kunjungi hanya dihuni 1 orang, kecuali Bumi).
Di planet 3, dia ketemu seorang pemabuk, yang terus minum karena dia malu jadi pemabuk! Ini menyindir orang-orang yang ga mau berubah, padahal dia tahu kalo hal yang dikerjain ga bagus buat dia. Aku jadi inget para perokok…
Di planet 4, ia ketemu seorang pengusaha, yang kerjaannya cuma ngitung bintang yang ia anggap sebagai hartanya. Ini menyindir orang2 yang terlalu memikirkan materi. Ketika si kecil bertanya untuk apa jadi kaya, si pengusaha bilang agar bisa membeli bintang lagi, sehingga ia akan tambah kaya. Dasar kapitalis!
Di planet 5, pangeran kecil bertemu orang yang sibuk bekerja, taat terhadap perintah, tapi membuat dia tidak bisa beristirahat. Ini menyindir orang-orang workaholic. Terlalu rajin bekerja tapi tidak memenuhi hak tubuh untuk beristirahat. Kasihan sekali..
Di planet 6, ia bertemu seorang geografer. Ilmuwan yang tahu semua letak laut, sungai, kota, gunung, & gurun. Tapi ia tidak tahu apakah di planetnya ada laut, sungai, kota, gunung, & gurun. Kenapa? Karena dia tidak pernah menjelajahinya. Dia cuma nanyain orang-orang yang lewat di hadapannya. Hmm, ini agak complicated. Tapi buat aku, bagian ini berusaha ngasih pesan buat kita untuk mencari pengetahuan dengan banyak berjalan, mengamati, merasakan, mengobservasi. Pengetahuan dari orang lain tidaklah cukup. Hanya sebatas teori. Hanya sebatas “kata orang…” atau “menurut si…”
Nah! Jadi, banyaklah berjalan! Jangan jadi katak dalam tempurung..
Setelah itu ia ke Bumi. Disini.. aku dapet dua hal yang bagus.
Pertama, ia menemukan seorang pedagang yang menjual pil berkualitas tinggi untuk menghilangkan haus. Satu pil diminum, maka kita tidak akan haus selama seminggu. Itu menghemat 53 menit waktu yang biasanya terbuang hanya untuk minum.
Pangeran itu berkata, “Aku, kalau aku punya waktu 53 menit untuk digunakan, aku akan berjalan pelan-pelan ke sumber air terdekat.”
Ini dalem banget.. Zaman sekarang, banyak orang menuntut hal yang lebih simpel, lebih sederhana, lebih hemat waktu, & instan. Padahal, justru proses itulah yang seharusnya dinikmati. Perjalanan, perjuangan, & pengorbanan, bukankah itu yang membuat air lebih nikmat?
Lagipula, menghilangkan rasa haus tidak menghilangkan kebutuhan tubuh atas air, bukan? Rasa haus itu penting, sebagai peringatan bahwa tubuh kekurangan cairan. Kalau kita tidak merasa haus selama seminggu, dan karena itu kita tidak minum, maka tunggulah kematian kita sebentar lagi.
Kelelahan mencari air membuat kita tetap hidup. Kelengahan tidak minum membuat kita mati. Jadi teman.. kalau kamu merasa perjalanan masih panjang, perjuangan terlalu berat, & pengorbananmu sudah besar, bersyukurlah karena kamu masih hidup, & akan mendapatkan hasil yang luar biasa!
Kedua, si pangeran menemukan lima ribu mawar yang tampak sama dengan sekuntum mawar yang ia pelihara di planetnya. Namun ia menyadari, ribuan mawar itu tidak sama dengan mawarnya. Mawarnya spesial karena ia yang menyirami, yang merawatnya, yang diberi kubah kaca agar hangat, yang ia lindungi dengan tabir, yang ia dengarkan ketika mawarnya mengeluh, menyombongkan diri, atau membisu. Karena itu mawarnya.
Dan ia diberi nasehat oleh seekor rubah, bahwa pangeran harus bertanggungjawab, selamanya, atas apa yang telah ia pelihara. Ia bertanggungjawab atas mawarnya.
Pesan ini bisa luas banget maknanya. Buat aku, pesannya disini adalah, apa yang kita miliki adalah spesial. Bersyukurlah atas tubuh kita, keluarga kita, teman-teman kita, diri kita. Mereka semua spesial karena mereka milik kita. Merekalah yang kita sayang. Merekalah yang kita perhatikan. Merekalah yang kita kunjungi. Merekalah yang kita doakan. Merekalah yang kita repotkan (he he). Soo.. Sweet…
Berlaku juga buat barang-barang yang kita miliki. Semua spesial karena mereka milik kita (ralat. Milik Allah yang dititipkan untuk kita.) Jadi, bersyukurlah!
Ada nasehat lain dari rubah: Kau hanya bisa melihat jelas dengan hatimu. Hal yang penting tidak terlihat oleh mata. Yang satu ini masih harus gw renungin. Apa ya, kira-kira makna terbesarnya? Kamu tau?
iffana :
BalasHapussori yah,,* ada di mana2 heuheuhu
kren2(tak bisa berkutik "Alah leBay")