Judul : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran
Pengarang : Mark Haddon
Penerjemah : Hendarto Setiadi
Tahun : 2005 (Cetakan ketiga)
Jakarta; Kepustakaan Populer Gramedia, 2004
Viii+312 hlm; 13.5 cm x 20 cm
Ini adalah novel anak-anak yang pernah dianugerahi berbagai penghargaan sastra.
Salah satunya Whitbread Novel Award 2003, hadiah sastra yang bergengsi di Inggris.
Hal yang membuat buku ini dahsyat adalah keputusan pengarang untuk mengambil sudut pandang tokoh utamanya, seorang anak laki-laki berusia 15 tahun yang mengidap Syndrom Asperger, sejenis autism.
Tokoh ini bernama Christopher Boone.
Ia menemukan anjing tetangganya mati & bertekad memecahkan misteri itu.
Untuk anak-anak, ceritanya emang agak kompleks & sering menyentuh “urusan orang tua”. Tapi disini aku tidak akan membahas soal cerita.
Aku ingin bercerita soal karakter Christopher yang menarik itu.
Pernah dengar tips “Show Not Tell”? Tunjukkan, jangan sebutkan. Tips ini sudah banyak diketahui pada penulis. Tapi Mark Haddon, sang pengarang, menggunakan strategi Show and Tell.
Ia menyebutkan (Tell) gangguan perilaku Christopher sebagai berikut.
1. Tidak suka disentuh
2. Menjerit kalau sedang kesal atau bingung
3. Mengerang
4. Benci warna kuning dan coklat
5. Tidak mau makan kalau jenis makanan yang berbeda saling bersentuhan, dll.
Selain itu, dari penjabaran cerita (Show), Haddon berhasil membangun karakter dengan kuat, & membuat aku tahu banyak tentang karakter orang autis.
Menurutku, bagian otak Christopher yang ‘jalan’ adalah otak kiri.
Sebaliknya, sepertinya ia memiliki gangguan di otak kanannya.
Haddon menceritakan bahwa Christopher itu:
1. Jago matematika & fisika & punya minat yang besar terhadap keduanya
2. Menyukai segala hal yang teratur, terpola, & terjadwal. Ia suka menggambar, terutama peta, & yang paling tidak disukainya adalah masa depan, yang menurutnya sangat tidak pasti. Ia membenci ketidakpastian.
3. Tidak mampu melihat yang tersirat. Ia tidak mengerti metafora. Ia tidak mengerti sindiran. Ia tidak tahu harus menjawab apa kalau orang berkata, “Yang benar saja! Masak kamu tidak tahu?”
4. Tidak bisa menerima berbagai stimulus yang terlalu banyak. Terlalu banyak hal yang dilihat, didengar, & dipikirkan membuat ia pusing bahkan muntah
5. Manusia menggunakan otak kanannya untuk melihat sesuatu secara holistic (menyeluruh). Christopher tidak dapat melakukan itu. Sebaliknya, ia memperhatikan detail. Ia melihat warna sepatu orang, apa yang dipegang orang,dll. Daya ingatnya sangat bagus.
6. Tidak bisa memahami perasaan orang lain. Ia melihat ayahnya berurai air mata. Tapi ia tidak merasakan kesedihan ayahnya. Tetangganya sedih melihat ibu Christopher sselingkuh. Tapi Christopher sama sekali tidak sedih. Ia tidak bisa melihat sudut pandang orang lain & tidak bisa berempati.
7. Tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri. Ia tidak bisa bilang, “Hari ini aku senang”. Tapi Ia menulis, ‘Perasaanku seperti ini J’
8. Ia tidak mengerti ejekan tapi ia tidak suka ditertawakan (ia sering ditertawakan karena kemampuan bahasanya yang rendah)
9. Kemampuan sosialisasi sangat rendah. Ia senang sendiri. Takut berbicara dengan orang asing. Tidak suka berbasa-basi. Tidak bisa menatap orang yang berbicara dengannya.
Beberapa hal lain yang menarik misalnya, Christopher tidak MERASAKAN kasih sayang ayahnya.
Tapi ia tahu ayahnya sayang padanya dengan menggunakan LOGIKA.
Beginilah cara berpikir Christopher: “Menyayangi seseorang berarti menolong mereka kalau mereka mendapat masalah, & juga mengurus mereka, & selalu berkata jujur pada mereka. Dan Ayah selalu menolongku kalau aku mendapat masalah,… & juga mengurusku dengan menyiapkan makanan untukku, & dia selalu berkata jujur kepadaku, & ini berarti dia sayang kepadaku”
Cita-cita Christopher sangat sederhana. Ia ingin lulus sekolah (SLB), melanjutkan kuliah jurusan Matematika, Fisika, atau Matematika & Fisika, lalu bekerja sebagai ilmuwan. Ia juga ingin memiliki istri agar ada yang mengurusnya (Perhatikan, ia sama sekali tidak berpikir untuk mencintai seseorang!)
Yah.. demikianlah dunia Christopher.
Dunia yang sulit dijalani.
Membuat aku banyak memahami dunia penderita autism.
Kalaulah tokoh ini nyata, aku yakin Christopher bisa menjalani hidup secara mandiri.
Aku akan menutup tulisanku ini dengan paragraph penutup dalam novel ini,
"Kemudian aku akan lulus dengan pujian & aku akan menjadi ilmuwan.
Dan aku tahu aku pasti bisa karena aku pernah ke London seorang diri, & karena aku memecahkan misteri Siapa yang Membunuh Wellington? Dan aku bisa menemukan ibuku dan aku berani dan aku menulis buku dan ini berarti aku bisa melakukan apa saja"
aku dah baca bukunya 5 kaliiiiiiii!!!
BalasHapusdan sukaaaa banget,,,, sekarang baru sempet mau ngereviewnya.
Kayanya sih, aku dan christoper boone ada banyak kesamaan.
Aku dipinjemin pertama kali sama dokter dewi, dokter anak yang banyak menangani anak autis, tahun 2004 dulu.
salam kenal yah shinta...
Haa...??
BalasHapusada banyak kesamaan..?
Maksudnya, tante angga autis?
masak sih..?