Sabtu, 07 November 2009

Tentang Sikap

Cerita Pertama
Seorang calon ketua sebuah organisasi pernah ditanyai dalam sebuah acara tanya jawab sebelum pemilihan,
“Bagaimana caranya menghilangkan budaya ngaret di organisasi ini?”

Ah, pertanyaan mudah, pikirku. Mulai dari diri sendiri, lah! Karena kita tidak mungkin bisa menyuruh-nyuruh orang untuk datang ontime. Bisa sih, tapi kan ga mungkin terus-menerus. Kebiasaan ngaret sulit diubah. Maka tidak ada jalan lain, kecuali memulai budaya ontime dari diri sendiri.

Sang calon ketua itu tampak agak gelagapan. Aku heran. Mengapa ia tidak bisa menjawab pertanyaan semudah itu? Tapi setelah aku pikir-pikir, aku ingat bahwa ia datang ke acara ini terlambat!

Sepertinya, bagi dia pertanyaan itu berubah maknanya menjadi, “Mengapa tadi Anda datang terlambat?”

Padahal aku yakin, pertanyaan yang diajukan anggota itu semata-mata adalah untuk mendapatkan solusi, bukan membahas masalah.
Aku tersenyum simpul.


Cerita Kedua
Seorang gadis yang masih sangat muda dan bergelar fresh graduate menjadi pengawas ujian di sebuah universitas. Ia sangat tidak suka dengan banyaknya mahasiswa yang berisik dan menoleh kanan kiri. Sang pengawas seketika habis kesabarannya ketika salah seorang mahasiswa bertanya jawaban ke teman sebelah bahkan di depan tatapan tajam matanya.

“Jangan berisik!” tegur pengawas.
Sang mahasiswa menaikkan alis. Tapi tidak menghiraukannya. Ia kembali menyontek.
“Heh, kamu!” tegur pengawas tegas. “Diam, atau kamu keluar!”
Sang mahasiswa pun diam dengan gondok.

Aku tahu apa yang dipikirkan mahasiswa itu. Pasti ia berkata dalam hati,
“Nyebelin banget sih lo! Kayak ga pernah jadi mahasiswa aja!”

Kamu setuju yang mana? Berpihak pada pengawas kah? Atau mahasiswa?

Kalau aku berkata, bahwa sang pengawas tidak pernah mencontek selama ia menjadi mahasiswa, kamu percaya atau tidak?

Seperti cerita yang pertama,

jawabanmu menunjukkan sikap dan perilakumu.

:-)

1 komentar: