Selasa, 08 November 2016

Berhasil Menyapih dengan Brotowali

Saya sempat galau sebenarnya bikin judul seperti ini. Takut di-bully pembaca dengan kalimat, "Iiih ga boleh nyapih dengan cara gitu. Menyakiti hati anak, tauu. Bikin anak patah hati."

I know. I know.

Saya pernah baca, memang sebaiknya tidak menggunakan cara-cara 'kejam' dalam menyapih, termasuk pakai brotowali. Cara paling ideal itu adalah Menyapih dengan Cinta atau biasa dikenal dengan istilah Weaning With Love (WWL).



Bukannya saya gak mencoba WWL. Sudah dari beberapa bulan yang lalu saya selalu sounding ke Kakang, "Kakang udah besar. Gak boleh nenen lagi ya. Malu. Nenen itu untuk adek bayi.. bla bla bla.."

Responnya paling sering tuh cuma cengar cengir doang. Dia sih mengerti dan hafal dengan kata-kata saya. Tapi prakteknya, nenen jalan terus.

Sampai dia ulang tahun ke 2 tanggal 15 Oktober lalu, kampanye "Berhenti Menyusu" semakin gencar. Kali ini gak cuma saya yang kampanye, tapi juga nenek kakeknya (saya tinggal di rumah mertua di Sumedang, sementara suami kerja di Bandung).

Nenek kakeknya juga mengatakan hal yang sama tiap saya menyusui Kakang, "Gak boleh nenen. Malu sudah besar. Sapih ah!"
Biasanya respon Kakang adalah mengusir nenek kakeknya pergi. Hahahaha..

Ya, jadi sepertinya kata-kata itu gak banyak pengaruhnya ke Kakang.
Malah jadinya saya yang baper.
Saya yang kemudian merasa gak nyaman menyusui Kakang.
Saya merasa malu karena menyusui anak yang sudah besar.
*Emak cemen

Saya pun lalu melakukan pengurangan frekuensi menyusui secara bertahap.
Soalnya kalau berhenti mendadak itu efeknya bikin stres. Saya pernah tulis ceritanya di sini.

Sampai suatu pagi, sang nenek datang menghampiri saya (yang baru selesai menyusui Kakang) dengan membawa sebatang brotowali kurang lebih 30 cm. Ia mematahkan sedikit batangnya, membuka bagian tengahnya dan menunjukkan bagian dalamnya (getah) untuk dioleskan di puting.

Saya mencobanya.
Kemudian sang nenek 'menantang' Kakang. "Nenen, Kang!"
Dengan senang hati Kakang menurut daaaaan..
dia melepaskannya begitu merasakan pahit di mulutnya.

"Pahit ya? Jangan nenen lagi ya!" ucap sang nenek.
"Aaiit.." Kakang meniru. Mukanya sih cengar cengir aja. Hal ini belum bikin dia tantrum karena toh dia baru kenyang nenen. Jadi dia langsung main.

Brotowali ternyata efektif buat Kakang.
Sangat membantu saya dalam mengurangi frekuensi menyusui.

Hari pertama saya berhasil membuat Kakang tidak menyusu seharian. Ia menyusu lagi bada Maghrib.
Hari kedua Kakang menyusu setelah Isya.
Hari ketiga Kakang menyusu sebelum tidur malam.

Nah, hari keempat nih yang paling berat: Berhenti menyusui Kakang tengah malam/dini hari.

Jadi biasanya kalau tidur malam, Kakang suka menggeliat-geliat minta menyusu. Dalam 1 malam bisa 2-4 kali menyusu. Nah karena saya tekadkan tidak akan menyusu Kakang, dia pun menangis.

Saya sampai catat jam-jam dia nangis: jam 11 malam sebelum tidur, jam 01.00, jam 02.45, dan jam 03.15 WIB.

4x menangis dalam semalam dan saya sama sekali tidak menyusuinya!
Saya hanya meniup ubun-ubunnya, mengelus-elus rambut dan punggungnya, serta memeluknya.

Nenek kakeknya sampai ikut bangun dengar Kakang nangis.
Saya sempat merasa tidak enak bikin tidur mereka terganggu.
Tapi saya yakin mereka maklum. Neneknya sendiri sering bilang, "Memang anak akan rewel saat disapih. Tapi paling juga 1-2 hari aja.."

Jujur saat Kakang menangis itu saya merasa ga tega dan ingin memberi Kakang ASI.
Tapi di sisi lain saya juga gak mau mengecewakan sang nenek yang sudah berupaya membantu saya menyapih Kakang.

Jadi demikianlah. Malam itu kami semua menguatkan hati mendengar tangisan Kakang.
Nangisnya ga lama-lama banget sih. Sekitar 1-3 menit aja.


Keesokan harinya, saya dan Kakang ke Bandung.


Di rumah abinya, saya ragu proses menyapih ini bisa berlanjut dengan lancar. Pasalnya, abinya Kakang tuh paling anti mengganggu tetangga dengan suara berisik. If you know what I mean :p 


Jadi kayaknya dia pasti lebih memilih Kakang diberi ASI saja daripada nangis tengah malam. Teori saya sih gitu.


Realitanya?
Di atas ekspektasi saya: Kakang sama sekali tidak nangis!

Saat dini hari, memang dia 2-3x menggeliat-geliat, mencari saya. Tapi dia ga minta menyusu. Saya hanya peluk dan mengusap-usap punggungnya hingga dia pulas lagi.
Waaaaaw! #proudmom


Malam terakhir di sana lebih mantap lagi: Kakang sama sekali ga terganggu apapun saat tidur. Pulas dari jam 11 malam sampai jam 7 pagi.


Ini pertama kalinya saya tidur lebih dari 5 jam tanpa terbangun sejak.. 
Kapan ya terakhir kali saya tidur lama? Lupa :))


So yeah, secara resmi Kakang sudah berhasil disapih sebelum usianya menginjak 25 bulan.


Yeee yeee yeee yeee!

Kakang with Rayna - Sumber foto: FB mamanya Rayna :D

 PR saya selanjutnya setelah menyapih adalah toilet training (TT). Udah berkhayal pengen belanja beberapa pcs celana anak, sprei waterproof, atau mungkin perlu pispot anak? Enaknya beli online aja kali ya pas ada promo harbolnas, biar irit ga nguras dompet.


Semoga TT nanti bisa berlangsung lancar, dan bisa share juga ceritanya di blog. Aamiiin..


Wish us luck!






8 komentar:

  1. Mbakkkkk, brotowali itu kan pahiiiitt pol-polan.
    Akusampai mau muntah minum jamu brotowali

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. aku juga nyicipin. hehehe

      tapi ga banyak koo :p

      Hapus
  2. yeaay horeee sudah berhasill.. smeog alancar toilet trainingnya

    BalasHapus
  3. alhamdulillah anak saya umur 1 tahun udah nggak nenen lagi dengan sendirinya

    BalasHapus
  4. Ahaha... aku mampir ke sini karena sedang cari2 cara untuk nyapih hihihi... jadi terinspirasi :)

    BalasHapus
  5. Mba maaf itu putingnya dikasih brontowali terus/cukup sekali aja kasihnya?

    BalasHapus
  6. Makasih atas berbagi pengalamannya. Saya buat sharing ke istri saya.

    BalasHapus
  7. Mba, aku uda pkein brotowali, tiap mo nen aku olesin. Ko tetep aja mau ya? Malahan smp pules..

    BalasHapus