Sabtu, 10 Oktober 2015

Menjadi JOSAN, Jomblo Sampai Nikah

Kamu tahu rasanya jadi JOSAN? Jomblo Sampai Nikah?
Ah, manalah mungkin kamu tahu.
Kamu kan (mantan) playboy.

Berapa jumlah mantanmu?
Tak usah dijawab.
Aku tidak sungguh-sungguh ingin tahu.
Dan terimakasih karena kamu tidak pernah tertarik membahas mereka satu persatu.

Kamu tahu,
Jaman aku sekolah dulu, menyenangkan rasanya tidak punya pacar.
Nilai-nilaiku bagus karena fokus belajar.
Nge-geng dengan cewek-cewek Jojoba, Jomblo-Jomblo Bahagia.
Bebas berteman dengan laki-laki, tanpa ada yang cemburu apalagi murka.
Terhindar dari patah hati dan putus cinta.
Jarang hanyut dalam lagu-lagu galau kecuali lagu-lagu Dygta.

Semua berubah saat aku beranjak dewasa.

Menjomblo tak sebahagia dulu.
Saat obrolan dengan teman-teman adalah tentang pasangan idaman.
Saat ortu mulai berkhayal bagaimana nanti saat gelar hajatan.
Saat sepi menghantuiku dalam kesendirian.
Saat dingin menyergap dan kuingin ada hangatnya pelukan.
Saat orang-orang mulai bertanya, “Jadi kapan?”

Kemudian aku merasa minder,
Pada wajahku yang tak cantik,
Atau tubuhku yang lurus kurus tak menarik.
Menyayangkan sifatku yang introvert
Dan tak pandai membangun relasi.

Saat itulah kamu datang.
Melihatku. Memperhatikanku.
Menyadari bahwa aku berbeda. Istimewa.
Lalu memutuskan untuk menikah denganku meski kenal belum lama.

Dari situ aku bertekad,

Kepada laki-laki yang menemukanku ini,
Selalu ‘kan kuhormati, kuhargai, kucintai, dan kusyukuri.

Karena kehadirannyalah, kini aku tak lagi sendiri.

Tak kan kubanding-bandingkan dengan mantan-mantanku.
Tentu saja karena mereka tidak pernah ada!

Dear kamu yang pertama bagiku,
Terimakasih telah menjadikanku pendampingmu..

2 komentar:

  1. Waah, aku terharu bacanya mak, yang pertama sekaligus yang terakhir ya mak? :). Aku sendiri nggak bisa menjalankan yang namanya Jomblo sampai Nikah karena sebelum-sebelumnya pernah pacaran. Agak sedikit menyesal juga sih punya mantan. Tapi apa boleh buat, sudah terjadi. Baru sekitar 2 tahunan menyendiri.

    BalasHapus