Senin, 29 Juni 2015

Kisah Tiket Gratis yang Berakhir Dramatis

Rabu, 10 Juni 2015.

Hari itu adalah jadwal pengumuman pemenang lomba blog #TiketGratisTraveloka. Jujur saja, saya sangaaaaat berharap jadi salah satu pemenang. Bukan karena saya pengen terbang gratis. Tapi lebih karena saya belum pernah menang lomba blog. Hahahaha..

Jadi sebenarnya motivasi saya lebih karena ingin pembuktian kemampuan diri *tsah. Apalagi saya menulis dengan hati, super maksimal, dengan dosis kesabaran yang tinggi karena laptop lemot parah. Kebetulan temanya juga agak ‘galau’ dan saya rasa pengalaman hidup saya juga lumayan drama.


Mantengin twitternya Traveloka, akhirnya setelah solat maghrib saya dapat kabar gembira itu: I’m the 7th winner!

Alhamdulillah ^^
Sumber: Facebook Traveloka

Namun hal pertama yang saya pikirkan bukanlah bayangan saya dan suami dan anak terbang ke Batam seperti yang saya tulis. Enggak. Yang saya pikirkan adalah..

Bisa diuangkan gak ya?

Iya emang saya (kami) butuh duit. Siapa juga yang gak butuh? Tahu sendiri kan, sekarang dolar naik (gak ada hubungannya sih, tapi dihubungin aja biar keren). Kami sedang mengalami apa yang Vicky sebut kelabilan ekonomi.

Saya bilang ke suami kalau saya berharap hadiah itu bisa diuangkan. Saya tahu sebenarnya dia ingin sekali terbang, Tapi dia juga setuju kami butuh uang. Akhirnya saya pun mengirim email ke Traveloka untuk menanyakan apakah tiket tsb bisa diuangkan atau dipindahtangankan.

Kamis, 11 Juni 2015

Saya membaca balasan email Traveloka. Katanya hadiah tsb tidak bisa diuangkan tapi bisa digunakan oleh orang lain, yang penting pemesan tiket atas nama saya.  
Hmm.. baiklah. Bisa dijual kalau begitu. 
Saya pun lalu memutar otak, mengingat teman-teman yang kira-kira mau beli tiket Citilink gratis Pergi-Pulang semua rute untuk 2 orang ini.

Orang pertama yang berminat adalah adik laki-laki pertama saya, si Abang.  Dia mau ke Batam tanggal 22 Juni dari Jakarta bersama adik kelasnya. Haha..

Saya tidak terlalu menghiraukan tawarannya karena saya ragu dia punya uang. Wakakakak. Ya gimana, dia baru lulus SMA, magang di bisnis travel sepupu baru beberapa minggu. Plus saya dapat bocoran dari adik perempuan saya (yang juga kakaknya si Abang), Nurul, bahwa sebenarnya Nurul dan si Abang sudah booking tiket ke Batam menjelang lebaran bulan Juli mendatang. Jadi mana boleh si Abang ke Batam bulan Juni. Baiklah.

Jum’at, 12 Juni 2015

Penawaran tiket ke teman-teman belum ada yang closing. Saya juga gak tahu gimana ngejualnya dan ke siapa lagi. Saya mulai berpikir bahwa mungkin kami akan terbang. Saya ceritakan pada Bapak-Ibu mertua (saat ini saya tinggal di rumah mereka) bahwa kami insya Allah akan ke Batam. Orangtua saya di Batam pun tampak senang membayangkan cucu mereka akan datang ke sana T_T

Ah, orangtua saya tidak tahu, bahwa hadiah tersebut belum termasuk pajak bandara dan IWJR (entah apa ini), belum termasuk tiket untuk cucu mereka (2 tiket hanya untuk saya dan suami), belum termasuk transport dari Bandung ke Jakarta (Citilink belum ada rute Bandung-Batam). Begitu banyak yang perlu dibayar, dan kami tidak memiliki biaya untuk semua itu.

Ternyata mendapatkan hadiah tiket pesawat gratis tidak otomatis membuat kami langsung bisa terbang..


Sabtu, 13 Juni 2015

Nurul nge-Line. Katanya dia tiba-tiba berminat. Huahahahaha..

Dia memang hobi travelling. Dan meskipun saya tahu dia lagi bokek, saya sulit menolaknya. Dia adik yang amat sangat teramat baik pada saya. Seandainya saya bisa ngasih tuh tiket secara cuma-cuma, saya akan berikan padanya tanpa syarat apapun. Sayangnya saya sedang butuh duit.

Jalan tengahnya, saya jual di harga yang dia minta. Dicicil berapa kali terserah dia (saya sih pengennya tiap saya butuh duit dia bisa transfer :p).

Kami sempat galau karena khawatir orangtua saya kecewa karena cucunya gak jadi ke Batam. Untunglah Nurul bisa bernegosiasi sekalian minta izin orangtua untuk travelling.
Tapi sebenarnya si Nurul juga masih bingung mau kemana. Pilihannya antara Medan atau Makassar. Ia berencana pergi dengan seseorang.

Minggu, 14 Juni 2015

Nurul mengabarkan kalau dia ada konflik dengan travelmate-nya. Duh! 
Kemungkinan ia akan travelling sendirian. Tiiidaaaaaks!. 
Tapi ia bilang akan mencoba mengajak teman yang lain.

Saya deg-degan. Saya harap dia jadi beli 2 tiket PP itu. Saya katakan padanya bahwa ia harus memutuskan dengan cepat, karena klaim tiket gratis itu paling lambat Senin, 15 Juni 2015 pukul 08.00-10.00 WIB. Dhuaaarrr!

Saya juga bersiap-siap jika besok pagi rencana travelling Nurul masih ngegantung, saya akan booking tiket ke Batam dengan suami. 
Jangan sampai tiketnya hangus!

Senin, 15 Juni 2015

Jam 9 pagi, saya booking tiket di Traveloka untuk penumpang atas nama Nurul dan Febri, Jakarta-Medan-Jakarta, tanggal 27-29 Juni 2015.

Jam 5 sore, setelah pembayaran pajak bandara dan IWJR selesai diproses, e-ticket kami terima.

Tak lama, Nurul mentransfer sejumlah uang ke rekening saya sebagai cicilan pertama tiketnya.


___



Minggu, 28 Juni 2015

Suami mempublish foto ini di Facebooknya.

 Jualan es buah dan pisang ijo, dengan modal dari penjualan tiket.
Alhamdulillah menghasilkan...



Senin, 29 Juni 2015
Nurul mempublish foto ini di Facebooknya.

Di depan masjid Baiturrahman, Nanggroe Aceh Darussalam

 Tiketnya ke Medan kenapa mereka nyampenya ke Banda Aceh? *garuk-garuk pala
Ah, dasar traveller!


___


Teruntuk papa dan mama, 
Sinta mohon maaf sebesar-besarnya karena Ramadhan dan Lebaran tahun ini Sinta belum bisa berkumpul dengan keluarga di Batam.
Sinta mohon maaf karena sudah memupuskan harapan papa dan mama untuk bertemu dengan Kakang saat ini..

Teruntuk Traveloka dan Citilink, terimakasih banyak untuk hadiahnya. 
Saya senaaaang sekali.
Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mohon maaf karena saya belum dapat terbang. Namun insya Allah tiketnya bermanfaat untuk adik saya..

Teruntuk adikku Nurul,
I hope you had some fun there. Sempat terpikir, sebenarnya kamu beli tiket itu karena emang beneran pengen travelling atau pengen bantu aku? Apapun itu aku sangat berterimakasih. Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan kebaikan yang lebih banyak, mempertemukanmu dengan jodohmu segera. Aamiiin ya Rabb Aamiiin..

Teruntuk kekasihku,
Aku mohon maaf belum bisa mengajakmu ke rumah orangtuaku. Semoga suatu hari nanti Allah mengizinkan.
Tak apa belum berkesempatan terbang, bukankah yang terpenting cintaku padamu tidak berkurang?
*eeaaaa

Apa kita terbang pakai balon gas aja, Yang?
 Sumber : wallpapersdb.org




  






Jumat, 26 Juni 2015

Rumah Kecil untuk Hati yang Lapang



Saat saya dan suami menikah pada Oktober 2013, kami tinggal di sepetak kamar kosan. Tiga bulan kemudian saya hamil. Ibu saya menyarankan untuk segera menyewa rumah, karena tidak mungkin nanti mengasuh anak di kosan. Apalagi kosan yang kami tinggali kebanyakan diisi oleh mahasiswa. Bagaimana mereka akan belajar kalau bayi saya nangis meraung-raung tengah malam? Heuheu.

Mencari rumah kontrakan murah ditengah Kota Bandung bukan perkara mudah. Jalan-jalan berburu sendiri, sudah. Browsing di internet, sudah. Beberapa kali saya menemukan rumah yang menarik seperti di Rumah.com, namun saat saya hubungi ternyata sudah ada yang menyewa. Wah, enak juga ya pasang iklan di Rumah.com. Mendapatkan penyewa atau pembeli rumah jadi mudah.

Untunglah ada teman yang memberi info bahwa ada rumah mungil yang harga sewanya relatif murah. Pada pertengahan Ramadhan 2014, saat kandungan saya 5 bulan, kami pun pindah dari kamar kosan ke rumah kontrakan.

Sehari setelah kami pindah, keluarga saya (papa, mama, dan adik-adik) dari Batam datang ke Bandung. Agar mereka tidak kaget melihat rumah kami, saya kasih ‘bocoran’ terlebih dahulu. Saat itu dalam perjalanan dari Stasiun Bandung menuju rumah.

“Rumahnya kecil, terutama dapur dan kamar mandinya. Dapurnya cuma bisa untuk menaruh kompor. Gak ada tempat untuk motong sayur atau bawang..” ucap saya hati-hati.

Respon ibu saya di luar dugaan.
Gapapa rumah kecil, yang penting hati lapang..”

Subhanallah Mama :’)

“Dinding dan pintu kamar mandinya kira-kira setinggi dada Abang. Satu setengah meter lah.” lanjut saya.

“HAAAAAA?!” seru semua orang.

Sesampai di rumah, semuanya menjelajah rumah kontrakan. Rumah kami terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 ada ruang tamu, satu kamar, dapur dan kamar mandi. Di lantai 2 ada dua ruangan besar. Satu untuk kamar, satu lagi kami jadikan gudang. Di lantai atas ini juga ada tempat untuk menjemur pakaian.

Adik-adik saya tertawa melihat kamar mandinya. Tertawa lucu, bukan tawa mengejek apalagi mem-bully. Orangtua saya cukup puas, karena di lantai dua ada kamar yang luas. Rumah mungil kami cukup untuk menampung keluarga.

Senangnya merayakan Ramadhan dan lebaran bersama keluarga besar saya. 
Bulan puasa diisi dengan kegiatan belanja aneka kebutuhan untuk mengisi rumah.

---

Tahun 2015 ini, keluarga saya akan merayakan lebaran di Batam. Sayangnya saya tidak bisa ke sana, karena tahun ini kami akan berlebaran di Sumedang, di tempat orangtua suami.

Beberapa hari sebelum puasa saya dan anak sudah tiba di Sumedang. Menjalani Ramadhan di Kota Tahu ini.  Rumah mertua lebih luas daripada rumah kontrakan kami di Bandung. Anak kami yang kini sedang belajar berjalan, dengan ceria melangkahkan kaki dari kamar, ruang tengah, ruang tamu, teras depan, hingga teras belakang.



Kalau tahun lalu saya masih bekerja, tahun ini saya fokus mengurus anak. Jadi ya, Ramadhan kali ini saya di rumah saja.

Buat saya tidak masalah Ramadhan di Bandung atau di Sumedang (atau mungkin di Batam, someday?). Yang penting saya menjalaninya bersama keluarga dan orang-orang terkasih.

Selamat menjalankan ibadah puasa..

Dimana pun Anda tinggal, semoga rumah selalu menjadi tempat yang paling nyaman.

Terutama saat Ramadhan, saat hati lebih mudah menjadi lapang..

Kamis, 25 Juni 2015

Tentang Milikmu dan Bukan Milikmu

Sumber: Status Facebook Fikry Fatullah

Beberapa peristiwa berikut terjadi pada orang-orang yang saya kenal.

Teman A mendapatkan proyek pembuatan sebuah aplikasi. Kalau lancar, A akan mendapatkan komisi 1 juta. Baginya, itu uang yang sangat lumayan. Ia yakin akan mendapatkannya. Sayangnya, ternyata aplikasi tersebut agak rumit dan A tidak berhasil menemukan orang yang bisa membuatnya, sampai akhirnya proyek tersebut dibatalkan. Bagi A, uang sejutanya melayang. Ia sangat kecewa.

Teman B sudah berpacaran kira-kira 3-4 tahun. Long Distance Relationship. Cowoknya sudah melamar. Saat persiapan hari H, sang cowok membatalkan pertunangan. Beberapa bulan kemudian, sang cowok menikah dengan perempuan lain. Nyesek!

Teman C hamil. Ia sangat bahagia. Betapa tidak, ia sebenarnya sulit hamil. Haidnya tidak teratur dan sel telurnya kecil-kecil. Dunia yang indah itu berakhir pada minggu ke 24. Tanpa pertanda apapun, mendadak ia tidak merasakan gerakan janin. Saat diperiksa, janinnya dinyatakan meninggal dalam kandungan. Baginya dunia seolah runtuh. Betapa hancur hatinya.

Teman D dianugerahi kehamilan segera setelah menikah. Ia bertamu ke rumah saya mungkin saat kandungannya berusia 1 bulan. Waktu itu belum terlihat hamil. Pertemuan kami berikutnya adalah di rumah sakit, saat saya menjenguk dia yang habis melahirkan secara Caesar. Sebenarnya belum waktunya ia melahirkan, karena usia kehamilannya masih 32 minggu. Tapi janinnya sudah meninggal dalam kandungan karena plasentanya melintir. Bayangkan, 32 minggu! Bayi perempuannya yang cantik tampak sempurna, kecuali detak jantungnya yang tiada.

Saya sempat merasa ”kesal”, karena Allah ternyata bisa juga PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Ah, tapi bagaimana mungkin kita menyalahkan Allah? Manusialah yang berharap.
Memang tidak salah untuk kita memiliki harapan. Namun seringkali kita harus ingat bahwa,

Yang ditakdirkan menjadi milikmu akan menjadi milikmu.
Yang ditakdirkan bukan milikmu tidak akan pernah menjadi milikmu.

Teman A ditakdirkan tidak menerima satu juta.
Teman B ditakdirkan tidak berjodoh dengan pacarnya itu.
Teman C dan D ditakdirkan untuk tidak perlu mengasuh anak-anak sulung mereka, karena Allah sudah menempatkan anak-anak mereka dalam syurga.

Bicara memang mudah. Tapi mari kita sama-sama belajar dan berusaha untuk tidak menyesali dan meratapi apa yang belum kita dapat. Belum milik kita. Itu saja alasannya.
Tak perlu juga mengejar berlebihan apa yang ingin kita dapatkan.

Rezekimu akan sampai padamu.








Note:

Kini saya setiap hari membiasakan diri selalu bersyukur untuk kebersamaan saya dengan anak (dan suami). Karena saya tidak akan pernah tahu apakah esok kebersamaan ini  masih menjadi milik kami atau tidak. Kebersamaan dengan keluarga, rezeki juga bukan?

Senin, 22 Juni 2015

Happy 3rd Birthday, Aubrey..

Dear Aubrey Naiym Kayacinta,

Selamat ulang tahun yang ketiga, Sayang..
Ibu dengar implant koklea Ubii kemarin lancar ya? Alhamdulillah..

Ibu yakin, bersama mami, papi, dan adik Ubii kelak, hidup Ubii akan semakin membaik dan selalu indah.
Seperti dalam gambar yang Ibu buat untuk Ubii ini.


Di usia yang menginjak 3 tahun, Ubii berlimpah CINTA dari papi, mami, dan banyak orang yang kenal Ubii. Dunia Ubii juga PENUH WARNA.

Untuk semua yang Ubii miliki, jadilah gadis yang selalu bersyukur ya, Nak..
Karena engkau LUAR BIASA.

Semoga Tuhan selalu melindungi Ubii dan keluarga.
Aamiin..

Sabtu, 20 Juni 2015

Menjadi Blogpreneur bersama Jarvis Store

Semenjak saya bercita-cita ingin punya penghasilan dari rumah, saya mempelajari berbagai macam model bisnis yang bisa dikerjakan secara online. Dari beragam model bisnis online yang ada, salah satu yang ingin saya coba adalah berjualan produk dengan sistem dropship

Kenapa dropship? Karena tidak perlu memproduksi barang (perlu modal nih), tidak perlu menyimpan stok barang (takut lumutan. Hihi), dan perputaran uangnya cepat (kalau jago jualan. Hahaha). Kita hanya perlu pajang foto produk, lalu jika ada yang memesan, kita minta supplier mengirimkan langsung ke konsumen. Simpel!

Saat ini saya sudah menemukan produsen yang barangnya berkualitas dan bisa sistem dropship. Saya tinggal mempublikasikan foto-foto produk dan mempromosikannya. Namun dimana akan saya pajang foto-foto produk itu?

Saya sudah membuat fanpage di Facebook tapi saya rasa itu tidak cukup.

Mungkin Anda yang hobi bermedia sosial sudah biasa melihat teman-teman Anda berjualan aneka barang di Facebook, Twitter, Path, Instagram, dll. Menggunakan media social SAJA untuk berjualan memang bisa. Tapi sebenarnya kita BUTUH website (dalam hal ini toko online) yang akan menjadi “rumah”. 

Media sosial idealnya berfungsi untuk mengumpulkan audiens dan menarik traffic ke toko online kita.  Untuk Anda yang pernah membuat fanpage di Facebook dan/atau akun Twitter untuk bisnis, pasti mengetahui bahwa ada kolom “website” yang bisa diisi. Kalau gak punya website atau toko online, mau diisi apa hayo?

Kalau minta tolong professional untuk membangun toko online kita dari nol, harganya bisa jutaan. Untunglah ada beberapa platform toko online instan yang bisa kita gunakan dengan harga sangat murah bahkan gratis. Salah satunya adalah Jarvis Store. Yuk kita bedah!

Bagi saya, toko online yang baik minimal harus memiliki 3 syarat berikut:
  1. Mudah bagi admin (penjual) untuk menggunakannya
  2. Mudah bagi pembeli untuk berbelanja
  3. Ada fitur blog untuk membuat artikel yang menarik pengunjung         

PENGALAMAN SEBAGAI ADMIN


Proses set up toko di Jarvis Store relatif mudah. Hanya isi nama toko, data diri, pilih template (ada 11 pilihan dan bisa custom warna), upload produk dan setting pembayaran, jadi deh tokonya! 

Pilah pilih template


Sempat sedikit bingung dengan navigasinya. Untunglah suka muncul petunjuk dan juga bisa nanya via chat box ke CS Jarvis Store. Lumayan sopan dan fast respon.

Saat memasukkan data produk, formnya sangat lengkap. Satu produk bisa 4 gambar (misal produknya baju, foto yang diupload bisa dari berbagai angle atau detail kerah, saku, motif, dll. Seru kan?). 

Bisa mencantumkan variasi warna, ukuran, beserta stoknya. 

Ada kolom harga coret (kalau kita lagi mau promo diskon). 

Ada kolom untuk memasukkan kata kunci agar SEOnya optimal. Komplit!

Kita juga bisa memasang banner di bagian atas toko dan bagian samping halaman detail produk. Penting nih!

Apabila ada orderan dan kita sudah memproses pengirimannya, kita bisa memasukkan nomor resi dan status transaksi pun berubah jadi “terkirim”. Pembeli akan menerima email berisi nomor resi tsb.

Ongkos kirim sudah ditentukan secara otomatis. Sayangnya, yang tertera di sana hanya JNE. Padahal ada beberapa kasus di mana penjual atau pembeli berhalangan memakai JNE (pengalaman pribadi). Tapi masalah ekspedisi ini insya Allah sepele jika komunikasi kita dan pembeli terjalin baik.


PENGALAMAN SEBAGAI PEMBELI

Penting untuk saya memastikan pembeli tidak kesulitan berbelanja di toko online saya. Saya pun lalu berpura-pura transaksi sebagai pembeli.

Ternyata transaksi pembelian sangat mudah. Cukup pilih produk yang diinginkan dan mengisi data diri. Yang menarik, pembeli dan penerima barang bisa orang yang berbeda. Sebagai contoh, saya bisa membeli mukena atas nama Sintamilia, dengan data penerima adalah suami saya (buat ibu mertua, masak suami pakai mukena :p). Jadi kalau mau ngirim barang sebagai kado, bisa banget nih!

Rincian Belanja


Pembeli juga menerima invoice melalui email berisi detail transaksi, jumlah total tagihan, nomor rekening untuk melakukan pembayaran, dan link untuk konfirmasi pembayaran. Sayangnya di paragraf terakhir email ada sedikit typo.

Tertulis "menghubingi", seharusnya "menghubungi"

Saat barang sudah terkirim, pembeli juga menerima email berisi nomor resi pengiriman. Jadi pembeli tidak perlu menagih-nagih resi ke penjual, kecuali kalau penjual terlalu lama tidak memberi kabar. Di email pengiriman barang lagi-lagi saya menemukan typo.

Tertulis "kemudaha", seharusnya "kemudahan"

Saya sedikit menyayangkan soal typo alias kesalahan pengetikan tersebut. Memang email-email itu dikirim oleh Jarvis Store, namun karena mengatasnamakan Rumah Sakinah (toko online saya), kesannya saya yang menulis typo. Semoga pihak Jarvis Store segera mengoreksinya.


SAATNYA MENJADI BLOGPRENEUR!

Sebagai blogger, aktivitas ngeblog harus tetap jalan termasuk di toko online. Syukurlah Jarvis Store memberi fasilitas blog untuk kita. Saya pun mencoba fitur blog ini.

Mengisi konten blog sangat mudah. Waktu itu saya hanya copas judul dan isi postingan dari Word, langsung publish. Tapi tapi..
ketika saya buka http://rumahsakinah.jstore.co, kok ga ada tab blog ya? Terus kalau saya mau lihat tampilan blog piye?

Walhasil saya pake cara manual. Alamat toko ditambah slash blog menjadi

Alhamdulillah muncuuul ^^


Saya cukup senang dengan tampilan blognya. Terutama karena di bagian atas blog langsung tertera nama toko dan kategori produk. Jadi pengunjung blog bisa langsung browsing produk :)

Masih ada beberapa fitur yang belum sempat saya ulik seperti kupon dll. Tapi nanti postingan ini kepanjangan dan baru selesai pas lebaran *lebay*. 

So, sampai di sini dulu ya reviewnya.
Semoga bermanfaat.

Keep blogging,

Happy selling ^^



UPDATE

Tanggal 30 Juni saya sebagai pembeli menerima email dari Rumah Sakinah Team yang meminta pendapat dan penilaian saya mengenai layanan toko Rumah Sakinah dan juga produk yang saya "beli" beberapa waktu lalu. Pembeli dapat memberi rating antara 1-5 bintang. Bintang 1 berarti sangat mengecewakan, bintang 5 sangat memuaskan.

Selain memberi rating, pembeli juga dapat menuliskan komentar dengan terlebih dahulu log in di Facebook. Wah, fitur yang mantap nih! Gak akan ada testimoni abal-abal atau anonim. 
Bisa jadi feedback  jujur untuk owner online shop, juga jadi referensi buat calon konsumen lain. Siiip ^^

Jumat, 12 Juni 2015

KETIKA ENGKAU BERSEDIA MENIKAH DENGAN PEMUDA TAK BERHARTA

Ketika seorang pemuda tak berharta datang meminang, engkau menerimanya. Penerimaan yang mungkin tidak serta merta, karena logikamu dan orang-orang yang menyayangimu bertanya, “Apakah engkau yakin dengan dia yang tak punya apa-apa? Bagaimanakah kehidupan rumah tanggamu nanti?”

Pikiran itu mengganggumu selama beberapa waktu, hingga kemudian engkau menyadari bahwa ia memiliki hal-hal yang lebih berharga dari sekedar harta, yang semoga dapat membawamu menuju syurga.

Mungkin engkau menerimanya justru karena ia tak berharta. Engkau mengagumi keberaniannya melamarmu, di saat para lelaki mapan punya banyak alasan untuk menunda-nunda pernikahan.

Mungkin engkau menerimanya karena ia begitu shaleh. Ia dirikan solat di awal waktu, ia kerjakan ibadah sunnah, ia rutinkan tilawah Al-Qur’an, karena ia sangat tahu bahwa Allah tak akan melihat hartanya melainkan ketaqwaannya.

Mungkin engkau menerimanya karena akhlak dan budi pekertinya yang luhur. Ia yang mudah tersentuh dengan penderitaan orang lain, ia yang gemar bersedekah, ia yang mengulurkan tangan pada siapa saja yang membutuhkan pertolongan.

Mungkin engkau menerimanya karena ia pekerja keras. Ia tidak punya uang yang bekerja untuknya, seperti para investor yang tinggal tanam uang lalu bersantai-santai menikmati uang masuk. Tidak, ia belum bisa seperti itu.

Ia harus mencurahkan tenaganya, pikirannya, keterampilannya, dan apapun yang sudah Allah karuniakan padanya, untuk ia gunakan mencari nafkah. Ia mungkin bukan lulusan terbaik sekolah bergengsi yang ditawari gaji besar di perusahaan A dan B. Ia mungkin tak punya banyak pilihan pekerjaan. Tapi ia kerjakan apa yang ia bisa semaksimal mungkin, selama itu halal. Hingga mungkin engkau terkejut melihat betapa tangguh dan kuatnya ia menghadapi beban pekerjaannya.

Mungkin engkau menerimanya karena ia sabar. Saat tak ada uang untuk membeli kebutuhannya, ia tak akan marah-marah apalagi melakukan kekerasan. Di saat orang lain menjadikan rasa lapar sebagai alasan bertindak kejahatan, baginya lapar hanyalah kondisi sementara. Seperti saat berpuasa, laparnya mengekang hawa nafsu. Ia hanya perlu sabar dan tetap berikhtiar, serta yakin bahwa Allah akan menurunkan rezeki pada akhirnya.

Mungkin engkau menerimanya karena ia begitu mencintai dan menyayangimu sedemikian rupa hingga membuatmu merasa menjadi perempuan tercantik di dunia. Ia menjaga dan melindungimu dengan berbagai cara yang ia bisa. Ia mampu menyediakan telinga untuk mendengarkan keluh kesahmu kapan saja. Ia selalu hadir di saat engkau membutuhkannya. Ia rela berkorban untuk bisa melihatmu tersenyum dan tertawa gembira.


Mungkin engkau menerimanya karena yakin bahwa Allah akan mencukupkan rezeki kalian berdua, hingga hilang kekhawatiranmu tentang hidup berkekurangan. Karena engkau yakin bahwa menjalani hidup ini sebenarnya mudah saja asal tahu kuncinya:


Berpegang pada tali Allah dan segalanya akan baik-baik saja.

Selasa, 09 Juni 2015

Belajar Bikin Konten Viral

OMG.. isi blog ini jadi artikel lomba semuaaah. Ckckck
Maklumlah lagi butuh duit. Mohon maaf ya pembaca.. 
heuheu

Akhir-akhir ini selain nulis buat lomba, saya juga penasaran pengen bisa bikin konten viral terutama lewat status Facebook. Kenapa konten viral? Karena konten viral bisa menarik traffic tanpa harus bayar. Heuheu..

Konten viral yang ideal bisa menghasilan puluhan bahkan ratusan share. Sejauh ini beberapa status yang saya posting maksimal menghasilkan 2 shares T____T. Kalo like sih udah sekitar 30-50 likes. Komentar juga biasa aja sih. Ga banyak.

Ini beberapa status saya dan engagementnya:

Kemarin siang, meja makan dihadiri oleh sambal yang mantap banget rasanya, apalagi ditemani lalap. Hanya saja..
Saya : “Kurang timun ya?”
Suami: “Jangan mengeluhkan yang tidak ada. Syukuri dan nikmati saja apa yang ada.”
#Jleb

Sorenya kami pergi berjalan-jalan dan pulang saat maghrib akan menjelang.
Saya : “Sedih deh jalan-jalan tapi gak belanja.”
Suami: “Kita masih mending bisa jalan-jalan, Yang. Di rumah sakit nih (nunjuk RS yang sedang kami lewati) banyak yang pengen jalan-jalan tapi gak bisa.”
#Jleb

Terus terang saya sebal. Banget.
Bukan, bukan sebal karena apa yang dia katakan benar.
Tapi sebal karena biasanya saya yang suka mengingatkan suami untuk banyak bersyukur.
Ealah.. sekarang nasehatnya balik ke saya :3

“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”
(Q.S. Al-Asr : 1-3)

Like : 40
Komentar (selain saya dan suami): 2
Share : 2

#statuscurhat
TULISAN SAYA MEMANG BELUM BAGUS, TAPI...

CERITA SATU
Suatu hari saya mengikuti lomba menulis di facebook.
Saya TIDAK MENANG, tapi beberapa waktu kemudian sang penyelenggara (yang saya tidak kenal) memasukkan saya pada sebuah grup kepenulisan bernama Cendol.
Di grup inilah saya bertemu A Yoga Nugraha, yang ternyata adalah jodoh saya.

CERITA DUA
Saya mengikuti lomba menulis lagi dengan tema Job Review.
Lagi-lagi saya TIDAK MENANG, tapi beberapa waktu kemudian ada email masuk menawari saya job review.
Kata pengirim email, ia mengetahui email saya dari PA, penyelenggara lomba menulis Job Review itu.

___
Di saat saya sedang bosan & down karena lomba nulis kalah mulu (HAHAHA), mengingat dua cerita di atas membuat saya ingin bergerak lagi.
I have to keep writing. Mungkin saya akan kalah lagi. Tapi saya tidak akan tahu rezeki apa yang Allah siapkan dari tulisan saya yang jelek itu.

Jika Anda merasa apa yang Anda lakukan hasilnya belum memuaskan, keep doing. Improve.

Kata guru saya,
KETEKUNAN akan menemukan jalannya.

Like : 18
Komentar : 5 orang
Share : 0

Lagi  musim nyinyir-nyinyiran ya?
Jadi perempuan ternyata memang besar godaannya untuk nyinyir.
Saya berusaha sekali untuk tidak nyinyir sama orang, tapi ternyata itu tidak mencegah orang lain nyinyir sama saya.
Hmm.. cerita ini mungkin lebih tepat kalau saya bilang nyinyiran orang terhadap ibu saya tentang saya.

Seorang ibu berkata pada ibu saya,
“Saya merasa rugi banget loh, Bu, kalau nguliahin anak mahal-mahal, eh akhirnya dia malah ga kerja.”

Ibu saya menjawab,
“Bu, nyekolahin anak itu kewajiban orangtua. Memang keinginan saya nguliahin semua anak sampai S1. Anak laki-laki perlu karena mereka akan jadi tulang punggung keluarga. Kalau anak perempuan, memang setelah menikah harus memilih (tetap bekerja atau tidak).
Anak pertama saya memilih tidak bekerja. Anak kedua saya memilih jadi wanita karir. Dua-duanya saya dukung.
Anak pertama tidak bekerja karena ingin fokus mengurus anak. Kalau saya paksa dia kerja, lalu dia terbebani, untuk apa?
Bagi saya, yang penting anak saya bahagia, cucu saya bahagia.”

:’)
*peluk my mom

Like  : 29
Komentar : 5 orang
Share : 0

Hmm.. masih jauh sekali dari viral. Berpotensi viral aja belum. Tapi tetap semangat belajar. Semoga bisa bikin artikel se-viral hipwee atau hello pet.

Semangaat ^^


Minggu, 07 Juni 2015

Ingin Kutemui Orangtua, Untuk Pertama Kalinya Bersama Suami

“Ironis  ya, kamu sudah aku nikahi, tapi aku sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di rumahmu. Siapa tahu kan sebenarnya di sana kamu sudah bersuami atau sudah punya anak 2.” canda suami pada suatu ketika.

Saya hanya nyengir mendengarnya.

Suami saya memang belum pernah mengunjungi rumah orangtua saya di Batam, bahkan saat melamar dan menikahi saya.

Loh kok bisa? Begini ceritanya..

Keluarga saya tinggal di Batam. Namun sejak kuliah tahun 2005, saya ngekos di Bandung dan setelah lulus pun memutuskan bekerja di sini.

Tahun 2012, saya berkenalan dengan seorang pemuda bernama Yoga. Pemuda ini tertarik dan berniat menjalin hubungan serius dengan saya meski ia baru mengenal saya beberapa bulan. Karena tak ingin pacaran, saya tantang dia untuk bicara dengan ayah saya. 
Ia setuju, lalu menghitung-hitung ongkos yang diperlukan untuk membawa kedua orangtuanya di Sumedang ke rumah orangtua saya di Batam.

Harga tiket standar Bandung-Batam sekitar 1 juta per orang. Pergi Pulang 2 juta. Untuk 3 orang (dia dan kedua orangtuanya) total butuh  6 juta. Hanya untuk tiket pesawat! Baginya, itu biaya yang mahal. Maklum, ia bekerja di perusahaan kecil yang minim fasilitas. Ayahnya pun waktu itu adalah seorang penjual kupat tahu dan bubur ayam. Sangat sederhana.

Saat menceritakan tentang dia pada orangtua saya, tanpa diduga ibu saya berkata, 
“Gak usah ke Batam. Biar Mama dan Papa aja yang ke Bandung. Insya Allah nanti kami ke Bandung saat pernikahan Teh Ratih.”

Teh Ratih adalah sepupu saya yang tinggal di Bandung. Keluarga besar kami memang sebenarnya banyak yang di Bandung. 
Kenapa orangtua saya di Batam? Karena ayah saya ditempatkan perusahaannya untuk dinas di Batam.

Begitulah, sehari setelah gelaran nikahan Teh Ratih, keesokan harinya langsung acara lamaran saya. Pernikahan kami 4 bulan kemudian pun “numpang” di sebuah villa milik saudara di Garut, mengumpulkan seluruh keluarga besar orangtua saya.

Sampai sekarang, saat kami sudah memiliki anak berusia hampir 8 bulan, suami belum pernah menginjakkan kaki ke Batam, tempat tinggal orangtua saya. Sedih ya? Heuheu..

Jadi, andai bisa terbang gratis, saya ingin menemui orangtua di Batam, pertama kalinya bersama suami.

NGAPAIN AJA DI BATAM?
Di Batam nanti saya ingin mengajak orangtua dan suami saya berjalan-jalan ke Jembatan Barelang, menikmati kelapa muda di Pantai Melur, dan berwisata kuliner. Karena dekat laut, seafood di Batam lebih fresh dan lebih bervariasi daripada di Bandung. Saatnya pesta seafood!

TERBANG DENGAN CITILINK
Saya ingin ke Batam hari Jumat tanggal 3 Juli 2015 penerbangan dari Jakarta pukul 16.00 WIB. Sementara pulangnya hari Minggu tanggal 5 Juli pukul 14.15 WIB dari Bandara Hang Nadim Batam.

Untuk pemesanan tiket, saya memilih memesan tiket pesawat Citilink melalui Traveloka App. Kenapa Citilink? Karena harga tiketnya terjangkau, jarang delay, dan nyaman.

Booking tiket PP Jakarta-Batam-Jakarta via Traveloka



Rincian harga tiket


Malam sabtu sepertinya akan menginap di rumah orangtua, agar mereka puas main dengan cucu. Malam minggu inginnya sih menginap di hotel saja, biar bisa bulan madu #uhuk.

Saya pilih HARRIS Resort Waterfront karena lokasinya yang tak jauh dari rumah, berada di pinggir pantai, dan salah satu hotel terpopuler di Batam.

Pemesanan hotel juga lewat Traveloka App. Gampang!


Booking hotel via Traveloka


TRAVELOKA APP, BOOKING TIKET DAN HOTEL CEPAT & MUDAH!

Memesan tiket pesawat dan booking hotel via Traveloka sangat nyaman meskipun lewat mobile. Dengan adanya Traveloka App, saya bisa pesan tiket dan booking hotel dari mana saja, kapan saja. Tidak harus buka laptop dulu. Apalagi laptop saya loading-nya lama #curcol.

Caranya juga mudah. Hanya memasukkan data dan mengikuti instruksi. Tidak sampai 5 menit, tiket dan hotel yang saya inginkan sudah didapat.

Senangnya jika bisa ke Batam bersama suami. Karena perjalanan ini adalah sebuah pembuktian. Pembuktian bahwa saya belum pernah menikah sebelumnya apalagi punya anak. Hihihi..

Dear A Yoga, engkaulah yang pertama dan terakhir bagiku.

#gombal

Sabtu, 06 Juni 2015

Tanda Tanya tentang Produk Keuangan Bank Syariah



Saya adalah orang awam dalam dunia perbankan. Termasuk soal perbedaan produk keuangan bank syariah dengan bank konvensional. Sejauh ini hanya 3 poin yang saya tahu tentang perbedaan kedua jenis bank tersebut.


  1. Tabungan pada bank syariah tidak berbunga. Sementara bank konvensional memiliki produk deposito yang berbunga.
  2. Jika ada nasabah yang meminjam uang ke bank untuk mengembangkan bisnisnya, bank konvensional mendapat keuntungan berupa bunga pinjaman. Sementara pada bank syariah, sistemnya bagi hasil.
  3. KPR pada bank konvensional menerapkan system bunga (flat, floating, atau kombinasi), sementara bank syariah tidak. Jika ada nasabah yang berminat membeli rumah dengan KPR syariah, maka bank akan membeli rumah tersebut terlebih dahulu, lalu menjualnya pada nasabah (setelah menambah margin untuk keuntungan bank). Nasabah akan membayar ke bank dengan cicilan yang setara dengan harga jual rumah tersebut tanpa bunga.

Betul atau salah? Kalau salah mohon koreksi ya.. ^^

Mari bahas satu persatu poin tersebut.

Poin pertama, tentang tabungan. Dari beberapa literatur yang saya baca, menabung uang apalagi dalam jangka panjang, akan ‘rugi’. Mengapa? Karena nilai uang semakin menurun karena inflasi. Menabung uang dalam bank syariah menjadi kurang menarik untuk saya. Bukan berarti di bank konvensional lebih menarik.

Bunga deposito biasanya 6% per tahun, sementara inflasi 10%. Jadi tetap saja rugi. Ditambah ada unsur bunga alias riba, jadi rugi kuadrat.

Solusi ideal menurut saya adalah, kumpulkan uang sampai bisa beli emas, lalu beli emas dan simpan. Jadi tabungannya dalam bentuk emas. Insya Allah nilainya terjaga sampai puluhan bahkan ratusan tahun kemudian.

Poin kedua, tentang pinjaman untuk modal bisnis.

Kalau di bank konvensional, sepertinya mereka tidak peduli terhadap peminjam dana apakah nantinya untung atau rugi, yang penting si peminjam membayar uang senilai yang dipinjamkan plus bunga.

Kalau di bank syariah, kan sistemnya bagi hasil ya. Bagi hasil kan kalau untung (alias ada hasilnya). Kalau hasilnya minus alias rugi gimana ya?

Terus mungkinkah bank syariah melibatkan diri dalam bisnis nasabahnya? Minimal sebagai motivator biar bisnisnya untung, atau adakah punishment dari bank jika hasil penjualan pada bisnis sang nasabah tidak sesuai target?

Kalau ada pendampingan bisnis tentu akan sangat baik.

Poin ketiga, tentang Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kalau di bank syariah, ada sebuah akad dimana bank akan membeli rumah yang diinginkan nasabah, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi pada nasabah tsb. 

Pertanyaan saya, kira-kira bank akan mengambil margin besar tidak ya? Kalau dibandingkan dengan harga KPR di bank konvensional yang cicilannya 20 tahun, lebih mahal mana?

Semoga kalau KPR di bank syariah, harga rumahnya tidak lebih mahal daripada beli lewat bank konvensional. Kalaupun lebih mahal, mahalnya sedikit saja ya #ngarep.  Karena saya sebenarnya berminat ingin KPR dengan bank syariah. Kalau bisa beli rumah murah dan tanpa riba, saya akan bikin pengumuman ke semua orang, “Aku Cinta Keuangan Syariah!”. Hehehe..

Kalau dengar-dengar pengalaman orang, katanya kedua jenis bank tersebut masing-masing ada plus minusnya. Ya sih, saya yakin ‘seburuk-buruknya’ bank konvensional, pasti ada positifnya. Dan sebagus-bagusnya bank syariah, pasti juga ada kekurangannya. Tapi kalau bisa memilih bank syariah atau konvensional, saya pasti pilih bank syariah. Mengapa?

Tentu saja karena ridho Allah adalah yang paling utama :)


Yuk, mencegah diri kita dari bahaya dosa riba dengan menggunakan produk keuangan syariah ;)