Kamis, 25 Juni 2015

Tentang Milikmu dan Bukan Milikmu

Sumber: Status Facebook Fikry Fatullah

Beberapa peristiwa berikut terjadi pada orang-orang yang saya kenal.

Teman A mendapatkan proyek pembuatan sebuah aplikasi. Kalau lancar, A akan mendapatkan komisi 1 juta. Baginya, itu uang yang sangat lumayan. Ia yakin akan mendapatkannya. Sayangnya, ternyata aplikasi tersebut agak rumit dan A tidak berhasil menemukan orang yang bisa membuatnya, sampai akhirnya proyek tersebut dibatalkan. Bagi A, uang sejutanya melayang. Ia sangat kecewa.

Teman B sudah berpacaran kira-kira 3-4 tahun. Long Distance Relationship. Cowoknya sudah melamar. Saat persiapan hari H, sang cowok membatalkan pertunangan. Beberapa bulan kemudian, sang cowok menikah dengan perempuan lain. Nyesek!

Teman C hamil. Ia sangat bahagia. Betapa tidak, ia sebenarnya sulit hamil. Haidnya tidak teratur dan sel telurnya kecil-kecil. Dunia yang indah itu berakhir pada minggu ke 24. Tanpa pertanda apapun, mendadak ia tidak merasakan gerakan janin. Saat diperiksa, janinnya dinyatakan meninggal dalam kandungan. Baginya dunia seolah runtuh. Betapa hancur hatinya.

Teman D dianugerahi kehamilan segera setelah menikah. Ia bertamu ke rumah saya mungkin saat kandungannya berusia 1 bulan. Waktu itu belum terlihat hamil. Pertemuan kami berikutnya adalah di rumah sakit, saat saya menjenguk dia yang habis melahirkan secara Caesar. Sebenarnya belum waktunya ia melahirkan, karena usia kehamilannya masih 32 minggu. Tapi janinnya sudah meninggal dalam kandungan karena plasentanya melintir. Bayangkan, 32 minggu! Bayi perempuannya yang cantik tampak sempurna, kecuali detak jantungnya yang tiada.

Saya sempat merasa ”kesal”, karena Allah ternyata bisa juga PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Ah, tapi bagaimana mungkin kita menyalahkan Allah? Manusialah yang berharap.
Memang tidak salah untuk kita memiliki harapan. Namun seringkali kita harus ingat bahwa,

Yang ditakdirkan menjadi milikmu akan menjadi milikmu.
Yang ditakdirkan bukan milikmu tidak akan pernah menjadi milikmu.

Teman A ditakdirkan tidak menerima satu juta.
Teman B ditakdirkan tidak berjodoh dengan pacarnya itu.
Teman C dan D ditakdirkan untuk tidak perlu mengasuh anak-anak sulung mereka, karena Allah sudah menempatkan anak-anak mereka dalam syurga.

Bicara memang mudah. Tapi mari kita sama-sama belajar dan berusaha untuk tidak menyesali dan meratapi apa yang belum kita dapat. Belum milik kita. Itu saja alasannya.
Tak perlu juga mengejar berlebihan apa yang ingin kita dapatkan.

Rezekimu akan sampai padamu.








Note:

Kini saya setiap hari membiasakan diri selalu bersyukur untuk kebersamaan saya dengan anak (dan suami). Karena saya tidak akan pernah tahu apakah esok kebersamaan ini  masih menjadi milik kami atau tidak. Kebersamaan dengan keluarga, rezeki juga bukan?

1 komentar:

  1. Kebaca lagi postingan sinta yang ini.... temen B positif saya ini mah... hahaha...
    Gegara insomnia jadi blogwalking ke blog nya sinta dan meninggalkan jejak di beberapa post... hehehe...

    BalasHapus