Wahai Istri, Jangan Minggat Dari Rumah

Beberapa minggu yang lalu, saya mendengar dua kasus yang sama persis, dalam waktu kejadian yang hampir bersamaan: Tentang pasangan suami istri yang berkonflik (entah apa penyebabnya), lalu sang istri pulang ke rumah orangtuanya. Alhamdulillah keduanya happy ending (semoga) karena orangtua mereka cukup bijak untuk menyarankan putri mereka kembali ke rumah suami. 

Salah satu orang yang menceritakannya adalah bibi kami. Saya hanya komentar begini, 
"Bi, kalau aku berantem sama Aa, ga bisa pulang ke rumah ortu..."

Kenapa ga bisa? 

Karena suami tinggal di Bandung, sementara orangtua saya di Batam. Jauh men! Iya kalau saya punya duit, bisa beli tiket pesawat. Da saya mah apa atuh, hanya IRT tak bergaji. Huhu..

Apakah kalau orangtua saya tinggal satu kota dengan saya dan suami, saya akan ke sana kalau ada konflik rumah tangga? Semoga tidak. Seorang sahabat pernah menyarankan untuk tidak curhat tentang suami pada orangtua sendiri. Mengapa? karena nanti saat kita dan suami udah akur, orangtua mungkin masih akan menyimpan kekesalan dan kekecewaan pada menantunya.

Pernah suatu ketika saya dan suami konflik, saya membayangkan pergi dari rumah. Tapi kemana? Memang sih ada Uwak. Ada juga sahabat saya dari SMA yang bahkan saya bisa ke rumahnya dengan berjalan kaki. Tapi saya bayangkan lagi, pasti akan ada pertanyaan, "Kenapa?" dan saya malas menjelaskan. Buat saya masalah ini haruslah menjadi top secret. Hanya kami dan Allah saja yang tahu.

Untunglah masalah tersebut akhirnya bisa kami selesaikan berdua saja tanpa perlu curhat ke siapapun.

Saya tahu saya telah membuat keputusan yang benar. 

Ustadzah Oki dalam acara Curahan Hati Perempuan pernah bilang bahwa kecuali kasusnya KDRT, mohon istri jangan pergi dari rumah. Apalagi meninggalkan anak.

Jadi dalam episode itu ada wanita yang curhat kalau dia meninggalkan rumah karena suaminya selingkuh. Sang wanita meninggalkan anak yang masih kecil. Kalau ga salah malah masih bayi. Setelah wanita itu pergi, suaminya menikah dengan selingkuhannya. Beberapa bulan kemudian saat wanita itu kembali untuk menjenguk anaknya, terlihat sang anak kurang terurus. Akhirnya ia pun membawa anaknya juga pergi.

Duh, miris ya? Saya kasihan sih sama wanita itu. Tapi lebih kasihan lagi ke anaknya. Sang anak kan tidak bersalah, tapi ikut jadi korban dan sempat kehilangan kasih sayang ibu yang sangat ia butuhkan.

Terus gimana dong mengatasi hasrat ingin minggat?

Pertama, ingat musuh kita yang sebenarnya.

All couples fight. BUT, are they fighting the REAL enemy? 
-ProductiveMuslim.com-

Jadi ibu-ibu, jangan anggap suami sebagai musuh. Musuh yang sebenarnya adalah syaitan, yang mempermainkan ego, nafsu, akal dan hati kita biar 'terbakar'. 

Ada video animasi bagus nih yang menggambarkan ini. Simak ya:

Kedua, ingat bahwa meninggalkan rumah tanpa izin suami adalah dosa.
Di antara beberapa hal terlarang untuk istri adalah meninggalkan rumah tanpa izin suami. Definisi minggat seperti itu bukan? Ya kali minggat masak minta izin.
Dosanya berlipat kalau meninggalkan anak. Karena kita meninggalkan tanggungjawab yang sangat besar.
Bisa fatal akibatnya bagi anak terutama secara mental-psikologis.

Ketiga, minta bantuan pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik
Kalau konflik mentok tidak bisa diselesaikan berdua, panggillah pihak ketiga. Sejujurnya saya masih kurang mengerti sih, karena nemu berbagai versi.
Ada yang bilang panggil anggota keluarga yang dituakan. 
Ada juga yang bilang perlu dua orang: satu dari keluarga istri, satu dari keluarga suami.
Ada juga yang menyarankan jangan dari keluarga karena pasti berpihak. Mending konsultan pernikahan aja sekalian biar netral.
Mungkin pasutri sendiri yang bisa memutuskan mau siapa yang jadi penengah.


Inti postingan ini adalah...

Yuk usahakan sama pasangan selalu akur,

banyakin stok sabar dan suka memberi maaf.

Saya yakin kok sebenarnya ga ada pasangan yang mau bertengkar hebat sampai melebar dan berakibat kemana-mana.

Ngomong memang gampang ya. Saya juga masih belajar.
Semoga Allah selalu melindungi keluarga kita dari godaan syaitan yang tugasnya merusak hubungan rumah tangga. 

Aamiin ya Rabb..