Selasa, 08 Juni 2010

Buat Kamu

Langsung saja.
Kenapa aku malas mengangkat telepon darimu?
Karena kamu hanya berbicara tentang dirimu sendiri.
Berbicara tentang hal-hal yang tidak aku mengerti.
Membahas topik yang aku tak ingin peduli.
Hingga aku tak punya alasan untuk mendengarkan…

-----

Aku pernah membaca di sebuah buku, kalau tidak salah judulnya adalah Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain, karya Dale Carnegie. Salah satu poin dalam buku itu, disebutkan bahwa topik yang paling disukai orang adalah tentang dirinya sendiri. Makanya, Carnegie menyarankan, jika kita ngobrol dengan seseorang, bicarakan segala hal yang disukai lawan bicara. Tanyakan pekerjaannya, hobinya, kegiatan yang paling disukainya, keluarganya, prestasinya, dan seterusnya.
Dan jika lawan bicara memahami tentang komunikasi antarpribadi yang efektif, ia akan bersikap sama: bertanya balik pada kita. Sehingga terjalin komunikasi dua arah yang seimbang, dengan topik yang disukai masih-masing pihak.

-----

Sekarang, mari bicara tentang kamu.
Kita mengawali pertemanan dengan cara yang tidak aku sukai. Awalnya aku mencoba berkompromi. Aku mencoba menghargai kamu yang cukup sopan. Mungkin kita bisa berteman.

Tapi semakin lama, aku tidak melihat adanya ‘keuntungan’ dengan hubungan pertemanan via telepon ini. Aku masih menghargai jika kamu bicara tentang pribadi kamu. Tapi aku heran, untuk apa aku mendengarkan tentang whoever-i-don’t-care, whatever-i-don’t-understand?

Untuk apa aku mendengarkan cerita kamu? Tragedi cintamu? Untuk inspirasi menulis? Untuk dijadikan biografi? Oh please, kalau aku bikin biografi, orang pertama yang akan aku tulis kisah hidupnya adalah ayahku. Lalu aku (nanti, kalau aku sudah sukses).

Aku tekankan, aku tidak mengerti apa yang kamu omongkan, dan aku tidak peduli.
Maaf, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan pertemanan ini.

Ah, mengingat kamu yang selalu berbicara tentang kamu, kehidupanmu, dan dirimu, tiba-tiba aku jadi teringat seseorang. Seseorang yang selalu bertanya padaku tentang aku, kehidupanku, dan diriku.
Jujur saja, aku sempat sebal. Mengapa dia begitu ingin tahu? Tapi sejak mengenalmu, aku sadar bahwa seharusnya aku bersyukur ia begitu. Setidaknya, ia berbicara tentang aku. Bukan tentang dirinya. Tidak seperti kamu.

Kamu pernah bilang, “Aku sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada seseorang yang namanya sama dengan kamu,”
Entah kebetulan atau tidak, aku ingin mengatakan bahwa “Aku beruntung bersahabat dengannya, dengan dia yang namanya sama denganmu,”

Buat kamu, Kang R,
Aku ingin kamu berhenti menghubungiku.
Please,

Please.

Tetaplah mencari teman,
dan semoga kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama..


For my bestfriend, R,
Thanks for your caring. I really apreciate it..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar