Tahun 2009 tak lama lagi akan berakhir. Bagi aku pribadi, tahun ini agak mengecewakan. Bagaimana tidak? Di awal tahun 2009 aku membuat target lulus kuliah bulan Agustus, lalu magang atau kerja. Kenyataannya? Sampai sekarang skripsiku.. yah.. sedikit lagi sih. Dan aku juga sudah mendaftar untuk mengikuti sidang. Tapi tetap saja judulnya: Target Tidak Tercapai. Hiks.
Berbeda dengan tahun 2008 yang super-padat-kegiatan (karena jadi Ketua Cine Cub Fikom Unpad), tidak banyak yang aku kerjakan selama tahun 2009 ini. Cuma jobtraining, seminar, pindah kosan, bikin blog ini, dan bikin skripsi yang, aku akui, progressnya kayak siput.
Sungguh, kalau soal skripsi, Allah Maha Memudahkan.
Proposal yang cepat disetujui,
dosen-dosen pembimbing yang baik, tidak saling bentrok, dan sering memotivasi aku untuk cepat lulus,
kucuran dana yang masih mengalir,
responden penelitian yang sangat welcome,
dan tentu saja, teman-teman yang sangat supportif. Satu-satunya masalah ada padaku. *mulai nih sesi curhatnya*
Malas? Mungkin.
Tapi aku merasa, alasan yang lebih tepat mengapa pengerjaan skripsiku yang lambat ini adalah karena..
Aku belum ingin lulus.
Lucu, bukan? Bukankah aku sudah mencanangkan berbulan-bulan sebelumnya kalau aku ingin lulus Agustus 2009?
Tapi begitulah kenyataannya.
Aku berada di zona nyamanku.
Aku masih ingin seperti ini.
Santai.
Berstatus mahasiswa alih-alih pengangguran.
Kerjanya tidur, makan, online, jalan-jalan.
Apa lagi yang kurang dari hidupku yang sekarang? Hff…
Seiring berjalannya waktu, aku pun bosan.
Aku tahu aku tidak bisa jalan di tempat seperti ini.
Aku sadar, bahwa mau tak mau, aku memang harus melangkah.
Move on.
Semakin lama aku merasa bahwa tidak ada tempat untukku lagi di kampus
(ya iyyalah..!).
Aku juga harus belajar mencari uang.
Hidup mandiri.
Melepaskan ketergantunganku pada Papa.
Bahkan kalau bisa, membantu Papa menopang kebutuhan keluarga.
Karena selama ini, Papa-lah satu-satunya tulang punggung keluarga kami.
Ah, sungguh aku sedih karena telah mengecewakan kedua orangtuaku dengan SENGAJA memperlama skripsiku.. :-(
Maafkan Sinta ya, Pa.. Ma..
2009, aku lebih banyak berkomunikasi dengan diri sendiri (bahasa ilmiahnya Intrapersonal Communication :p).
Merenung, berpikir, bermimpi..
Kadang-kadang terjadi perang batin yang lumayan bikin stres.
Tapi semuanya mendewasakanku.
Semuanya.
Aku bahkan sempat menarik diri dari pergaulan.
Membuat berbagai alasan untuk tidak bertemu teman-teman.
Lebih menutup diri.
Bahkan kevakumanku dalam nge-blog beberapa hari terakhir juga karena itu.
Sedang ingin sendiri.
Sedang tak ingin bercerita *maklum lagi stres*.
Dan aku berterimakasih kepada semua pembaca yang, meski aku vakum, tetap memberi komentar.
Dan followerku bertambah! :-)
Somehow, aku optimis menatap 2010.
Aku akan lulus kuliah (amin),
bekerja di tempat yang aku inginkan (amin),
bekerja di posisi yang aku inginkan (amin),
atau membuka usaha sendiri di rumah (amin),
sehingga aku bisa menghabiskan waktu selama mungkin bersama Papa, Mama, dan adik-adikku sebelum aku menikah (kapan? Hehehe)
Kalau kamu, apa pencapaian kamu di tahun 2009 ini?
Lalu, apa resolusimu tahun 2010?
Senin, 28 Desember 2009
Kamis, 17 Desember 2009
Alasan Mengapa Aku Suka Buku Harry Potter: Sebuah Postingan Pre-kuel
Ini adalah postingan prekuel. Maksudnya?
Sebenarnya yang mau aku bahas adalah The Alchemyst.
Tapi sebelum membahas buku itu, mau ga mau harus membahas buku Harry Potter dulu. Kenapa? Karena alasan aku membaca buku yang satu itu, adalah karena dalam buku itu ada tokoh yang disebut-sebut dalam Harry Potter and The Sorcerer’s Stone:
Nicholas Flamel.
Aku suka banget sama tujuh buku Harry Potter + dua buku tambahannya (tentang Quidditch & Hewan-Hewan Sihir).
Membaca buku-buku itu menimbulkan sensasi yang mirip ketika dulu aku menonton Sailormoon dan Doraemon: Imajinasi tingkat tinggi, humor, dan pengalaman seru.
Sejak membaca Harry Potter-lah aku suka dengan sihir.
Tapi setelah membaca beberapa buku fantasi lain yang ada sihir-sihiran, kurang tepat kalau aku bilang aku suka sihir.
Yang benar adalah, aku suka sihir di Harry Potter.
Selain dari itu, tidak.
Hehehe..
Berikut ini adalah beberapa hal yang membuat tujuh buku Harry Potter menjadi yang paling keren dibanding buku-buku sihir lain:
1. Setting tempat sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
2. Aku suka dengan misteri. Misteri kucing berubah jadi wanita, atau manusia terbakar sendiri tapi sekelilingnya tidak terbakar, akan terjawab dengan satu kata: Sihir. Yah.. itu bikin aku berpikir, sihir itu keren. Ya! xp
3. Humor! Duh, itu yang tidak aku temukan di buku-buku lain
4. Harry Potter menggunakan karakter-karakter yang ada di berbagai mitos dan legenda.
Nah, yang terakhir itu yang aku temukan juga di buku The Alchemyst. Tokoh-tokohnya , Nicholas Flamel, istrinya Perenelle, musuhnya Jhon Dee, adalah tokoh-tokoh nyata. Dewa-dewi yang ia ‘kerahkan’ juga memang berdasarkan mitos-mitos yang ada. Jadi ya.. aku suka aja. Lebih terasa realis. Meskipun sebenarnya enggak.
Mungkin itu juga ya, yang membuat aku tidak terlalu suka The Twilight Saga.
Habis, kurang sesuai mitos sih.
Keluarga Cullen too cool to be true.
Hehe.. Aku lebih suka buku Dracula. Mirip kisah nyata.
Eit, mulai melenceng nih tulisan.
Satu hal yang kurang dari sihir The Alchemyst: Ga ada tongkat sihir!
Kan ga seru.
Aku suka tongkat sihir.
Aku pernah punya tuh tongkat sihir, bonus dari majalah Cinemagz.
Tapi patah dong sama sepupuku.
Aaaargh sebel.
Demi mengobati kekesalanku, akhirnya aku bikin sendiri aja.
(Kok aku kelihatan freak banget ya, nulis ini? Hihi)
Gambar adalah hasil karya Sintamilia.
Boleh copas asal sertakan sumber.
Terimakasih.. :)
Sebenarnya yang mau aku bahas adalah The Alchemyst.
Tapi sebelum membahas buku itu, mau ga mau harus membahas buku Harry Potter dulu. Kenapa? Karena alasan aku membaca buku yang satu itu, adalah karena dalam buku itu ada tokoh yang disebut-sebut dalam Harry Potter and The Sorcerer’s Stone:
Nicholas Flamel.
Aku suka banget sama tujuh buku Harry Potter + dua buku tambahannya (tentang Quidditch & Hewan-Hewan Sihir).
Membaca buku-buku itu menimbulkan sensasi yang mirip ketika dulu aku menonton Sailormoon dan Doraemon: Imajinasi tingkat tinggi, humor, dan pengalaman seru.
Sejak membaca Harry Potter-lah aku suka dengan sihir.
Tapi setelah membaca beberapa buku fantasi lain yang ada sihir-sihiran, kurang tepat kalau aku bilang aku suka sihir.
Yang benar adalah, aku suka sihir di Harry Potter.
Selain dari itu, tidak.
Hehehe..
Berikut ini adalah beberapa hal yang membuat tujuh buku Harry Potter menjadi yang paling keren dibanding buku-buku sihir lain:
1. Setting tempat sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
2. Aku suka dengan misteri. Misteri kucing berubah jadi wanita, atau manusia terbakar sendiri tapi sekelilingnya tidak terbakar, akan terjawab dengan satu kata: Sihir. Yah.. itu bikin aku berpikir, sihir itu keren. Ya! xp
3. Humor! Duh, itu yang tidak aku temukan di buku-buku lain
4. Harry Potter menggunakan karakter-karakter yang ada di berbagai mitos dan legenda.
Nah, yang terakhir itu yang aku temukan juga di buku The Alchemyst. Tokoh-tokohnya , Nicholas Flamel, istrinya Perenelle, musuhnya Jhon Dee, adalah tokoh-tokoh nyata. Dewa-dewi yang ia ‘kerahkan’ juga memang berdasarkan mitos-mitos yang ada. Jadi ya.. aku suka aja. Lebih terasa realis. Meskipun sebenarnya enggak.
Mungkin itu juga ya, yang membuat aku tidak terlalu suka The Twilight Saga.
Habis, kurang sesuai mitos sih.
Keluarga Cullen too cool to be true.
Hehe.. Aku lebih suka buku Dracula. Mirip kisah nyata.
Eit, mulai melenceng nih tulisan.
Satu hal yang kurang dari sihir The Alchemyst: Ga ada tongkat sihir!
Kan ga seru.
Aku suka tongkat sihir.
Aku pernah punya tuh tongkat sihir, bonus dari majalah Cinemagz.
Tapi patah dong sama sepupuku.
Aaaargh sebel.
Demi mengobati kekesalanku, akhirnya aku bikin sendiri aja.
(Kok aku kelihatan freak banget ya, nulis ini? Hihi)
Gambar adalah hasil karya Sintamilia.
Boleh copas asal sertakan sumber.
Terimakasih.. :)
Senin, 07 Desember 2009
Menulis Yang Bermanfaat
Sebenarnya, aku merasa belum saatnya aku kembali ke blogosphere.
Kenapa? Karena skripsiku belum selesai.
Tapi tahu ga sih? Meskipun aku ga nge-post, di kepalaku banyak banget yang pengen aku tulis, dan percaya atau enggak, aku buka Blogspot setiap hari, sesering aku buka Facebook. Hehehe..
Sepertinya aku memang udah cinta sama blog ini..
Aku juga mulai berpikir, sepertinya salah kalau aku berniat dengan sengaja menghentikan aktivitas nge-blog.
Alasan sibuk atau ingin fokus, kurang bisa diterima.
Karena sesibuk apapun, sebenarnya aku masih punya waktu untuk menulis dan nge-blog.
Tapi memang, belum bisa setiap hari seperti yang aku inginkan.
Baru baca status di fb temenku nih, Fatih Beeman. Dia menulis begini,
Duh, itu 'dalem' banget.
Soalnya selama November kemarin aku berusaha posting setiap hari, meski apa yang aku tulis entah apa isinya. Ga penting.
Waktu itu yang aku pikirkan yang penting posting tiap hari, dan menomorduakan isi.
Jadi agak menyesal.. :-(
Terus, aku juga dapat motivasi lain dari sebuah buku, yang membuat aku harus tetap semangat menulis, tapi tentunya tulisan itu harus bermanfaat, ada 'misi'nya, inspiratif alias mencerahkan, dan kalau bisa, menghibur.
Itu juga 'ngena' banget, karena sebelumnya aku sangat sebal dengan banyaknya 'aturan' penulisan (disebut juga tips-tips) dalam menulis di blog.
Harus informatif,
tepat sasaran,
topiknya begini dan begitu,
bla..bla..bla..
aku kan pengen menulis sebebas-bebasnya!
Tapi sekarang aku sadar, menulis bebas hanya untuk di diary dengan pengamatan ketat.
Sementara untuk blog, karena banyak yang membaca, maka benar bahwa tulisanku haruslah bermanfaat.
Oke..
Bismillahirahmanirrahiim..
Semoga tulisan-tulisanku di masa mendatang bisa memberi manfaat dan menginspirasi para pembaca blog ini.
Amin..
Kenapa? Karena skripsiku belum selesai.
Tapi tahu ga sih? Meskipun aku ga nge-post, di kepalaku banyak banget yang pengen aku tulis, dan percaya atau enggak, aku buka Blogspot setiap hari, sesering aku buka Facebook. Hehehe..
Sepertinya aku memang udah cinta sama blog ini..
Aku juga mulai berpikir, sepertinya salah kalau aku berniat dengan sengaja menghentikan aktivitas nge-blog.
Alasan sibuk atau ingin fokus, kurang bisa diterima.
Karena sesibuk apapun, sebenarnya aku masih punya waktu untuk menulis dan nge-blog.
Tapi memang, belum bisa setiap hari seperti yang aku inginkan.
Baru baca status di fb temenku nih, Fatih Beeman. Dia menulis begini,
Orang bijak berbicara karena mereka memiliki 'sesuatu' untuk disampaikan. orang yang kurang bijak berbicara karena mereka harus mengatakan 'sesuatu'
Duh, itu 'dalem' banget.
Soalnya selama November kemarin aku berusaha posting setiap hari, meski apa yang aku tulis entah apa isinya. Ga penting.
Waktu itu yang aku pikirkan yang penting posting tiap hari, dan menomorduakan isi.
Jadi agak menyesal.. :-(
Terus, aku juga dapat motivasi lain dari sebuah buku, yang membuat aku harus tetap semangat menulis, tapi tentunya tulisan itu harus bermanfaat, ada 'misi'nya, inspiratif alias mencerahkan, dan kalau bisa, menghibur.
Itu juga 'ngena' banget, karena sebelumnya aku sangat sebal dengan banyaknya 'aturan' penulisan (disebut juga tips-tips) dalam menulis di blog.
Harus informatif,
tepat sasaran,
topiknya begini dan begitu,
bla..bla..bla..
aku kan pengen menulis sebebas-bebasnya!
Tapi sekarang aku sadar, menulis bebas hanya untuk di diary dengan pengamatan ketat.
Sementara untuk blog, karena banyak yang membaca, maka benar bahwa tulisanku haruslah bermanfaat.
Oke..
Bismillahirahmanirrahiim..
Semoga tulisan-tulisanku di masa mendatang bisa memberi manfaat dan menginspirasi para pembaca blog ini.
Amin..
Selasa, 01 Desember 2009
Kali ini bener-bener Hiatus! :D
Makin ga jelas nasib blog ini.
Dua postingan sebelumnya, Hiatus.
Eh, besoknya, posting lagi sambil ngomongin program Posting Setiap Hari.
Hehe..
Tapi kali ini aku benar-benar sulit meluangkan waktu buat nge-blog.
Jadi memang mau cuti dulu.
Sebagai posting perpisahan sebelum Hiatus, aku tampilkan ini, yang sebelumnya sempat aku publish di facebook.
Happy Reading!
“Kamu sibuk banget, ya?” tanyanya padaku via telepon.
“Aku kan sudah jelaskan..”
“Ya sudah, tidak apa-apa kok..”
Dia menutup telepon.
Tidak apa-apa? Huh. Dasar cewek!
Aku berani bertaruh, kata “tidak apa-apa” yang ia ucapkan bukan berarti benar-benar “tidak apa-apa”. Dari nada suaranya aku tahu, dia kecewa.
Teramat kecewa.
Hmpfh..
Aku menghempaskan diri ke sofa.
Aku memang workaholic. Dia tahu itu.
Tapi meskipun aku tahu bahwa dia sangat memaklumiku, aku sadar aku memang harus meluangkan waktu untuknya.
Tapi bagaimana? Kapan?
Sialan.
Aku tidak suka seperti ini.
Aku selalu merasa bersalah setiap kali aku berkata,
“Maaf, aku tidak bisa datang..”
“Maaf, aku sedang di luar kota..”
“Maaf, hp ku tadi mati,”
Hingga kalimat yang paling basi:
“Maaf, aku sibuk..”
Serta berbagai alasan lain yang mengiringi setiap kata maafku.
Terkadang aku setengah berharap, ia berhenti saja menghubungiku.
Sehingga aku tidak perlu menolaknya setiap saat, yang membuat perasaan bersalahku bertambah dari waktu ke waktu.
Dan melihat betapa sering aku mengecewakannya, aku tidak akan heran jika ia memutuskanku dari dulu.
Tapi disisi lain, aku tahu itu adalah caranya mempertahankan hubungan ini.
Hubungan yang di mataku sudah seperti perahu yang bocor disana-sini.
Dia berusaha menambalnya sendiri,
Dia berusaha menguras airnya sendiri,
Sementara aku sibuk dengan ikan-ikan.
Dia mencintaiku. Jelas.
Lalu aku?
Aku kini justru mempertanyakan perasaanku.
Beranikah aku katakan padanya, bahwa ini bukan tentang “sibuk” semata?
NB:
Cerita di atas adalah FIKSI. Mohon saran dan kritiknya.. ;p
Buat siapapun yang merasa terlupakan karena “kesibukan”ku,
Aku mohon maaf.
Tapi sungguh, aku selalu ingin kamu menghubungiku.
Karena aku yakin, suatu saat nanti, entah kapan,
Alih-alih minta maaf, aku akan berkata,
“Ya, aku akan datang menemuimu..”
H.I.A.T.U.S
Dua postingan sebelumnya, Hiatus.
Eh, besoknya, posting lagi sambil ngomongin program Posting Setiap Hari.
Hehe..
Tapi kali ini aku benar-benar sulit meluangkan waktu buat nge-blog.
Jadi memang mau cuti dulu.
Sebagai posting perpisahan sebelum Hiatus, aku tampilkan ini, yang sebelumnya sempat aku publish di facebook.
Happy Reading!
“Kamu sibuk banget, ya?” tanyanya padaku via telepon.
“Aku kan sudah jelaskan..”
“Ya sudah, tidak apa-apa kok..”
Dia menutup telepon.
Tidak apa-apa? Huh. Dasar cewek!
Aku berani bertaruh, kata “tidak apa-apa” yang ia ucapkan bukan berarti benar-benar “tidak apa-apa”. Dari nada suaranya aku tahu, dia kecewa.
Teramat kecewa.
Hmpfh..
Aku menghempaskan diri ke sofa.
Aku memang workaholic. Dia tahu itu.
Tapi meskipun aku tahu bahwa dia sangat memaklumiku, aku sadar aku memang harus meluangkan waktu untuknya.
Tapi bagaimana? Kapan?
Sialan.
Aku tidak suka seperti ini.
Aku selalu merasa bersalah setiap kali aku berkata,
“Maaf, aku tidak bisa datang..”
“Maaf, aku sedang di luar kota..”
“Maaf, hp ku tadi mati,”
Hingga kalimat yang paling basi:
“Maaf, aku sibuk..”
Serta berbagai alasan lain yang mengiringi setiap kata maafku.
Terkadang aku setengah berharap, ia berhenti saja menghubungiku.
Sehingga aku tidak perlu menolaknya setiap saat, yang membuat perasaan bersalahku bertambah dari waktu ke waktu.
Dan melihat betapa sering aku mengecewakannya, aku tidak akan heran jika ia memutuskanku dari dulu.
Tapi disisi lain, aku tahu itu adalah caranya mempertahankan hubungan ini.
Hubungan yang di mataku sudah seperti perahu yang bocor disana-sini.
Dia berusaha menambalnya sendiri,
Dia berusaha menguras airnya sendiri,
Sementara aku sibuk dengan ikan-ikan.
Dia mencintaiku. Jelas.
Lalu aku?
Aku kini justru mempertanyakan perasaanku.
Beranikah aku katakan padanya, bahwa ini bukan tentang “sibuk” semata?
NB:
Cerita di atas adalah FIKSI. Mohon saran dan kritiknya.. ;p
Buat siapapun yang merasa terlupakan karena “kesibukan”ku,
Aku mohon maaf.
Tapi sungguh, aku selalu ingin kamu menghubungiku.
Karena aku yakin, suatu saat nanti, entah kapan,
Alih-alih minta maaf, aku akan berkata,
“Ya, aku akan datang menemuimu..”
H.I.A.T.U.S
Langganan:
Postingan (Atom)