Setiap hari Jumat, saat karyawan laki-laki melaksanakan solat Jumat, karyawan perempuan di kantorku mengadakan sebuah kajian muslimah. Tema minggu lalu (kalau gak salah) adalah ‘memetik hikmah’. Beberapa orang diminta sharing tentang kisah hidupnya dan berbagi pelajaran.
Salah satu cerita yang membuat aku sedih adalah tentang seorang ibu yang hidup terpisah dengan anaknya. Dia tidak bercerita bagaimana latar belakangnya. Yang jelas, sang anak yang belum genap 3 tahun itu diasuh neneknya di luar kota.
Memisahkan diri dengan anaknya adalah keputusan yang ia ambil sendiri. Tapi setelah berpisah, saat itulah ia menyadari betapa ia sangat rindu, sangat sayang, dan sangat cinta lebih daripada cinta pada bapaknya si anak (ia sudah bercerai).
Ia memasang foto-foto anaknya di meja kerjanya, mencoba untuk mengobati rasa rindu. Ia menyesali saat ia pernah mengabaikan anaknya dulu, saat anaknya mencari perhatiannya padahal ia sedang lelah pulang kerja. Ia selalu berdoa, semoga Allah mengizinkan ia berkumpul lagi dengan anaknya.
Mendengar itu aku jadi teringat Mama. Mungkin seperti itu yang Mama rasakan, berpisah dengan anak-anak gadisnya di rantau orang. Selama ini Mama yang sering mengeluh, ia ingin keluarga kami berkumpul. Kalau aku dan adikku memang betah bekerja di Bandung, Mama bahkan rela pindah ke Bandung. Tapi itu bukan hal mudah. Apalagi dua adikku yang lain betah bersekolah di Batam. Nah loh. Anak-anaknya ga kompak. Padahal ia ingin keluarga kami menyatu. Pasti posisinya sulit.
Harus kuakui, sekangen-kangennya aku pada Mama, pasti itu gak nyampe 10% dibanding rasa rindu Mama padaku dan adik perempuanku. Kami punya dunia sendiri. Dunia kuliah, dunia kerja. Tapi bagi Mama, kamilah dunianya. Yang kami pikirkan setiap hari adalah tugas & kerjaan. Yang Mama pikirkan? Kami. Keluarga. *sigh*
Saat itu aku menahan diri, jangan sampai nangis. Coz kata artikel di majalah, nangis di kantor hukumnya “Haram”.
Aku berdoa, semoga masih sempat membahagiakan Mama, masih sempat menghabiskan waktu bersama sebelum (siapa tahu nanti) diboyong suami tinggal jauh dari Mama, dan masih diberi kesempatan untuk berbakti padanya.
Semoga Mama diberi kebahagiaan, kesehatan, dan umur panjang, karena aku masih butuh doamu, Ma, yang makbul itu..
I miss u mom, so much..
:’(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar