Selasa, 19 Oktober 2010

Lagi, Tentang yang Terlarang di Luar Nikah

Tidak; aku tidak bermaksud bersikap sok suci.

Tidak; aku, yang belum pernah melakukan itu, tidak akan menganggap diriku lebih baik daripada mereka.

Tidak, aku tidak akan bilang bahwa karena ini aku akan masuk surga, sementara mereka akan masuk neraka.

Seorang perempuan pezina saja diampuni dosanya karena memberi minum anjing yang kehausan, dan ulama yang rajin beribadah bisa saja ditolak masuk surga karena riya yang tak disadarinya.

Tidak; aku tidak bermaksud menghakimi mereka.

Tidak; sebenarnya aku tidak mau peduli. Terserah apa yang ingin mereka lakukan.

Tapi jujur saja, aku MERASAKAN sesuatu (tolong jangan salahkan aku, karena aku tak tahu bagaimana mencegah munculnya perasaan-perasaan ini)


Aku merasa sesak. Malu. Sedih. Kecewa. Khawatir. Takut.

Dan semua yang negatif itu terakumulasi menjadi satu: menyakitkan.


Aku memang naif.

Bahkan mungkin terlalu naif.

Kalau mereka (atau kalian) menertawakanku, tertawa saja. Aku akan ikut tertawa.

Hidupku memang “ga seru”, “ ga asik”, dan “membosankan”.


Aku pun tak sempurna.

Aku pun pernah salah, pernah khilaf.

Tapi setidaknya aku berusaha keras untuk tidak membuat Allah murka,

untuk tidak mencoreng muka orangtua,

untuk tidak memberi contoh buruk bagi adik-adikku dan orang lain,

untuk tidak membuat teman-temanku sedih dan kecewa,

untuk tidak menyerah dikalahkan syaitan laknatullah.


Setiap orang bebas menentukan pilihan,

sekaligus harus bertanggungjawab atas segala resiko yang ditimbulkan karena pilihannya itu.


Satu hal yang aku tahu pasti, dan aku yakini,

Keberkahan akan kita dapatkan jika kita menjalani hidup sesuai aturan-Nya.

Itu saja.






*ditulis dengan menahan rasa sakit,

setelah mendapat “berita buruk” dari seorang teman.

Astaghfirullah..

Astaghfirullah..

Astaghfirullah…


Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semuanya.

Amin.



1 komentar: