Woaaaa... tiga minggu ga nge-blog!
maafkan aku sodara-sodara, kemarin-kemarin aku konsentrasi penuh revisi skripsi, yang telah tertunda selama 7 bulan (2 bulan lagi melahirkan tuh T_T)
Alhamdulillah, sudah selesai & mendapat ijazah. Yippiieee...!
Jadi, sekarang bisa nge-blog lagi. Asik asik asik.
Udah pada nonton film Satu Jam Saja belum? Meskipun menurutku ceritanya simpel dan alurnya lambat, tapi aku tetap menyarankan kalian nonton demi mendukung perfilman Indonesia yang berkualitas *tsaaah*. Lagipula, soundtracknya bagus (alasanku nonton ini cuma karena soundtracknya aja sih. Hehe)
Aku nonton Satu Jam Saja bareng anak-anak kosan hari senin malam (11/10) di BIP, and surpraisingly, tiga pemain utamanya dateng dong.. Vino, Revalina, dan Andhika Pratama. Reva bahkan ditemani Agus Ringgo. Hohoho.. (Hmm.. paragraf ini ga penting sebenarnya. Mau pamer aja *halah!*)
Film ini bercerita tentang seorang Gadis yang hamil di luar nikah. Sang pelaku yang notabene sahabatnya sendiri , lari dari tanggungjawab. Pesan moral film ini adalah.. Hati-hati dalam bergaul. Bahkan meski ga pacaran, meski statusnya sahabat, tapi kalau syaitan lewat dan kita ga punya tameng cukup kuat untuk melawan tuh syaitan sialan, celakalah jadinya.
Mari kita berbelok sedikit.
Aku tidak terlalu suka acara hipnotis Uya Emang Kuya, karena banyak mengumbar aib.
Kita diperintahkan untuk tidak mengumbar aib orang lain.
Allah saja menutupi aib kita. Masa’ kita membongkar aib sendiri? Ga banget lah pokoknya.
Tapi aku pernah melihat satu episode yang agak bagus. Uya menghipnotis ibu dan anak perempuannya. Dalam keadaan tidak sadar, sang anak bercerita kalau dia merasa dikekang oleh sang ibu, sehingga ia pacaran backstreet. Sementara ketika sang ibu dihipnotis, beliau bercerita kalau ia sangat mengkhawatirkan pergaulan anak jaman sekarang. Sikapnya yang protektif pada anaknya itu adalah karena dia sayang dan tidak ingin anaknya terjerumus. Di akhir acara, sang anak meminta maaf pada ibunya sambil menangis. Mereka berpelukan.
Ah, mengharukan sekali. Melihat itu, aku jadi teringat Papa.
Beberapa bulan yang lalu, aku pernah mendapat sms dari Papa. Isinya kira-kira begini, “Sinta & Nurul, hati-hati ya di sana. Jangan sampai melakukan hal yang dilarang agama”.
Hah? Apaan nih? Ga ada angin, ga ada hujan, tiba-tiba Papa ngirim ini? Emangnya aku ngapain?
Aku bingung dan ga tau mesti merespon bagaimana. Ada beberapa hal yang dilarang agama. Tapi tentu saja yang dimaksud Papa bukan membunuh, merampok, atau korupsi. Kita semua tahu lah ya, apa konotasi "hal yang dilarang agama". Sms itu ga aku balas.
Papa lalu mengirim sms lagi yang menceritakan bahwa tetangga kami, Pak Haji Entahsiapa, yang anak perempuannya hamil di luar nikah. Oalaaah. Jadi itu alasannya Papa ngirim sms ‘aneh’? Akhirnya aku balas sms Papa dan meyakinkan beliau kalau insya Allah kami akan baik-baik saja di sini. Kami saling menjaga dan mengawasi satu sama lain.
Beberapa waktu kemudian, ketika aku pulang ke Batam, aku mendapat cerita versi Mama. Mama bercerita, ketika Papa mendengar tentang anak perempuan Pak Haji Entahsiapa itu, raut muka Papa tiba-tiba berubah. Papa terlihat sediiiiiiiiiiiih.. sekali. Belum pernah Mama melihat Papa sesedih itu (FYI, Papa emang hampir ga pernah terlihat sedih. Dapet cobaan hidup seberat apapun, ia selalu tampak cool, calm, & confident. Heuheu). Mama yang heran lalu bertanya, “Kenapa pa? Kok sedih?”. Papa menjawab,
“Dia yang tinggal sama orangtuanya aja bisa seperti itu. Gimana anak-anak kita, yang jauh dari pengawasan?”
Ya Allah.. Betapa khawatirnya Papa pada kami! Jadi terharu.. Hiks hiks..
Mama sendiri merasa ga sedih, biasa aja tuh (emang, dasar :p). Mungkin karena Mama punya feeling & naluri keibuan yang kuat, jadi kalau anak-anaknya macem-macem pasti langsung ketahuan. Tapi bukan berarti Mama ga peduli. Dulu Mama pernah ngasih aku pilihan, mau diberi kebebasan yang bertanggungjawab, atau, kalau aku belum bisa bertanggungjawab, Mama akan kekang sekalian, biar aman. Aku tentu milih yang pertama dong.
Mama juga pernah menganalogikan, anak perempuan itu seperti gelas kristal. Gelas kristal itu rapuh dan mudah pecah. Kalau sampai retak, nilainya ga akan berharga lagi. Makanya harus dijaga dengan baik.
Mungkin punya anak perempuan memang berat ya. Buktinya, Allah ngasih pahala yang besar bagi para ortu yang berhasil membesarkan, merawat, dan menjaga anak-anak perempuannya. Ada hadist yang bilang, bahwa:
“Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah surga.”
(Sumber hadist: http://www.scribd.com/doc/27449087/40-keistimewaan-wanita)
...
Udah banyak bukti di sekitar kita.
Seharusnya kita belajar.
Belajar dari Gadis, yang menderita karena akhirnya menikah dengan orang yang tidak ia cintai demi menutupi aib..
Belajar dari Uya Emang Kuya, yang menunjukkan betapa parahnya pergaulan remaja sekarang sehingga sang ibu begitu protektif.
Belajar dari Pak Haji Entahsiapa, yang bahkan dengan embel-embel Pak Haji pun tidak menjamin anaknya "selamat".
So girls,
mari kita sama-sama jaga diri,
saling mengingatkan sesama cewek,
supaya gak ada lagi Gadis-Gadis lain,
yang tak lagi "gadis" ketika menikah.
Luv u all :)
Sumber gambar: Indonesian Film
NB: Mbak-mbak tukang sobek karcisnya mungkin terpukau juga dengan kedatangan artis-artis itu sampai lupa menyobek karcisku. Hihihi..
setujuuu sama judulnya :) makasih kak Sinta ud jd follower pertama blog (ke empat) elsa, haha, do'ain ya kak blognya ga jd almarhum kaya blog2 sebelumnya..
BalasHapusmunkin sama yah, antara anak laki-laki ma perempuan, hanya mungkin seorang wanita tuh diberi keindahan tersendiri. maka keindahan itu yang harus terus di jaga, karena bila rusak maka keindahan itu akan hancur untuk selama-lamanya.
BalasHapusbersyukur menjadi yang minoritas :p
alhamdulih... makasi ya mbak udah diingatkan ..
BalasHapus:)
ditunggu cerita berikutnya...