Kamis, 02 September 2010

24 Ramadhan: Pseudo Moments-Beach

Hadits diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib R.A, suatu hari Rasullullah SAW ditanya oleh sahabatnya, tentang keistimewaan shalat tarawih pada bulan Ramadan. Maka Rasullullah SAW bersabda; Siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam keduapuluhempat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.

Sumber dari sini

-----

Kali ini copas lagi. Hehe.
Postingan sebelumnya juga copas.
Pokoknya emang lagi copas mode on lah malam ini. Hihi

Tapi kalau yang sebelumnya copas karya orang,
yang satu ini adalah karyaku sendiri.
Aku copas dari note fb: Sebuah fiksi karya Sintamilia :)

Happy Reading!


Aku takjub dengan apa yang aku lihat.
Pasirnya putih, bersih, dan halus. Pantainya landai.
Dari jauh, ombak biru bening bergulung-gulung kecil.
Matahari sore berwarna oranye kemerahan.
Tak jauh dari sana, perbukitan hijau menambah warna teduh.

Waow! Gila keren buanget! Pas sekali untuk lokasi foto pre-wedding.
Ups.. Aku jadi malu sendiri membayangkannya.


“Kita salat Ashar dulu yuk,” ajak Fariz. Pria kurus tinggi dan berkulit cokelat itu menuntun lengan Angel, keponakan-4-tahun-mirip-Suri Cruise nya. Lengan Angel yang satunya menarik tanganku. Bertiga kami berjalan beriringan menuju mesjid terdekat.

Selesai salat, kami menikmati kelapa muda yang baru dipetik langsung dari pohonnya. Aku selalu suka kelapa muda. Terutama yang alami seperti ini: tanpa susu kental, tanpa pemanis. Meskipun sebenarnya kurang es batu, tapi rasanya sudah nikmaaaaat sekali! Ah, ini pasti karena hormon oxytocin lagi mengalir deras dalam darahku.



Matahari semakin rendah. Semakin sore warnanya semakin merah.
Kami menyusuri pantai, menuju matahari yang mulai terbenam.

Aku, Angel, dan Fariz berjalan pelan di atas pasir. Sesekali kaki kami diusap air laut. Ingin sekali kugenggam tangan Fariz. Bagaimana rasanya ya? Namun saat ini aku harus cukup puas dengan hanya menggenggam tangan mungil Angel.

Ngomong-ngomong tentang Angel, Fariz pernah menjelaskan mengapa Angel selalu ada di setiap kencan kami. Katanya, “Kalau kita cuma berdua, yang ketiganya itu syaitan. Jadi daripada kita ditemenin syaitan, kan lebih baik sekalian aja kita bawa aja malaikat,”. Mungkin karena itu Fariz memanggilnya Angel.

Aku pribadi agak curiga kalau Angel itu bukan nama aslinya. Karena kadang-kadang dia tidak menoleh saat dipanggil ‘Angel’. Kalau sudah begitu, Fariz akan memanggilnya ‘Angelina’, baru kemudian ia menoleh. Jangan-jangan nama sebenarnya adalah Lina. Hihi. Tapi itu tidak penting. Yang penting, bagiku kehadiran Angel bisa mengurangi rasa gugupku. Kalau tidak ada Angel di sini, mungkin aku akan grogi setengah mati.



Aku menatap wajah Fariz, yang sedang terpaku pada matahari.
Ah, ia paling cakep kalau dilihat dari samping.
Garis wajahnya seperti dalam komik. Hidungnya, bibirnya.. Aku memalingkan wajah.

“Fariz..” ucapku pelan sambil menunduk.
“Ya?” ia menoleh padaku.
“Ini seperti mimpi,” sahutku.
Ia tersenyum menahan tawa, “Memang!”

Hah? Aku berpikir sejenak.
Astaga! Dia benar.
Aku bahkan tak perlu repot-repot mencubit tanganku untuk membuktikan itu.

Ah sial, jam berapa aku memasang alarm tadi malam?
Semoga hp ku low bat dan mati sebelum berbunyi.
Amin.


(semoga)
Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar