Film terakhir yang aku tonton di bioskop adalah Ketika Cinta Bertasbih.
Wow! Lama sekali aku absen dalam dunia per-bioskop-an Indonesia.
Sebagai orang yang bercita-cita sebagai filmmaker, itu adalah suatu bentuk kemalasan belajar.
Sebagai pecinta film Indonesia berkualitas, tidak menonton Merantau dan Merah Putih adalah kerugian.
Sebagai pecinta Harry Potter, tidak menonton filmnya yang keenam menimbulkan sebuah pertanyaan:
Ada Apa Dengan Sinta? *halah*
Entahlah. Tiba-tiba aku merasa sangat sayang membayar sejumlah uang untuk beli tiket.
Untuk makan saja susah… *lebay*
So, acara nonton bioskop diganti jadi nonton DVD di rumah. Jadi sekarang aku tidak akan membahas tentang film-film baru di bioskop. Aku akan membahas film-film lama yang sudah jarang ditonton, tapi sebenarnya masih lumayan oke kok, buat hiburan.
Dibawah ini adalah film-film yang menurutku pesannya ‘dapet banget’.
1. Gracie
Tentang seorang gadis 17 tahun bernama Gracie, sulung dari 5 bersaudara, yang berjuang memberikan stabilitas hidup bagi semua adik-adiknya. Mereka semua beda ayah. Dan tidak diceritakan dimana ayah-ayah mereka. Ibu mereka sangat penyayang, tapi hobi gonta-ganti pacar, melakukan penipuan, sehingga jadi buronan polisi. Mereka hidup dalam pelarian.
Sebuah peristiwa menyadarkan Gracie bahwa mereka tidak bisa selamanya hidup seperti itu. Ketika ibunya masuk penjara, Gracie berusaha menjadi orangtua resmi bagi adik-adiknya. Ia kuliah sambil bekerja untuk menafkahi keluarga kecilnya. Ketika ibunya bebas, Gracie harus menghadapinya di pengadilan untuk merebut hak perwalian bagi adik-adiknya.
Adegan paling menyentuh adalah ketika tiga adik termuda Gracie harus memilih, apakah akan hidup bersama Gracie, yang selama ini berjuang untuk mereka, ataukah bersama ibu tercinta, yang memberikan iming-iming kehidupan baru yang mereka impikan.
Film ini bikin aku pengen nangis karena aku jadi ingat adik-adikku. Ga kebayang kalau harus menggantikan peran orangtua bagi mereka.
2. Princess Protection Program
Film yang dibintangi dua Disney Star, Selena Gomez dan Demi Lovato ini lumayan inspiratif.
Ternyata jadi seorang putri bukan hanya soal penampilan yang high maintenance dan kejaiman tingkat tinggi, tapi lebih dari itu, seorang putri harus bisa jadi panutan, memberi contoh yang baik, cerdas, mampu menyelesaikan masalah, senang menjalankan kegiatan sosial, supel bergaul dengan berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai nenek-nenek, mampu menjaga sikap, enggak gampang marah dan balas dendam kalau dizalimi, dan memiliki visi untuk membuat perbedaan yang lebih baik di masyarakat dengan kekuasaan yang dimilikinya.. ow so sweeet..
Bikin aku pengen jadi putri.. hueheheh..
Princess Sinta..
Yuwk yak yuwk..
Eh, oya, satu lagi. Seorang putri juga harus menguasai berbagai bahasa, mampu berkomunikasi dengan baik, menggunakan bahasa yang dimengerti komunikan.. Kalau ngobrol sama orang Sunda.. harus ngomong Sunda.. ngobrol ma orang Prancis.. pake bahasa Prancis..ngomong sama orang Arab, pakai bahasa Arab dong! Hehehe..
3. Priceless
Tentang seorang cewek bernama Irene (Audrey Toutou) yang pekerjaannya morotin om-om kaya buat beli berbagai barang mahal. Sampai suatu ketika, ada seorang pemuda kere yang jatuh cinta padanya. Irene mengabaikannya. Lucunya, cinta sang pemuda tak luntur meski jelas-jelas diporotin Irene. Namun, cinta sang pemuda yang tulus dan selalu ada ketika Irene membutuhkan, pada akhirnya meluluhkan hati Irene. Film ini menyadarkan kita bahwa meskipun kita (baca: cewek) memang membutuhkan duit (Hahaha.. Eh, benar, kan?), tapi cintalah yang membawa kebahagiaan..
Uhuy!
Bonus: Film Indonesia
4. Suka Ma Suka (SMS)
Para pecinta sinetron “Cinta Fitri” dan “Melati Untuk Marvel” wajib nonton film ini. Kapan lagi lihat Teuku Wisnu jadi cowok ‘melambai’, pura-pura jadi pasangan gay-nya Rezky Aditya, demi bisa nge-kos di tempat gebetan mereka: Laudya Cintya Bella, untuk PDKT. Sebenarnya sih ceritanya sangat sederhana dan simpel. Tapi lumayan kocak lah. Apalagi endingnya. Wuih wuih wuih.. Dahsyat. Asik ditonton kalau lagi santai..
By the way, film-film diatas kayaknya girly banget ya? Haha. Maklumlah..
Tapi cowok ga dilarang nonton, kok. Apalagi yang Priceless. Wajib tonton tuh, biar tahu bagaimana meluluhkan hati cewek matre tanpa mengeluarkan uang! Hihi..
Selamat Menonton!
Senin, 31 Agustus 2009
Buku-buku yang Dibaca Bulan Agustus '09
Just quick update..
1. Romeo and Toilet- Leonardo De Capriyono
2. Rona Hidup Rona- Mia Arsyad
3. 10 Things I Want To Do Before Die
4. Istora da Paz- Okke ‘Sepatu Merah’
5. Imaji Terindah-Sitta Karina
6. Tauhid- Drs. Buchari
7. Menyemai Cinta- Dandang A. Dahlan
8. Kamar Cewek- Ninit Yunita & Okke ‘Sepatu Merah’
9. Muka Marketplace Boy-Aca
Dibawah ini adalah beberapa buku yang patut mendapat penghargaan dari aku, sebagai buku..
Paling favorit: Istora da Paz
Paling diharapkan jadi film: Imaji Terindah
Paling cocok dibaca pas bulan Ramadhan: Tauhid, dong..
Paling lucu: Romeo and Toilet
By the way, semakin sering aku baca novel, semakin aku ingin nulis buku.
Duh.. I really wanna be a writer!
1. Romeo and Toilet- Leonardo De Capriyono
2. Rona Hidup Rona- Mia Arsyad
3. 10 Things I Want To Do Before Die
4. Istora da Paz- Okke ‘Sepatu Merah’
5. Imaji Terindah-Sitta Karina
6. Tauhid- Drs. Buchari
7. Menyemai Cinta- Dandang A. Dahlan
8. Kamar Cewek- Ninit Yunita & Okke ‘Sepatu Merah’
9. Muka Marketplace Boy-Aca
Dibawah ini adalah beberapa buku yang patut mendapat penghargaan dari aku, sebagai buku..
Paling favorit: Istora da Paz
Paling diharapkan jadi film: Imaji Terindah
Paling cocok dibaca pas bulan Ramadhan: Tauhid, dong..
Paling lucu: Romeo and Toilet
By the way, semakin sering aku baca novel, semakin aku ingin nulis buku.
Duh.. I really wanna be a writer!
Selasa, 25 Agustus 2009
Gagal jadi Penyihir
Zaman sekarang, ga cukup kalau hanya mengandalkan gelar. Setiap orang harus punya keterampilan yang bisa dijual. Karena itulah, aku mendaftarkan diri mengikuti kursus satu tahun di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry (hehe.. sejak kapan Hogwart buka program kursus satu tahun? :p)
Ternyata masuk Hogwart itu tidak mudah, teman..
Ujian masuknya terdiri dari beberapa tahap. Sayangnya, aku gagal di tahap wawancara. Seperti inilah kira-kira dialogku dengan pihak Hogwarts.
Hogwart (H): Baiklah, saudari.. Sinta. Bisa dijelaskan, mengapa Anda ingin belajar Sihir?
Sinta (S): Yah.. karena menurut saya.. Sihir itu seru, asyik, unik, dan ajaib. Kayaknya menyenangkan untuk dipelajari. Belajar ramuan.. ramalan.. menggerakkan benda-benda.. semuanya lah!
H: Naik sapu terbang..
S: Ah, kalau naik sapu terbang mah.. ngebayanginnya aja udah ga enak. Kayaknya ga pewe deh, duduk di atas sebatang tongkat. Lagipula karena saya pakai rok, kalau naik sapu pasti duduk saya menyamping gitu Mbak. Kayak naik ojek.
H: *Shock* oh.. begitu.. Lalu, apa yang akan Anda lakukan jika telah menguasai sihir..?
S: Wah.. banyak sekali ya Mbak. Sihir itu kan membantu hidup lebih berwarna.. Membuat segala pekerjaan bisa dikerjakan dengan lebih cepat dan lebih baik.
H: Maksud Anda?
S: Misalnya, saya ingin dengan sekali mengucapkan mantera, skripsi saya bisa selesai.. Dengan alat pemutar waktu, saya ingin langsung tiba di hari ketika saya di wisuda.. ya.. seperti itulah.
H: Ehem.. maaf ya Saudari Sinta. Sepertinya saya tidak bisa membiarkan Anda belajar Sihir.
S: Oh, kenapa, Mbak?
H: Karena Anda adalah tipe orang yang akan menyalahgunakan Sihir. Memang banyak orang yang motivasinya seperti itu. Makanya kami mengadakan tes wawancara ini.
S : Ih.. padahal kan tuh anak-anak Slytherin ntar kalo lulus juga semuanya pada menyalahgunakan sihir! *ngomel dalam hati*
S: Oh.. gitu ya Mbak. Sayang sekali.. Tapi ya sudahlah. Apa boleh buat. Lagipula, agama saya juga tidak memperbolehkan saya belajar sihir.
H: Haa..? Lalu mengapa Anda mendaftar ke sini?
S: Ehm.. sebenarnya saya juga ingin bertemu Cedric Diggory.
H: Cedric? Siswa Hufflepuff yang sekarang tingkat enam? Darimana Anda kenal dia?
S: *dalam hati* Cihuy, dia masih hidup! Orang-orang pasti ga tau kalau tahun depan dia bakal tewas.
H: Halo? Sinta?
S : Eh.. iya Mbak..?
H: Kenapa mau ketemu Cedric?
S: Cuma mau foto bareng kok. Saya fans-nya. Abis dia ganteng. Lebih ganteng daripada pas jadi Vampir.
H: Apa..? Vampir? Maksud Anda? Cedric Vampir?
S: Iya Mbak. Jadi Cedric itu kan tahun depan tewas, abis itu dia bakal berubah jadi vampir. Pacaran sama manusia namanya Bella, terlibat cinta segitiga sama werewolf.
H: I think you’re out of your mind.
S: Abis nikah sama si Bella, dia punya anak lucu banget.. Namanya Renesmee.
H: Security, tolong bawa orang ini keluar dari sini!
S: Dan endingnya mereka bahagia selama-lamanya.
H: Security!
Dan aku pun gagal masuk Hogwarts T_T
NB:
Aku lebih suka Robert Pattinson ketika jadi Cedric Diggory daripada jadi Edward Cullen. Menurutmu?
Jumat, 21 Agustus 2009
Tersandung Bahasa Daerah
Baru dapat ajakan untuk ikutan Pesta Blogger Writing Contest 2009 nih. Sebenarnya dari dulu aku ingin sekali ikutan writing contest, apalagi yang diadain di dunia maya. Cuma yah.. suka banyak alasan. Hehe.
Alasan paling klise sih.. ga tau mau nulis apa.
Tapi kali ini, aku dapat ide.
Ketika tahu tema yang diangkat adalah tentang Pluralisme dan Kebhinekaan Indonesia, aku berpikir. ‘Apa ya, yang bisa aku tulis tentang keberagaman Indonesia yang sangat aku cintai ini?’.
Hatiku menjawab, ‘Budayanya! Bahasanya! Indonesia sangat kaya!’
Kemudian aku ingat bahwa aku pernah mengerjakan tugas mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya. Kami diminta menulis pengalaman unik dan lucu yang dilatarbelakangi perbedaan budaya. Dibawah ini adalah cerita yang aku tulis.
Cerita 1.
Sewaktu SD, aku pernah mengajak teman sepermainanku yang keturunan Batak untuk bermain di luar rumah.
Tapi dia malah menjawab, “Aku ga dibolehin sama Tulangku…”
Aku bengong.
Dia ngomong apa? Ga diizinin sama tulang? Tulang siapa? Bagaimana mungkin dia minta izin sama tulang? Aku benar-benar bingung sampai pada akhirnya aku mengerti bahwa yang ia maksud dengan tulang adalah pamannya.
Jelaslah semua.
Cerita 2.
Selama ini, aku hidup berpindah-pindah. Lahir di Bandung, kemudian pernah tinggal di Purwokerto, Lhokseumawe, Batam, dan kini kembali ke Bandung. Kelas 2 SMP aku habiskan di Aceh. Saat itu, di sekolah ada mata pelajaran Bahasa Daerah. Aku yang sama sekali tidak bisa berbahasa Aceh, hanya bisa diam mendengarkan ketika guru menjelaskan. Tentunya dengan memasang muka pura-pura mengerti :p
Lucunya, aku akan repot ketika ulangan harian. Ulangan harian seringkali bentuk soalnya seperti ini:
“Buatlah kalimat dengan menggunakan kata….” (membuat beberapa kalimat dalam bahasa Aceh dengan kata-kata yang ditentukan).
Dan selalu, soal dibedakan dengan teman sebangku, untuk mencegah contek-menyontek.
Lalu apa yang aku lakukan?
Aku cuma bisa diam, pura-pura baca soal, pura-pura mengerjakan, padahal tidak satupun soal yang aku mengerti. Aku menunggu teman sebangkuku menyelesaikan semua soalnya (yang bisa dia kerjakan dengan cepat karena dia pintar dan memang orang Aceh). Kemudian setelah dia mengumpulkan buku ulangannya dan kembali duduk, maka tugas dia berikutnya adalah mengerjakan soal-soal ulanganku. Hahahaha..
Aku bertanya padanya arti kata di soal yang aku dapatkan, kemudian aku buat kalimatnya dalam bahasa Indonesia, kemudian dia akan menerjemahkannya dalam bahasa Aceh. Tentunya ini kami lakukan dengan diam-diam, dan seringkali waktunya tidak cukup. Ya iyalah, aku baru mengerjakan ketika sebagian teman sudah selesai! Tapi aku tidak ambil pusing.
Di akhir tahun ajaran, aku mendapat nilai 6 untuk bahasa daerah. Tak apa.. itu sudah lebih dari cukup bagiku.
Aku bangga dengan Indonesia yang kaya akan budaya dan bahasa. Aku telah mendengar sendiri (bukan hanya tahu dari TV :p) bagaimana orang berbicara dengan logat Jawa, Sunda, Batak, Aceh, dan Melayu.
Sayang, kabarnya, semakin sedikit orang yang menggunakan bahasa ibu dalam kesehariannya. Globalisasi membuat banyak orang mempelajari bahasa asing alih-alih bahasa ibu. Padahal, kalau bukan kita yang menjaga harta kekayaan itu, siapa lagi?
Luv u, Indonesia!
Alasan paling klise sih.. ga tau mau nulis apa.
Tapi kali ini, aku dapat ide.
Ketika tahu tema yang diangkat adalah tentang Pluralisme dan Kebhinekaan Indonesia, aku berpikir. ‘Apa ya, yang bisa aku tulis tentang keberagaman Indonesia yang sangat aku cintai ini?’.
Hatiku menjawab, ‘Budayanya! Bahasanya! Indonesia sangat kaya!’
Kemudian aku ingat bahwa aku pernah mengerjakan tugas mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya. Kami diminta menulis pengalaman unik dan lucu yang dilatarbelakangi perbedaan budaya. Dibawah ini adalah cerita yang aku tulis.
Cerita 1.
Sewaktu SD, aku pernah mengajak teman sepermainanku yang keturunan Batak untuk bermain di luar rumah.
Tapi dia malah menjawab, “Aku ga dibolehin sama Tulangku…”
Aku bengong.
Dia ngomong apa? Ga diizinin sama tulang? Tulang siapa? Bagaimana mungkin dia minta izin sama tulang? Aku benar-benar bingung sampai pada akhirnya aku mengerti bahwa yang ia maksud dengan tulang adalah pamannya.
Jelaslah semua.
Cerita 2.
Selama ini, aku hidup berpindah-pindah. Lahir di Bandung, kemudian pernah tinggal di Purwokerto, Lhokseumawe, Batam, dan kini kembali ke Bandung. Kelas 2 SMP aku habiskan di Aceh. Saat itu, di sekolah ada mata pelajaran Bahasa Daerah. Aku yang sama sekali tidak bisa berbahasa Aceh, hanya bisa diam mendengarkan ketika guru menjelaskan. Tentunya dengan memasang muka pura-pura mengerti :p
Lucunya, aku akan repot ketika ulangan harian. Ulangan harian seringkali bentuk soalnya seperti ini:
“Buatlah kalimat dengan menggunakan kata….” (membuat beberapa kalimat dalam bahasa Aceh dengan kata-kata yang ditentukan).
Dan selalu, soal dibedakan dengan teman sebangku, untuk mencegah contek-menyontek.
Lalu apa yang aku lakukan?
Aku cuma bisa diam, pura-pura baca soal, pura-pura mengerjakan, padahal tidak satupun soal yang aku mengerti. Aku menunggu teman sebangkuku menyelesaikan semua soalnya (yang bisa dia kerjakan dengan cepat karena dia pintar dan memang orang Aceh). Kemudian setelah dia mengumpulkan buku ulangannya dan kembali duduk, maka tugas dia berikutnya adalah mengerjakan soal-soal ulanganku. Hahahaha..
Aku bertanya padanya arti kata di soal yang aku dapatkan, kemudian aku buat kalimatnya dalam bahasa Indonesia, kemudian dia akan menerjemahkannya dalam bahasa Aceh. Tentunya ini kami lakukan dengan diam-diam, dan seringkali waktunya tidak cukup. Ya iyalah, aku baru mengerjakan ketika sebagian teman sudah selesai! Tapi aku tidak ambil pusing.
Di akhir tahun ajaran, aku mendapat nilai 6 untuk bahasa daerah. Tak apa.. itu sudah lebih dari cukup bagiku.
Aku bangga dengan Indonesia yang kaya akan budaya dan bahasa. Aku telah mendengar sendiri (bukan hanya tahu dari TV :p) bagaimana orang berbicara dengan logat Jawa, Sunda, Batak, Aceh, dan Melayu.
Sayang, kabarnya, semakin sedikit orang yang menggunakan bahasa ibu dalam kesehariannya. Globalisasi membuat banyak orang mempelajari bahasa asing alih-alih bahasa ibu. Padahal, kalau bukan kita yang menjaga harta kekayaan itu, siapa lagi?
Luv u, Indonesia!
Sabtu, 15 Agustus 2009
Jangan main-main dengan kamera(video)mu!
Sebagai orang yang berpacaran dengan laptop alih-alih TV, aku kalau di kosan lebih sering online daripada nonton.
Suatu kali, di facebook aku dengar gosip tentang Marshanda.
Tapi aku baru benar-benar tahu setelah nebeng nonton di kamar sebelah.
Ooo.. ternyata Chaca marah-marah, nyanyi-nyanyi, dan joget-joget di kamar..
Marah-marahnya emang agak gimana.. gitu ya. Tapi nyanyi-nyanyi dan joget-joget? Yaelah itu biasa aja kaliiiii… aku juga sering. Bedanya, aku menyanyi dan menari dalam rangka olahraga dan dengan hati gembira. Aku juga ga merekamnya apalagi menyebarkannya via youtube. Haram besar! (emang ada haram kecil? hehe)
Sebagai mantan cameraperson, pemilik sebuah camcorder(=handycam), sekaligus pemilik laptop dengan webcam, aku sangat berhati-hati dengan alat perekam gambar jenis apapun.
Gimana enggak? Kegiatan yang kecil, sepele, pribadi, biasa aja, dan ga ada pengaruh apa-apa ke kita, bisa berubah jadi luar biasa menghebohkan yang bisa berpengaruh buruk ke kita, keluarga, teman-teman, lingkungan sekolah/kampus, hingga bangsa dan negara (lebaaayyy).
Bisa dilihat kan dari kasusnya Chaca, dia bebas ngapain aja, toh itu di kamarnya. Tapi ketika di-video-kan, dan tersebar di dunia maya, hebohlah semua orang.
Video porno, juga. Aku bukan penganut seks bebas dan ingin sekali berkampanye “Please don’t do it before marriage!”.
Tapi ga bisa dipungkiri, memang praktek itu terjadi dimana-mana.
Terserahlah.. toh tiap orang punya pilihan, dan harus bertanggungjawab dengan apapun resikonya. Tapi plis deh, ga perlu direkam, kan? Karena ketika dunia tahu apa yang kalian lakukan, yang malu tuh bukan cuma si kalian, tapi juga keluarga, guru, bahkan mungkin teman-teman dan pastinya, masyarakat umum..
Cerita lain, datang dari seorang adik kelas yang lagi KKN. Dia sempat khawatir sama temannya yang megang camcorder, takut direkam pas lagi mandi. Nah loh.. keisengan yang berbahaya tuh!
Aku pas KKN selektif banget dengan apa yang kurekam, meskipun aku paling suka mengambil gambar secara candid. Kalau cewek-cewek lagi ga pake jilbab, misalnya. Camcorder harus dimatikan. Aku bahkan mengawasi kalau teman-temanku sedang memegang camcorderku. Bukan karena takut rusak. Aku memang ga mau camcorderku disalahgunakan untuk merekam yang tidak dibolehkan..
So.. sekali lagi, plis, plis, plis,
Jangan Main-Main dengan Kameramu!
Sabtu, 08 Agustus 2009
Buku-buku yang dibaca bulan Juli 09
Selama bulan Juli kemarin, ternyata banyak juga buku yang aku baca. Bisa nih, jadi Bulan Membaca Sedunia (Dunia Sinta pastinya.. haha)
Buku-buku yang aku baca selama bulan Juli:
1. Septimus Heap: Magyk
Baca buku ini mengingatkan aku pada The Lord of The Rings dan Harry Potter. Kalau TLOTR untuk dewasa, HP untuk remaja, maka SH ini untuk anak-anak, jadi kayak The Chronicles of Narnia. Hyaaaa.. Bingung?
Gini loh.. yang bikin ingat TLOTR: Peta di awal buku, kastil, rawa-rawa, makhluk air, dan cincin yang memiliki kekuatan yang dicari-cari musuh untuk meraih kekuasaan.
Yang kayak HP: anak laki-laki keturunan penyihir yang bertahan hidup, selama sepuluh tahun hidup tanpa orangtua, ada sekolah sihir, ada satu keluarga dengan tujuh anak dengan si bungsu satu-satunya cewek (Weasley banget kan tuh? Ada anak kembarnya juga, lagi!)
Tapi karena untuk anak-anak, buku ini jadi kurang seru buat aku. Musuhnya itu loh..aku sama sekali gak merasa dia berbahaya.. Cemen banget.. gak ada ketegangan pas protagonis melawan antagonis..
2. Septimus Heap: Flyte
Satu-satunya alasan aku baca buku ini adalah: sayang kalau ga baca lanjutan Magyk. Tapi ternyata buku ini ga lebih seru dari yang pertama. Mirip Narnia, isinya tentang anggota keluarga yang berkhianat. Disini juga ada pohon bergerak dan berbicara kayak di TLOTR. Dan.. kayak di Eragon, si tokoh utama gak sengaja dapet telur naga dan akhirnya punya peliharaan naga. Ah.. ga rame.. aku sama sekali ga berminat baca lanjutannya: Phisyk. Tapi bolehlah dibaca anak-anak untuk mengenalkan dunia sihir (penting ya? hehe)
3. Bankir Sesa(a)t- Ichanx
Tahu tentang buku ini gara-gara ga sengaja kecemplung di blognya Ichanx. Isi blognya lucu. Dan serunya lagi, aku ga nyangka ketemu dia di kopdar Batagor! Tapi malu ngobrol.. Padahal Ichanx manis loh xp. Tapi ngerokok. Ilfil ah. Piss chanx. I still love you! Tulisan favorit aku: Tips (menghancurkan kegiatan teman) bercinta di malam pertama. Gokil abis. Hahahaha..
4. Kejar Jakarta-Adhitya Mulya
Baca ini.. karena aku belum pernah nonton filmnya.. padahal waktu itu pemainnya pernah roadshow ke Fikom Unpad buat promosi. Selain itu, aku juga udah lama ga baca buku karya Adhitya Mulya. Tapi aku lebih suka buku dia yang sebelumnya: Jomblo dan Gege Mencari Cinta.
5. Rahasia Bintang-Dyan Nuranindya
Novel ini aku pilih karena aku pengen baca karya Dyan selain Dealova yang oke banget itu. Aku lebih suka Dealova ternyata. Rahasia Bintang bercerita tentang kisah cinta sepasang kekasih yang terpaksa putus karena kedua orangtua mereka akan menikah! Ibu sang cewek akan menikah dengan bapak si cowok. OMG.. Ini kan keluarga yang jadi bahan skripsi Pevi.. Sebenernya bisa aja sih, orangtua menikah, terus kakak dan adik tiri menikah. Tapi emang komunikasi keluarganya agak ga enak.. (hasil penelitian Pevi).
6. The Va Dinci Cod-J.R.R.R. Roberts
Plesetan The Da Vinci Code. Berusaha se-ilmiah mungkin kayak The Da Vinci Code. Bisa banget siy, diplesetin jadi ada hubungannya sama ikan Cod. Tapi ga selucu yang aku duga. Yang ada aku malah berkomentar: “Apa seeeeeehh…??”
7. Digital Fortress- Dan Brown
Ah.. Dan Brown emang T.O.P.B.G.T. Tapi.. kalau membandingkannya dengan novel The Da Vinci Code.. dan dengan Film Angel and Demons.. Polanya mirip banget. Diawali dengan pembunuhan.. Tempo cepat.. Orang-orang yang kita kira baik ternyata jahat..Setting di negara-negara Eropa..Pembunuhan berantai..Si tokoh pontang panting kesana kemari.. Memecahkan kode.. Bahaya yang besar, dst. Over all.. Dan Brown belum pernah mengecewakan aku. So, aku bakal baca Deception Point.
8. Rectoverso- Dewi ‘Dee’ Lestari
Yah.. ini sih.. udah aku bikin postingannya duluan disini.
9. Pejantan Dodol-Krismansyah
Aku tertarik dengan cap personal literature di buku ini. Cap itu berarti, buku ini bakal bergaya sama kayak bukunya Raditya Dika. Cerita-cerita lucu yang dialami sehari-hari. Isinya bagus sih… lucu, dan bikin aku senyum-senyum sendiri bacanya. Tapi sayang seribu sayang, aku menemukan cerita dan gaya bercerita yang mirip banget tulisan Raditya Dika dan Adhitya Mulya disana. Bukan menuduh ya.. tapi itulah yang aku rasakan..
Cerita tentang cewek bernama Ina yang dikucilkan, mirip dengan cerita tentang Mbip-nya Kambing. Kalau Mbip bertanya ke guru, “ARTINYA NGENTOT ITU APA SIH PAK?”. Maka Ina bertanya, “KONDOM ITU APA?” dan “IMPOTENSI ITU APA SIH?”
Kalimat Ina yang “Lo suka ya sama dia? Nih gue megang penghapusnya”. Itu MIRIP BANGET sama kalimat cowok menyebalkan berinisial M (lupa aku namanya) yang ada di novel Jomblo-nya Adithya Mulya. Bedanya, kalau ga salah si M bukan megang penghapus, tapi penggaris.
Aaaarrggh. Sebel.
Satu lagi, di sampul belakang buku Pejantan Dodol ini memuat cerita yang mirip dengan yang ada di sampul belakang buku Radikus Makan Kakus. Tentang guru yang membentak murid dengan kalimat ga penting, yang diakhiri dengan adegan:
Satu kelas hening.
Ckckck..
10. Ijo Anget-anget- Blogger Angingmammiri
Lumayan oke juga nih. Meskipun ga semuanya cerita lucu & gokil. Kapan ya, Batagor bikin buku seperti ini?
11. Sendal Jepret Kutu Kupret- Michan
Yang ini.. lumayan lucu.. tapi aku harus baca dengan konsentrasi, coz banyak kata-kata plesetan, perumpamaan, dan majas –majas metafora, hiperbola, dan personifikasi yang berlebihan, yang kalau kita baca cepat-cepat malah terasa ga nyambung.
Buku ini lupa aku taruh dimana (Nah loh..?). Pas aku tanya ke dua sepupuku, mereka menjawab seperti ini.
Sinta : Teh ratih liat buku aku yang Kutu Kupret Sendal Jepret ga?
Sepupu 1: Aku mah ga pernah baca yang kayak gituan..
Sinta: Aa, ngambil buku Sinta yang Kutu Kupret Sendal Jepret?
Sepupu 2: Gak mungkiiiiiinn!
Whahaha.. Kesannya mereka ngeremehin banget tuh buku. Hehe. Sabar ya Michan..
Naik Kapal Laut Kelas Ekonomi
Aku baru baca kumpulan tulisan para blogger Makassar di buku Ijo Anget Anget terbitan Gradien Mediatama. Lumayan juga cerita-ceritanya. Ada salah satu tulisan yang bercerita tentang pengalaman buruk naik kereta api ekonomi yang dialami oleh Syaifullah Ahmad Faisal Dg Gassing.
Aku tidak ingat pernah naik kereta ekonomi atau enggak, tapi aku pernah denger ‘isu’ (isu dari mana?) kalau mamaku sampe nangis-nangis pas naik kereta api ekonomi sama papaku. Waktu itu aku udah lahir belum ya? Entahlah.
Terakhir aku berdekatan dengan kereta api ekonomi adalah pas perjalanan dari Batam ke Bandung, transit di Jakarta. Dari Jakarta aku rencananya mau naik kereta api Argo. Nah, pas di stasiun, ada kereta api ekonomi yang lagi ‘mangkal’. Iseng-iseng aku dekati salah satu ventilasinya, dan… uuugghh… hawa panas menyeruak. Aku langsung menarik diri, menjauh; gila! Dari luar aja aku bisa ngebayangin betapa pengapnya di dalam sana!
Nah.. membaca tulisan tentang penderitaan naik kereta api ekonomi, aku jadi teringat sesuatu.. Dan sekarang aku mencoba menulis tentang.. penderitaan naik KAPAL LAUT kelas ekonomi!
Papaku dapet tugas mengantar dokumen dari Batam ke Bandung. Perjalanan pergi-pulang naik pesawat dibiayai oleh perusahaan. Melihat kesempatan itu, aku dan adikku, Nurul, bersekongkol membujuk papa supaya membawa kami pulang ke Batam. Sayangnya, papaku tidak punya ongkos untuk transportasi kami. Dengan kejamnya, kami memohon ke papa agar uang yang akan digunakan untuk beli satu tiket pesawat ke Batam, dialihkan untuk membeli tiga tiket kapal laut. Waktu itu kami bilang, “Ga papa deh kelas ekonomi.. non-seat juga gapapa.. yang penting kami pulang!”
Dan waktu itu aku dengan pede dan sombong, merasa bahwa kelas ekonomi is nothing! I can pass this.
Papaku dengan kasih sayang yang mendalam terhadap anak-anak gadisnya ini, akhirnya mengabulkan permintaan itu. Kami membeli tiket kapal laut Jakarta-Batam kelas ekonomi. Aku dan adikku senang bukan main. Sampai.. kami tiba di Pelabuhan.
Kami naik bus Bandung-Jakarta yang langsung ke Tanjung Priok. Bus itu tiba di pelabuhan sekitar pukul 10.00 WIB. Kapal laut baru akan datang pukul 22.00 WIB. Oke.
Yang parah: ga ada tempat menunggu yang layak!
Yang ada hanya sebuah tempat.. suasananya kayak tempat parkir tingkat dua di Mall. Lantai semen luas membentang, ada atap dan dua sisi tembok. Dua sisi lainnya tanpa dinding. Ada puluhan kursi dengan keadaan menyedihkan, yang jauh dari cukup untuk menampung buanyak sekali calon penumpang kelas ekonomi yang beberapa udah standby disana. Kami membeli alas berbentuk tikar (Rp.5000/lembar) untuk duduk or tidur disana. Bener-bener menggembel dah. Dan udara Jakarta.. you know lah. Belum apa-apa aku udah pengen ke Bandung lagi..
Over all, suasananya disana udah kayak di pengungsian. Emang aku pernah ke pengungsian? Percayalah, aku pernah merasakan yang namanya mengungsi. Lanjut.
Dua belas jam menunggu.. akhirnya tuh kapal laut datang juga. Kapalnya sangat besar, tentu. Dan dengan lampu-lampu bercahaya di tengah gelap malam (halah!), kapal itu tampak indah. Kami dan para penumpang lain masuk berbondong-bondong. Kalau bagian masuk kapal sih, ga kenal kelas ya.. Kelas I juga pasti desak-desakan..
Ternyata saudara-saudara, di dalam kapal sudah ada penumpang yang masuk dari kota sebelumnya. Di Jakarta ternyata mereka transit. Dan.. seperti tiket kereta api yang nomor tempat duduk tidak berlaku, ternyata di kapal laut itu juga. Nomor tiket kami tidak berlaku! Sudah ada orang yang menempati tempat dimana kami bisa tidur. Jadilah.. kami tidur di lantai lorong di wilayah kelas ekonomi, tempat orang berlalu lalang.. Kami menggelar tikar lagi.. dan kami pun menggembel kembali..
Aku tidak tahan berada disana. Sangat panas. Sangat pengap. Sangat berkeringat. Sangat tidak nyaman. Persis seperti di kereta api ekonomi. Aku berusaha sesering mungkin untuk keluar, ke bagian dek dimana aku bisa merasakan angin segar. Kadang-kadang sendiri, kadang-kadang berdua adikku, meninggalkan papaku di dalam sana menjaga barang bawaan. Sebenarnya agak ga tega sih, tapi bagaimana? Aku benar-benar ga tahan! Sempat mau pindah ke bagian dek, tapi anginnya kencang. Serba salah. Tidur di dalam, sangat pengap. Tidur di luar, pasti masuk angin. Kami memutuskan tetap di dalam.
Alhamdulillah, kami menemukan tempat yang saaaaangaaaat nyaman: Mushola. Tempatnya luas, adem, ber-AC, dan sepi. Rasanya ingin berlama-lama disana. Tapi aku tak tega membiarkan papaku sendirian. Lagipula papa kan juga harus sholat, dan kami pun bergantian menjaga barang.
Soal makanan.. aku makan beberapa suap. Ga berselera. Bukan karena tidak enak. Aku jarang bermasalah soal rasa. Tapi karena aku ga nyaman. Daripada mual?
Tengah malam.. Aku sulit tidur. Dengan udara yang pengap (tanpa ventilasi!), badan ga bisa lurus karena keterbatasan tempat (Satu tikar aku pakai berdua dengan adikku. Tikar itu luasnya setengah dari kasur single bed!), dan kepala berbantal ransel tebal yang sama sekali tidak empuk. Aku gak bisa tidur. Aku sangat ingin ke Mushola. Aku sempat menimbang-nimbang untuk kesana kalau-kalau ‘pertahanan’ku bobol. Tapi aku ga berani. Mushola itu sangat jauh, berada di tingkat paling atas kapal. Dan saat itu tengah malam, aku takut ada orang asing yang mengangguku saat aku kesana sendirian, dan tidak ada orang yang memperhatikan karena semuanya lagi pada tidur. Hiiiyy..
Maka aku pun bertahan.
Aku memperhatikan papaku yang tertidur lelap. Subhanallah.. Tidak pernah sekalipun aku mendengar satu kalimat keluhan dari bibirnya. Disaat aku dan adikku tadi sibuk jalan-jalan karena gak betah, papaku tetap setia duduk di sana. Di lantai lorong kapal. Di kelas ekonomi. Menjaga barang-barang. Ia hanya beranjak jika ke Mushola, ke WC, atau mengantri makanan untuk kami (aduh jadi pengen nangis nih pas nulis ini).
Aku tahu pasti Papa juga merasakan ketidaknyamanan yang aku rasakan. Tapi beliau sangat sabar dan pendiam. Ya Allah.. sungguh aku merasa sangat berdosa. Andai aku dan adikku tidak memaksa Papa, mungkin saat ini Papa sudah tidur dengan nyaman di kamarnya di Batam, setelah melakukan perjalanan kurang dari dua jam naik pesawat..
Pa.. Maafkan kami..
Keesokan harinya kami sampai di Tanjung Balai Karimun. Ya, kami harus naik kapal lain lagi untuk ke Batam. Ketika berkemas-kemas, aku kehilangan sebelah sepatuku. Baguuuuss.. Semakin meyakinkanku bahwa aku reinkarnasi dari Cinderella*. Hahaha.. Akhirnya aku pakai sandal jepit sampai rumah. Semakin menghayati jadi gembel deh. Apalagi aku dan adikku ga mandi karena malas ngantri dan minim air :p
Gembel..! Gembel..!
Kalau Daeng Gassing pada akhirnya bertekad “Kalau tidak betul-betul darurat, saya tidak akan pernah mau lagi naik kereta kelas ekonomi, NO THANKS!!!”
Kalau aku bilang “Aku kapok. Lain kali, aku lebih baik tetap di Bandung daripada harus ke Batam naik kapal laut kelas ekonomi. Never. Ever. Again.”
Langganan:
Postingan (Atom)