Beberapa waktu lalu, saya ikutan sharing session via Zoom yang diadakan oleh YEA Indonesia. Abisnya ada embel-embel gratis untuk alumni. Hahahaha dasar pecinta gratisan. Dan memang pesertanya banyak, hampir semuanya alumni. Sayang, YEA Batch 13 cuma aku doang yang ikutan hemmm..
Pematerinya Mas Kukuh. Diingat-ingat, kayaknya terakhir kali saya ketemu Kepsek-nya YEA ini 8 tahun lalu. Lama banget yak. Masih dengan gaya bicaranya yang kalem dan lugas, beliau sharing tentang perubahan mindset yang diperlukan saat era new normal ini.
Mungkin semua orang udah pada tahu, pandemi bikin ekonomi turun. Banyak perusahaan mem-PHK karyawan. Para pebisnis juga mengalami penurunan omzet (meskipun ada juga segelintir yang justru naik). Bagaimana kita harus menyikapinya?
Yang pertama tentunya menerima realita. Tidak denial atau menganggap remeh dengan berpikir, "Ah, paling pandeminya udahan 3-4 bulan lagi.". No, guys. Pandemi masih akan ada sampai akhir tahun 2020, sampai tahun 2021. Bahkan Mas Kukuh juga bilang bisa jadi sampe 5 tahun lagi. Wallahu 'alam.
Dengan kondisi yang banyak berubah, mau gak mau kita dituntut untuk menyesuaikan diri.
Saya gak terlalu mengikuti perkembangan YEA. Tapi kalau memperhatikan cerita Mas Kukuh, kayaknya YEA terdampak juga. YEA kan sekolah dengan kelas offline. Pandemi memaksa tim YEA untuk mendapatkan solusi cepat. Akhirnya YEA pun mengadakan kelas online dengan format webinar (live),
Saya sempat menawarkan YEA untuk bikin media pembelajaran dengan format animasi. Mirip DVD YEA Virtual dulu dengan materi yang up to date. Kebetulan suami saya (dan team) bisa membuatnya. Tapi mungkin karena butuh waktu produksi agak lama dan biaya yang cukup besar, makanya saat ini YEA pakai cara live webinar dulu yang bisa lebih cepat dieksekusi.
Saya paham sih, memang live webinar cocok jadi salah satu solusi. Semoga dalam jangka panjang ada rencana juga untuk bikin materi berbentuk video explainer animasi yang bisa dipelajari kapan saja (iya ini mah saya lagi ngarep. Wkwk)
Berikut adalah beberapa poin yang saya ingat dari materinya Mas Kukuh.
TENTANG MVP
Jika pandemi membuat kita terpaksa mengubah model bisnis, mengganti produk, atau bahkan memulai bisnis baru dari nol, yang perlu kita buat adalah Minimum Viable Product (MVP) yaitu versi paling sederhana dari sebuah produk yang bisa memberikan value pada customer.
Sumber : Interaction Design |
Misalnya kita mau membuat alat transportasi. Kalau kita bikin ban pertama dulu, lalu ban kedua, lalu body mobil, baru mobil yang sempurna, maka akan butuh waktu lama padahal customer tidak bisa menunggu.
Cara yang lebih ideal adalah bikin dalam bentuk skateboard dulu. Berfungsi kan tuh untuk mempercepat pengantaran barang. Lalu tingkatkan dengan menambah setir agar lebih gampang belok. Tingkatkan lagi jadi bentuk sepeda, lalu motor, lalu mobil. Jadi tiap tahapnya bisa berfungsi sambil terus menerima feedback dan menyempurnakan produk.
LIKUIDASI
Saya baru denger nih kata likuidasi. Heuheu
Cek google, ternyata likuidasi itu pembubaran usaha. Wewww
Jadi inget. Saya kenal seseorang yang jual cireng isi di kantin SMP Negeri. Bisnisnya cukup lancar dan punya 2 karyawan. Sayangnya, saat semua sekolah harus tutup, bisnisnya pun juga. Jadilah dia termasuk orang-orang yang pulang kampung :'(
MERGER
Kata Mas Kukuh, kadang suka ada anak-anak YEA yang menjual produk serupa dan target market sama. Masing-masing ingin membesarkan brandnya. Padahal, kalau egonya diturunkan dan mereka bergabung jadi satu, bisa jadi bisnisnya lebih cepat besar dan lebih kuat. So, merger (penggabungan usaha) bisa jadi solusi, tentunya jika kedua pihak memiliki value yang sama.
AKUISISI
Buat yang punya duit lebih, bisa melakukan akuisisi (pengambilalihan usaha atau pembelian saham). Bisa juga merekrut SDM terlatih dan berkualitas yang mungkin baru kena PHK Kesannya kayak mengambil kesempatan dalam kesempitan yak. Tapi kalau memang dengan cara ini bisa bantu usaha lain dan bisa mengurangi pengangguran, why not?
Itu sih beberapa yang aku ingat. Maap ya abisnya ga nyatet di buku #janganditiru.
Semoga bermanfaat ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar