Dengan ijazah S1 UNPAD di tangan, IPK nyaris cum laude dan pengalaman organisasi yang lumayan, saya tak pernah merasa kesulitan mencari pekerjaan selepas lulus. Di saat orang-orang kebanyakan melamar ke perusahaan-perusahaan mapan yang menjanjikan gaji besar, saya tidak. Malah saya lebih sering mengabaikannya hanya karena mereka sering memberi syarat: Bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia.
NO!
Bagaimana kalau nanti saya menikah? Bagaimana kalau harus berjauhan (beda pulau) dengan suami?
Apalagi kalau posisinya Management Trainee yang memang diproyeksikan untuk tetap bekerja di perusahaan dalam jangka panjang.
Kalau saya punya anak, saya ingin di rumah bersamanya.
Saya tidak mau meninggalkannya untuk ngantor.
Saya sebenarnya bukan tipe ibu perfeksionis yang tidak percaya dengan pengasuhan orang lain. Bukan. Hanya saja selama ini saya hidup bahagia dengan Mama yang selalu di rumah dan saya berharap anak saya pun merasakan kebahagiaan yang sama. Ya, sesimple itu.
Alhamdulillah, Allah berkenan mengabulkan cita-cita ini. Sekarang saya menghabiskan waktu di rumah mengasuh dan menemani Kakang (3 tahun) sambil merintis bisnis.
Puas rasanya bisa mengawasi dan menjaganya sendiri. Apalagi ia tumbuh cerdas, aktif, dan sehat. Kalaupun pernah sakit, hanya gangguan kesehatan ringan yang biasa dialami anak seperti batuk, pilek atau demam. Durasinya pun gak pernah lama.
Gak perlu khawatir kalau anak demam. Ada Tempra Syrup yang bisa diandalkan. Tempra cocok dikonsumsi anak karena aman di lambung, tidak perlu dikocok terlebih dahulu (sudah larut 100%) dan dosisnya tepat (tidak menyebabkan over dosis atau kurang dosis).
Tak bisa dipungkiri, menghabiskan waktu hanya di rumah kadang-kadang menimbulkan kejenuhan.
Pernah sih saya merasa ingin bekerja kantoran lagi. Tapi ketika saya coba sounding ke Kakang, dia tak setuju. Sekarang setiap hari, EVERY SINGLE DAY, Kakang sering ngomong gini,
"Aku sayang sama Ummi. Aku suka Ummi ada. Kalau Ummi ga ada, aku sedih.."
Meski ia sering mengucapkan itu, hati ini selalu meleleh tiap mendengarnya.
Kalimat itu berhasil menguatkan saya untuk tetap berada disampingnya, seperti yang selama ini saya perjuangkan.
Sebenarnya dengan menjadi blogger bukan berarti saya tidak pernah meninggalkannya. Saya pernah menghadiri suatu event sebagai blogger, meninggalkan Kakang yang sedang dirawat di..
.. rumah sakit.
Ironis ya, di saat mungkin ibu pekerja kantoran akan cuti saat anak sakit, saya justru meninggalkan anak. Tapi itu bukan tanpa alasan, tentu. Saya berangkat setelah memastikan bahwa kondisi Kakang cukup baik, hasil tes darahnya bagus tanpa ada indikator apapun yang membahayakan. Dokter bilang Kakang (hanya) shock karena dehidrasi.
Kakang hanya menginap semalam. Dan sebelum saya pulang dari acara yang saya hadiri, saya menerima kabar kalau Kakang sudah di rumah kembali. Alhamdulillah..
Saya tahu, usaha saya untuk tetap menemani hari-harinya tak akan selalu berjalan mulus. Mungkin akan ada acara-acara lain yang harus saya hadiri tanpa ditemani Kakang. Tapi saya yakin suatu hari Kakang akan mengerti bahwa dimanapun ibunya berada, hati saya selalu bersamanya..
Karena pada
hakikatnya, ada atau tidak adanya saya di sampingnya, selalu ada Allah yang
menjaganya, mengaruniai kesehatan, dan melindunginya dari segala bahaya. Hanya
pada-Nya saya bertawakal.
Keep
healthy, Kakang ^^
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Terharu, Mbak. Aku juga demikian, kadang berada seperti di posisi Mbak. :'D
BalasHapusDuuh.. Kalimatnya bikin melelh mooms.. Alu juga pengen denger anakku nanti ngomong kayak gitu.. Merasa dibutuhkan sama anak itu rasanya berjuta2...
BalasHapus