Kalau lagi
ngobrol dengan keluarga saya (papa, mama, adik-adik kandung), saya suka
menyebut dengan bercanda bahwa saya tinggal di Panti Asuhan Mamah Titin
Sumedang. Kenapa? Karena di Pondok Mertua Indah ini, banyak anak-anak.
Sebenarnya
cucu Mamah baru dua yaitu Arul (9 tahun) dan Kakang (3 tahun). Tapi selain suami,
anak, menantu, dan dua orang cucu, di sini juga tinggal 3 keponakan Mamah.
Ketiganya perempuan kakak beradik. Sebut saja mereka si Sulung (16 tahun), si
Tengah (9 tahun), dan si Bungsu (8 tahun).
Bagaimana
mereka bertiga bisa tinggal di rumah ini? Well,
ceritanya agak panjang. Tapi kalau dipersingkat sih, ayah mereka melepaskan
tanggung jawab, dan ibu mereka bekerja di kota Bandung sebagai buruh. Dengan
kondisi finansial yang tidak kuat, sang ibu tidak memiliki pilihan lain kecuali
menitipkan anak-anaknya ini pada kakaknya, yaitu Mamah mertua saya.
Sebenarnya
keluarga Mamah tidak bisa digolongkan sebagai orang berkecukupan. Dulu saat
pertama kali mengenal Bapak mertua, pekerjaannya adalah jualan bubur ayam dan
soto bongko. Sekarang beliau bekerja di bagian keamanan sebuah instansi.
Mamah
sendiri adalah seorang ibu rumah tangga yang sesekali menerima panggilan jasa
pijat.
Meski hidup
sederhana, Mamah menyanggupi untuk menjaga ketiga saudari ini. Karena kalau
bukan Mamah, siapa lagi?
Kehidupan
ketiga bersaudari ini (diusahakan) normal. Mereka bersekolah, bermain, dan
mengaji selayaknya anak-anak lain di lingkungan sini. Kalau membandingkan masa
kanak-kanak saya dengan mereka, saya jadi merasa amat sangat beruntung sekali.
Bisa dibilang masa kanak-kanak saya sangaaaaat sempurna dan bahagia. Sementara
saat melihat mereka, kadang saya sedih. Untunglah
mereka masih bisa tertawa lepas khas anak-anak, yang sungguh saya syukuri.
Hal yang
membuat saya sedih salah satunya jika makanan yang tersedia tak cukup untuk
semua orang. Misalnya kita punya sekerat daging rendang, yang kalau dibagi 9
(Bapak, Mamah, Anak, Menantu, 2 Cucu, 3 Keponakan) maka masing-masing akan
mendapatkan ukuran sebesar dadu.
Jadi ya
tidak dibagi. Dibiarkan saja utuh atau paling banter dibagi dua. Yang
diprioritaskan tentu Bapak sebagai kepala keluarga. Kalau Bapak tidak mau, maka
akan diberikan pada cucu-cucu kesayangan. Kalau cucu-cucu tidak mau, ditawarkan
pada anak-menantu. 3 keponakan berada di prioritas terakhir. Untunglah bagi
mereka bertiga, daging sapi tidak termasuk makanan favorit.
Pernah juga
saat Mamah membeli sebungkus nugget ayam ukuran kecil. Kalau tidak salah,
isinya 9 pcs. Nugget ini digoreng diam-diam dan habis dimakan Kakang 2 pcs pagi
dan 2 pcs siang. Saat malam, saya goreng lagi 2 pcs untuk Kakang. Sisa 3 pcs
Mamah sisihkan untuk Arul. Kali ini Si Tengah dan Si Bungsu melihat dan sebenarnya mupeng banget. Nugget ayam itu
adalah kesukaan mereka. Tapi berhubung tidak ada lagi, terpaksalah mereka gigit
jari. Perih, Jenderal!
Itu salah
satu hal yang bikin saya semangat KB #loh #abaikan.
Soal
makanan, mereka didorong untuk menerima apa yang ada. Kalau Mamah masak sayur
bayam, maka sebaiknya mereka tidak bikin ceplok telur. Kalau pun boleh masak
telur, tidak boleh 1 orang 1 telur, melainkan 2 butir dibuat dadar telur agar
bisa dimakan 3-4 orang. Semacam itulah.
Tak hanya soal
makanan, soal refreshing juga mereka memprihatinkan. Mereka nyaris tidak pernah
kemana-mana untuk berwisata. Pergi ke supermarket atau berenang sebagai
pelajaran wajib dari sekolah adalah refreshing yang masih bisa dilakukan, meski
termasuk MEWAH BANGET buat mereka (baca: jarang dilakukan).
Kalau saya
kan masih bisa ya kabur ke Bandung hanya untuk refreshing. Tapi mereka tidak. Kadang-kadang
mereka minta diajak jalan-jalan ke supermarket tapi itu pun lebih sering tidak
dikabulkan daripada dikabulkan. Ya gimana, ke supermarket juga butuh ongkos dan
pasti ngeluarin duit. Mereka bisa aja sih window
shopping. Tapi kan kasian, masak di supermarket gak beli apa-apa?
Kalau ada
kesempatan untuk mereka jalan-jalan atau refreshing,
saya dan suami sebisa mungkin mengusahakan. Misalnya saat tahun 2016 lalu suami
dan teman-teman menggalang dana untuk mengajak anak-anak di sebuah panti asuhan
di Bandung untuk ke bioskop nonton Finding Dori, ketiga bersaudari ini
diikutsertakan.
Waktu adik
saya menggelar One Day Fun Doing Fun (ODFDF) di Majalengka, kami semua di Panti
Asuhan Mamah Titin ini ikut (kecuali Bapak, jaga rumah). Acara yang berisi
aneka games seru ini memang rutin
digelar dengan lokasi berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk menggembirakan hati
anak-anak yang kurang beruntung. Di
akhir acara, biasanya anak-anak diberi goodie
bag menarik dan sedikit santunan.
Saat itu,
ketiga bersaudari pulang dengan hati riang, perut kenyang, dan masing-masing
mendapatkan alat tulis lucu-lucu, Al-Quran, dan uang.
Kalau kami
ada rezeki lebih, tentulah ingin mengajak mereka refreshing lagi. Bagi saya
pribadi, mereka bertiga udah kayak baby
sitter-nya Kakang. Mereka lah yang sering menemani Kakang bermain, bahkan
si Bungsu paling suka menawari (seringkali memaksa) untuk menyuapi Kakang.
Heuheu
Ngajak
mereka jalan-jalan pun sebenarnya ga harus jauh. Berhubung di Sumedang jarang tempat
wisata, saya pikir Bandung adalah kota yang ideal karena dekat dan biaya
transportasinya masih terjangkau.
Bandung
punya banyak sekali pilihan wisata. Beberapa tempat terpopuler yang saya tahu
misalnya D’Ranch, Farmhouse, Dusun Bambu, Trans Studio, Saung Angklung Udjo,
Dusun Bambu, dan baaanyak lagi. Ssst, saya baru tahu loh kalau semua yang saya
sebutkan itu tiket masuknya bisa dibeli di Traveloka.
Selama ini
saya tahunya Taveloka hanya untuk pesan hotel dan pesawat aja. Eh ternyata
sekarang ada menu Attractions & Activities dimana kita bisa beli tiket
wisata, event, kuliner hingga massage
package. Uwow!
Fitur
filternya memudahkan kita mencari pilihan aktifitas dan atraksi. Bisa filter
berdasarkan popularitas, harga, durasi, rating
pengguna, hingga jenis aktifitas.
Itu kalau nama activity/attractions-nya di klik, kita bisa melihat detail keterangannya seperti foto-foto, jam buka, perkiraan durasi yang kita butuhkan untuk main, lokasi, dan juga highlights yang membuat kita bisa membayangkan bakal seseru apa kalau kita main di sana.
Asik ya,
jadi ga usah mikir harus ngantri panjang di loket, kita udah bisa masuk deh ^^
Oh ya,
tiket yang kita beli dari Traveloka ini paperless.
Ga perlu di-print jadi ga ribet dan
ga nyampah. Yeay!
Hemm, kira-kira enaknya ngajakin mereka kemana ya?
Ajak ke Malang, Mbak. Banyak tempat wisata alam murah meriah, bahkan gratis. :)
BalasHapusPasti senang banget mereka kalau diajak jalan2. :)
BalasHapusDitunggu kisah jalan-jalannya, Mbak. :)
BalasHapus