Minggu, 26 Februari 2012

Beautiful Me

“Thx ya kaka yang cantik ini sudah mengabulkan keinginanku membaca fiksi cinta dr kak sinta..! (Duwie – my fans :p)

“iya, karna tadi pas mau nge-tag note ke Sinta tampak ada yang berbeda dari jilbabmu, penasaran terus diklik eeeh., ternyata bagus dan cantik.ihihi.,” (Indri – my best friend)

“Hei Ungu! Kamu cantik! Beneran!” (Sakinah – teman kampus yang terpukau melihatku memakai rok dan kerudung ungu)

Saya jarang sekali merasa cantik. Dulu, jika ada yang menyebut saya cantik, saya akan memasukkannya ke dalam salah satu dari 3 golongan: (1) Tukang gombal, (2) Tukang bohong, (3) Ada maunya. Soal kecantikan, saya memang lumayan minder. Cantikku di sebelah mana woy?

Tapi akhir-akhir ini saya bingung, gak tahu (atau ga ingin?) menyebut mereka yang bilang saya cantik sebagai tukang gombal apalagi tukang bohong. Selain karena mereka saya anggap baik, mereka juga tampak tulus (semoga. Hahahaa..)

Kadang-kadang, saya merasa bersalah karena merasa tidak cantik. Kesannya tidak mensyukuri karunia Allah. Padahal Allah memberi wajah dan tubuh sehat, muka yang jarang berjerawat dan ga alergi dengan kosmetik manapun, juga badan yang cukup proporsional. Saya bahkan gak bisa mengeluh tentang berat badan seperti cewek-cewek lain *ups* karena Allah memberi saya tubuh langsing. Alhamdulillah.

Tapi tetap saja namanya manusia. Kalau melihat yang berkulit lebih putih, hidung lebih mancung, bentuk muka oval, kulit wajah kinclong, gigi rapi, dan senyum maut, rasanya tuh.. Subhanallah.. *lalu nangis di pojokan* *lebay*.

Sampai kemudian, saya baca tweet dari @hurufkecil yang kira-kira begini bunyinya:

kamu cantik. jangan percaya kalau ada yang ngomong lain termasuk dirimu sendiri.
Jleb.

Membaca itu saya jadi teringat sebuah kalimat dari novel 2 karya Dhonny Dhirgantoro, kalau ga salah, “Jangan pernah meremehkan dirimu karena Tuhan pun tidak pernah.” *jleb lagi.


Saat ini saya masih “berjuang” untuk merasa cantik. Caranya?

1. Rajin merawat diri

2. Pakai baju yang rapi dan gak ngasal kayak dulu. Hehehehe..

3. Afirmasi, yaitu dengan bercermin, tersenyum, bersyukur dan mengucapkan “Alhamdulillah”, lalu berdoa, "Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku."*

4. Dengan melihat benda yang satu ini:

Saya menerima kalung ini dari seseorang, dan membuat saya merasa cantik mendadak. Dia tidak mengucapkan apapun saat memberikan ini jadi saya tidak bisa menuduh dia gombal atau bohong. Hahahahaaaa. Terimakasih, kamu.

Sejujurnya, jauh di lubuk hati terdalam *tsah*. Saya yakin seyakin-yakinnya SETIAP PEREMPUAN ADALAH CANTIK. Itu adalah bentuk pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan Tuhan saya yang Maha Menciptakan. Gak berani ah bilang orang lain jelek. Nanti Allah marah. Gak berani juga bilang saya jelek, nanti jatuhnya kufur nikmat. Astaghfirullah.. (kenapa bahasannya jadi berat gini?)

Ya sudahlah.

Akhir kata, saya mau bilang, saya cantik.

Kalian juga, girls, you are beautiful. Mari bersyukur :)



Who says you’re not pretty

Who says you’re not beautiful

Who says – Selena Gomez


NB OOT

*Ternyata doa bercermin itu "tidak ada". Hadis yang menyatakan bahwa doa di atas adalah doa bercermin, ternyata dhoif jiddan. Yang benar, doa tersebut berlaku umum. Bukan khusus dibaca saat bercermin saja. Sumber: www.voa-islam.com

Sabtu, 25 Februari 2012

Galeri Foto YEA 13 (Part 1)

1. Dongeng In'am - Communication Skill


2. Packaging - Selling Competition


3. The Winners - Creative Promotion


4. Bazaar - Praktek Entrepreneur Lapangan


5. Silhoutte of Simon - Pra Home Business

Jumat, 24 Februari 2012

Business Plan

Begitu Home Business selesai, kami ditugaskan untuk membuat Business Plan, yaitu perencanaan bisnis yang akan kami buat selepas dari YEA *materi Business Plan bisa dipelajari dalam YEA Virtual Modul 5. Meski diberi waktu beberapa hari (yang sebenarnya cukup), saya masih sulit membayangkan bisnis apa yang ingin saya buka. Sempat mau bikin tempat makan bekerjasama dengan pembimbing PEL saya, tapi modalnya gedeee banget dan saya nyerah *jangan ditiru*:p

Akhirnya saya explore minat saya yang lain: bisnis online. Pengen jualan online tapi gak tau produknya apa. Pada akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan bisnis sahabat saya, Dina, yang akan melanjutkan bisnis aksesorisnya: Nyala.

Nyala di Gogirl terbaru yang edisi 7th Birthday. Cool..!

Saya menempati posisi Marketing, yang diberi tugas mengelola sosial media Nyala di blog, Facebook dan Twitter. Daaaaan.. surprise! Di blog-blog yang Nyala follow, di teman-teman Fb-nya Nyala, buaaanyaaak banget produk-produk kreatif yang lucu-lucu. Sukaaaaaa…!
Anyway, masih ingat kalimat ini?
Hello, I'm Sinta, 24 years old. Currently living in Bandung, Indonesia.
Love books, movies, behind the scene, and arts.
Itu adalah bagaimana saya mendeskripsikan diri saya di blog ini. Dibanding books, movies, dan behind the scene, arts adalah sesuatu yang jarang (atau hampir ga pernah) saya bahas. Sejauh ini saya masih sebagai penikmat memang. Penikmat gambar yang bagus, penikmat benda-benda dengan desain unik, penikmat foto & film yang artistik. Dan dari Nyala, surga banget deh dapet link-link blog/ fb yang menampilkan segala hal yang kreatif itu.

Doakan ya, semoga bisnis ini lancar. Harus serius ni di sini. Ga bisa main-main coz menyangkut masa depan *sok iye*.

Buat teman-teman yang suka aksesoris handmade dan gak pasaran, langsung aja follow Nyala di:
Fb : Nyala Hujannyala 2
Fan Page : Nyala
Twitter : @hujannyala
Keep Shining! 

Senin, 20 Februari 2012

Dari Home Business: Kecab Ijo

Home Business (Hombis) merupakan suatu kegiatan praktek di Young Entrepreneur Academy (YEA) dimana siswa belajar menentukan dan membuat produk, mengemas, memasarkan, hingga membuat laporan keuangan.

Kecab Ijo (Kentang Cabe Ijo) adalah salah satu dari tiga produk Home Business YEA Batch 13 selain Pendekar Makaroni (Juara 1) dan Kacang Telur Pedas Arachis (‘Juara’ 2). Ya, Kecab Ijo memang menempati ‘juara’ ketiga.

Kecab Ijo yang sempat dinamai Kentang Galau ini adalah makanan pendamping nasi yang konon kalau di Bandung lebih populer dengan sebutan kentang mustofa. Kentangnya berbentuk stik tipis yang dibumbui. Kecab Ijo versi awal cukup enak apalagi kalau ditambah teri dan kacang tanah *berkhayal*. Huehehehehe…

Di tiga hari pertama Hombis, Kecab Ijo mendapat masalah pelik yang seolah tak ada solusinya: dalam kemasan, kentangnya melempem dalam waktu tak lebih dari 24 jam! Bagian marketing jadi sulit menjualnya dan justru menderita kerugian. Karena tak menemukan solusi, mereka sempat ingin berganti produk. Sayangnya, YEA tidak mengizinkan. Peraturan tetap peraturan, dilarang mengganti produk di tengah Hombis.

Satu minggu berjalan, YEA mengadakan review. Tiga kelompok mempresentasikan progresnya masing-masing. Mulai dari pencapaian target produksi & penjualan, hingga kendala-kendala apa saja yang dihadapi.

Kecab Ijo yang saat itu tampak madesu (:p), mendapat masukan dari kelompok lain. Saya lupa detilnya (dan gak ngerti juga sih). Intinya, ada yang memberi saran bagaimana mencegah kentang melempem meski dimasukkan dalam kemasan plastik. Tim Kecab Ijo menampung semua saran dan berjanji akan mencobanya.

Beberapa waktu kemudian…

Jreng jreng..!



Wujud Kecab Ijo berubah. Secara tampilan, jadi lebih ‘ciut’ tapi jauh lebih kering. Gak terlihat berminyak seperti sebelumnya. Teksturnya lebih renyah. Rasanya enak dan gurih. Bagi saya, dibanding dua produk lain, Kecab Ijo adalah sang juara dari segi rasa.

Penjualan Kecab Ijo pun meningkat. Bahkan di sebuah seminar dimana tiga produk Hombis YEA 13 membuka stand, penjualan Kecab Ijo lebih banyak dibanding Arachis! Waow.

Satu minggu setelah review YEA itu, Hombis berakhir. Meskipun penjualan membaik, dibanding produk lain omset Kecab Ijo tetap berada di peringkat paling bawah, yang menurut saya lebih dikarenakan permasalahan internal (SDM). Produknya sendiri sudah cukup baik.

Setelah Hombis, tak ada kewajiban untuk melanjutkan produksi. Namun, Kecab Ijo ternyata masih banyak yang mencari. Akhirnya Kecab Ijo melanjutkan produksi berdasarkan pesanan. Itu pun dengan syarat “tukang masak”nya (sebut saja namanya Dina) lagi mood dan ada waktu luang.

Pernah Dina membawa 6 bungkus Kecab Ijo yang udah dipesan. Ternyata itu kurang. Pesanan yang sebenarnya lebih banyak dari jumlah bungkus yang dia bawa. Belum lagi yang tidak memesan, ikutan mupeng melihat Kecab Ijo ‘berseliweran’ *halah, yang sayang sekali tidak bisa ia beli saat itu juga. Hihihi..

Inilah kenapa saya pernah nge-tweet, “Sumpaya ni makanan enak banget dan langka.” Yang udah mesen aja waiting list, apalagi yang belum mesen? J

Saya sangat berharap Kecab Ijo tetap eksis untuk seterusnya. Amiin.

Nah.. berhubung saya lagi ngidam Kecab Ijo dan akan gak efisien kalau Dina bikin 1-2 bungkus buat saya doang, gimana kalau teman-teman ikutan pesan dan nyicip? Dijamin enak! Kalo ga enak kasih saya aja biar saya yang abisin. Heuheu.

Go Kecab Ijo gooo…!

*Arachis murtad*

Kamis, 09 Februari 2012

Home Business (2)

Production

Minggu pertama semua anggota sibuk produksi. Mulai dari mengupas bawang putih, ngulek, menimbang bahan, mencampur adonan, sampai menggoreng. Gak pernah sekalipun bisa mencapai target per hari 80 tabung.


Ruang Produksi Arachis

Minggu kedua, kami merekrut tim produksi dua orang. Dengan bantuan orang yang lebih expert dan penggunaan blender untuk menggantikan ulekan (heuheu), kapasitas produksi bisa mencapai 200 bungkus per hari (!)

Packaging

Seperti yang sudah diceritakan di postingan sebelumnya, awalnya kemasan Arachis adalah tabung. Lalu kemudian diganti jadi plastik sablon supaya harganya bisa lebih murah. Menyablon plastik ternyata membutuhkan waktu beberapa hari. Jadi dalam masa peralihan *tsah, Arachis pake plastik + stiker.

Kami salah memilih orang untuk menyablon. Hasil sablonan gak sesuai harapan dan kami pun komplain. Jadi pelajaran aja sih..


Bagian packaging

Marketing

Sayang sekali penjualan kami tidak memenuhi target. Tapi setelah dievaluasi, banyak banget pelajaran yang didapat dari pengalaman ini. Antara lain:

1. Untuk produk baru, ga bisa seenaknya menentukan harga. Saat pricing, harus memperhatikan juga harga kompetitor dan “harga psikologis” konsumen (harga yang layak menurut konsumen).

2. Selera orang beda-beda *yaealaaaah

3. Dua minggu ini (ternyata) masih dalam masa riset, trial & error. Produk belum fix untuk disebarluaskan ke pasar.

4. Cara paling efektif untuk memasarkan produk seperti ini adalah melalui reseller dan membuka stand di event-event.

5. Cara paling tidak efektif (selama Home Business) adalah menitipkannya di warung karena cashflownya sangat amat lambat. Mencari warung yang tepat juga gak mudah.


Bagian Marketing lagi bantuin ngulek merica :))

Finance

Pencatatan keuangan gak terlalu bermasalah sepertinya. Maklum, dipegang oleh orang yang ahli: si cici. Hihihi..


Pemasukan, pengeluaran, belanja, HPP, utang, piutang, dll.

Berdasarkan laporan keuangan yang ia buat, net profit Arachis selama Home Business adalah... 13ribuan! Haaaa? Kok bisa? Hahahahaa... saya juga tidak mengerti pokoknya seperti itu lah. Total omset 2jutaan. Gak menang, pastinya. Dan kami jadi kelompok paling "bangkrut'! :))

Well, sejujurnya aku tidak puas. Terutama pada kinerja diri saya sendiri sebagai ketua. Tapi saya pastikan saya (dan teman-teman) mendapatkan "pelajaran". Oh iya dong, udah keluar duit buanyak banget, rugi dong kalau gak dapet ilmu dan pengalamannya. Betul tidak? :p *menghibur diri*

Akhir kata, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak pada rekan-rekan satu tim saya. Kalian semua keren banget. We had a good teamwork and I love you all *eaaaaa. Mohon maaf atas segala kekurangan. I'm sorry and thank you so much ;')


Pada penasaran ga sih sama muka-muka mereka? Hehehehe..

Here we are..

Dari bawah ke atas:
Tallia (Finance), Sinta (Director), Ripin (Packaging), Febri (Production), Chandra (Marketing)


NB:
Yang penasaran pengen nyicipin Arachis, bisa pesan via @Arachiss :)