Senin, 20 Februari 2012

Dari Home Business: Kecab Ijo

Home Business (Hombis) merupakan suatu kegiatan praktek di Young Entrepreneur Academy (YEA) dimana siswa belajar menentukan dan membuat produk, mengemas, memasarkan, hingga membuat laporan keuangan.

Kecab Ijo (Kentang Cabe Ijo) adalah salah satu dari tiga produk Home Business YEA Batch 13 selain Pendekar Makaroni (Juara 1) dan Kacang Telur Pedas Arachis (‘Juara’ 2). Ya, Kecab Ijo memang menempati ‘juara’ ketiga.

Kecab Ijo yang sempat dinamai Kentang Galau ini adalah makanan pendamping nasi yang konon kalau di Bandung lebih populer dengan sebutan kentang mustofa. Kentangnya berbentuk stik tipis yang dibumbui. Kecab Ijo versi awal cukup enak apalagi kalau ditambah teri dan kacang tanah *berkhayal*. Huehehehehe…

Di tiga hari pertama Hombis, Kecab Ijo mendapat masalah pelik yang seolah tak ada solusinya: dalam kemasan, kentangnya melempem dalam waktu tak lebih dari 24 jam! Bagian marketing jadi sulit menjualnya dan justru menderita kerugian. Karena tak menemukan solusi, mereka sempat ingin berganti produk. Sayangnya, YEA tidak mengizinkan. Peraturan tetap peraturan, dilarang mengganti produk di tengah Hombis.

Satu minggu berjalan, YEA mengadakan review. Tiga kelompok mempresentasikan progresnya masing-masing. Mulai dari pencapaian target produksi & penjualan, hingga kendala-kendala apa saja yang dihadapi.

Kecab Ijo yang saat itu tampak madesu (:p), mendapat masukan dari kelompok lain. Saya lupa detilnya (dan gak ngerti juga sih). Intinya, ada yang memberi saran bagaimana mencegah kentang melempem meski dimasukkan dalam kemasan plastik. Tim Kecab Ijo menampung semua saran dan berjanji akan mencobanya.

Beberapa waktu kemudian…

Jreng jreng..!



Wujud Kecab Ijo berubah. Secara tampilan, jadi lebih ‘ciut’ tapi jauh lebih kering. Gak terlihat berminyak seperti sebelumnya. Teksturnya lebih renyah. Rasanya enak dan gurih. Bagi saya, dibanding dua produk lain, Kecab Ijo adalah sang juara dari segi rasa.

Penjualan Kecab Ijo pun meningkat. Bahkan di sebuah seminar dimana tiga produk Hombis YEA 13 membuka stand, penjualan Kecab Ijo lebih banyak dibanding Arachis! Waow.

Satu minggu setelah review YEA itu, Hombis berakhir. Meskipun penjualan membaik, dibanding produk lain omset Kecab Ijo tetap berada di peringkat paling bawah, yang menurut saya lebih dikarenakan permasalahan internal (SDM). Produknya sendiri sudah cukup baik.

Setelah Hombis, tak ada kewajiban untuk melanjutkan produksi. Namun, Kecab Ijo ternyata masih banyak yang mencari. Akhirnya Kecab Ijo melanjutkan produksi berdasarkan pesanan. Itu pun dengan syarat “tukang masak”nya (sebut saja namanya Dina) lagi mood dan ada waktu luang.

Pernah Dina membawa 6 bungkus Kecab Ijo yang udah dipesan. Ternyata itu kurang. Pesanan yang sebenarnya lebih banyak dari jumlah bungkus yang dia bawa. Belum lagi yang tidak memesan, ikutan mupeng melihat Kecab Ijo ‘berseliweran’ *halah, yang sayang sekali tidak bisa ia beli saat itu juga. Hihihi..

Inilah kenapa saya pernah nge-tweet, “Sumpaya ni makanan enak banget dan langka.” Yang udah mesen aja waiting list, apalagi yang belum mesen? J

Saya sangat berharap Kecab Ijo tetap eksis untuk seterusnya. Amiin.

Nah.. berhubung saya lagi ngidam Kecab Ijo dan akan gak efisien kalau Dina bikin 1-2 bungkus buat saya doang, gimana kalau teman-teman ikutan pesan dan nyicip? Dijamin enak! Kalo ga enak kasih saya aja biar saya yang abisin. Heuheu.

Go Kecab Ijo gooo…!

*Arachis murtad*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar