Kamis, 03 Juni 2010

3 Hati 2 Dunia 1 Cinta Goes To Campus (Part 2)

Salah satu pertanyaan paling menarik menurut aku adalah ini,
“Sepenting apa sih adegan ciuman dalam film-film horor?”

Kata Mas Muchus, kalau dari sudut pandang produser: setengah penting.
Dari sudut pandang pemilik bioskop: penting banget.
Kalau dari sudut pandang aktor: ga penting-penting amat.
Beliau juga menjelaskan kalau sebenarnya banyak cara menunjukkan cinta selain ciuman.
Kalau pun ada adegan ciuman, ga harus ditunjukkan persis di depan kamera (baca: medium close up). Ada banyak trik yang bisa dilakukan untuk adegan ciuman agar tidak terlihat vulgar.

Di antara para peserta juga hadir seorang ibu yang mengidolakan Mas Muchus. Si Ibu ngomongnya dengan suara bergetar dan (kayaknya sih) pengen nangis gitu. Terharu banget karena ketemu idolanya mungkin :p

Beliau mengenang acara Losmen Pak Broto (?) dimana salah satu pemainnya adalah Mas Muchus (peserta yang lain, kebanyakan mahasiswa, pada 'roaming' karena ga ngerti. Haha..).

Sang ibu juga mengungkapkan kerinduannya terhadap tayangan-tayangan berkualitas seperti Keluarga Cemara, yang mengajarkan moralitas dan mengandung nilai-nilai budaya Indonesia, yang pesan utamanya kuat dan tersampaikan, bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga. Tidak seperti sinetron-sinetron sekarang yang ceritanya tentang konflik keluarga, perselingkuhan, dan sejenisnya.

Mas Muchus menanggapi bahwa sekarang ini realitasnya memang seperti itu, pahit. Adalah tanggungjawab kita bersama untuk mengatasi masalah itu. Solusinya, MULAI DARI DIRI SENDIRI.

TINGKATKAN SELERA KITA,
tontonlah hanya film/ sinetron/ tayangan yang bagus dan berkualitas.


Aku setuju banget tuh. Logikanya, kalau penonton Indonesia seleranya tinggi, tentu tayangan seks-horor-jelek-sampah itu ga bakal laku, ga ada yang nonton, dan para produser pun berlomba-lomba membuat tayangan bagus untuk memenuhi selera tinggi khalayak *semoga ga cuma mimpi*

Mas Muchus juga sempat bilang, bahwa kewajiban pemerintah adalah untuk menaikkan standar rata-rata pendidikan rakyat Indonesia, karena pendidikan berbanding lurus dengan selera menonton
*aku baru tahu..*



By the way busway on the way, FYI,

Mathias Muchus sedang menyutradarai film Rindu Purnama, Sabtu ini memasuki masa shooting.

Film Mizan Productions yang akan diproduksi setelah ini adalah… PERAHU KERTAS! *mupeng pengen ikutan syutingnya*

By the way busway on the way (lagi), ni OOT

Aku menemukan seorang peserta yang menarik perhatian. Pinky boy dunia nyata. Cowok botak, pake topi pink, kemeja pink, celana kain pink, kaus kaki putih, dan sepatu kets pink. Di lehernya ada syal, bentuknya kayak kerudung segiempat, warna pink juga. Wow. Dia adalah salah satu penanya di sesi Mas Muchus. Mas Muchus sempat heran, “Dalam rangka apa kamu berpakaian seperti itu?”
Dan beginilah kira-kira jawaban sang Pinky Boy,

“Tidak dalam rangka apa-apa. Bagi saya pink sama dengan hitam. Pink bisa dipakai oleh cewek atau cowok. Ini hanya masalah gender,”

Semua orang bertepuk tangan. Mas Muchus juga memujinya, karena dia berani & jujur, suatu kualitas yang mutlak diperlukan kalau mau jadi aktor :)




Pokoknya hari itu dapet banyak ilmu dan wawasan.
Banyak tawa. Banyak doorprize (tapi aku ga dapet T.T).
Nyesel banget lah kalian yang gak ikutan. Huehehehe…
*dilemparin kertas karena ga ngajak-ngajak*


1 Juli kita nonton bareng yuuuuuwwk..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar