Jumat, 28 September 2018

Ibu Boleh Marah



Ini adalah tulisan lanjutan dari ini . Tapi kalaupun belum baca tulisan sebelumnya, gapapa juga sih. Toh bukan cerbung :D

“Tidak ada yang boleh marahin anak Mama kecuali Mama sendiri.” – Mama

Saya mengingat ibu saya sebagai orang yang suka ngomel. Ngomel ini adalah ekspresi marah/kesal/capek/beda pendapat. Meski begitu, omelan beliau sama sekali tidak membuat saya benci atau dendam. Sebaliknya, ia tetaplah jadi ibu juara satu sedunia.
Kalau saya analisis (halah) plus ditambah artikel parenting dari sana sini, sepertinya saya tahu kenapa meskipun beliau suka ngomel, tapi saya tetap sayang.





1.       Berisi Koreksi Perilaku, Bukan Cap Negatif/omelan ga jelas.

Contoh koreksi perilaku:
“Baju kotor masukkan ke dalam keranjang yang rapi. Jangan tumpuk sembarangan!”
“Bangun pagi, beres-beres. Bukannya tidur lagi!”
“Kok kayak gitu sih? Mana ada masak ayam gitu caranya! Harusnya tuh gini blablabla... “


Contoh Cap Negatif/omelan ga jelas:
“Dasar anak pemalas!”
“Udah besar tapi kayak anak kecil!”
“Bego banget sih kamu!”

...
Ga tau lagi contohnya. Pokoknya semacam itu lah ya..

2.       Banyak Mendengarkan
Saya rasa ini salah satu kunci. Orangtua saya membangun komunikasi dua arah. Tidak otoriter atau harus melulu nurut ortu. Sebanyak apapun mereka bicara, mereka bisa lebih banyak mendengarkan.
Anak-anaknya boleh ngasih pendapat, boleh mengutarakan keinginan. Kalau menurut ortu positif, mereka akan mendukung.

Baca juga : Kalimat-kalimat positif untuk anak

3.       Tidak marah di depan orang lain
Salah satu hal yang suka membuat ibu saya kesal adalah saat sedang ngobrol sama tamu, anak-anaknya menginterupsi dan ngajak bicara juga. Menurutnya itu sangat tidak sopan. Tapi beliau berusaha tidak langsung memarahi anak di hadapan tamu.

Pernah adik bungsu saya mengatakan sesuatu saat Mama ada tamu. Begitu tamu pulang, Mama menegur, “Adek, kan sudah Mama bilang, kalau lagi ada tamu, Adek jangan menganggu.”
“Tapi kalau Adek gak langsung ngomong, nanti Adek suka lupa mau ngomong apa..” dia beralasan.

Mama malah jadi pengen ketawa :D

4.       Mengekspresikan Rasa Sayang
Meski sering ngomel, saya tahu ibu saya tidak benci pada anak-anaknya. Tahu darimana? Saya melihat beliau pun ekspresif menunjukkan rasa sayangnya.

Misalnya..
-          mengelus-elus kepala anak
-          ngasih nasehat
-          ngasih kata-kata menghibur kalau anak-anaknya lagi down/sedih
-          bercanda
-          nanya mau dimasakin apa
-          nanya kegiatan anak di hari itu
-          mancing anak untuk curhat

5.       Tidak pakai kekerasan fisik

Sejauh yang saya ingat, saya tidak pernah dipukul, dicubit, dijewer, diseret atau bentuk kekerasan fisik lain. Beliau bisa membentak atau ngomel-ngomel dengan intonasi tinggi dan volume keras tapi sama sekali tidak main tangan.

Dalam Islam, ada hadist yang menceritakan saat Rasullullah SAW memberi nasehat untuk jangan marah. Meski begitu, saya rasa Islam pun menempatkan marah adalah sesuatu yang manusiawi. Buktinya, ada aturan tentang ini. Jika kita marah, boleh memukul namun tidak boleh di area wajah dan kepala. Intensitasnya pun tidak boleh sampai melukai/menyakiti.

Hukum di Indonesia pun juga ada yang mengatur tentang kekerasan dan penganiayaan pada anak. Be careful, Moms.



Pada prinsipnya sih, buat saya memarahi anak itu tidak apa-apa. 
Yang penting usahakan setelah marah sekali, saya memeluknya 10x. 
Setelah mengkritik sekali, saya memujinya 10x. 
Setelah manyun sekali, saya senyum 10x.

Sebesar apapun amarah, harus lebih besar lagi kasih sayangnya.

Saling sayang sama anak ya Maaaak ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar