Salah satu risiko hidup di kota besar adalah harus maklum
dengan banyaknya pengguna kendaraan yang sering menyebabkan jalanan macet.
Polisi lalu lintas (polantas) pun harus bekerja keras menghadapi berbagai
tantangan agar frekuensi kemacetan bisa diminimalisir dan memberikan rasa aman
dan nyaman bagi para pengendara.
Seperti apa Polantas idaman masyarakat? Berikut versi saya:
Pertama, menggunakan teknologi.
Seiring kemajuan teknologi saat ini, ada beberapa aplikasi
yang bermanfaat untuk pengguna jalan raya terutama untuk menghindari macet.
Informasi lalu lintas yang didapat dari pengguna jalan raya ini tentu dapat
juga digunakan oleh Polantas untuk mengetahui titik-titik kemacetan atau ‘mendengarkan’
laporan masyarakat tentang kondisi jalanan.
Kedua, cepat tanggap.
Dengan dukungan teknologi berupa berbagai aplikasi serta
melakukan monitoring media sosial, diharapkan Polantas dapat merespon dengan
tanggap jika kemacetan mulai terjadi. Meskipun terkadang butuh waktu untuk
mengurai kemacetan, kehadiran polantas yang lebih cepat akan ‘menenangkan’
masyarakat.
Ketiga, sabar.
Menghadapi kemacetan membutuhkan kesabaran yang besar. Tak
hanya para pengendara, tapi juga para Polantas yang tengah bertugas. Seorang
teman pernah bercerita tentang dia yang nyaris mengalami tabrakan. Saat itu
jalanan sangat ramai. Polantas tengah menghentikan jalur lain dan mempersilakan
jalurnya untuk maju. Saat ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, datang
pengendara motor lain dari arah samping (yang seharusnya dalam posisi menunggu)
. Kedua motor sama-sama mengerem mendadak. Pengendara motor yang ‘bandel’ itu bahkan
terjatuh. Sang Polantas sangat marah. Tentu saja, berani sekali pengendara
motor itu melawan instruksi Polantas dan membahayakan orang lain! Meski demikian,
saya berharap Polantas tetap menjunjung tinggi kesabaran dan profesionalitas
dalam bekerja, dan tidak mudah tersulut emosinya.
Selamat Hari Ulang Tahun Polantas.
Jaya selalu Polantas
Indonesia!