Kenapa?
Karena belum jadi!
*yaaaaaaahhhhh
**penonton kecewa.
Satu pelajaran yang aku dapat adalah, bahwa aku miss dengan ‘pasca produksi’. Selama ini aku menganggap pekerjaan BTS hanya merekam, memotret, dan menulis. Tapi bagaimana hasil perekaman, pemotretan, dan penulisan itu direkap, diolah, dan dipublikasikan, aku tidak memikirkannya dengan matang.
Aku menemui kendala teknis. Ga punya alat penyimpanan data yang aman dan ga punya komputer yang memadai untuk mengedit video. Aku sama sekali ga terpikir bahwa semuanya itu bisa menggagalkan produksi BTS. Well, my bad. Lain kali sebelum aku mengajukan diri jadi kru BTS, aku akan beli hardisk eksternal minimal 500 GB dan komputer yang layak untuk ngedit. Oh, dan tak kalah penting: waktu yang cukup untuk mengerjakan semuanya (sekarang aku nyaris tidak punya waktu untuk bikin film di luar pekerjaan).
Meskipun hasil karyaku berupa video BTS belum bisa diputar, aku tetap mengundang teman-temanku untuk datang dan menyaksikan FILMKU: Flickering Light (FL). Bagaimanapun, FL itu kan filmku juga dan di luar jobdesk BTS, ada, lah, keterlibatanku di dalamnya meskipun dikit: nyari pemain anak kecil dan minjemin clapperboard meski dipakainya sebentar. Heuheu..
Premiere Flickering Light diadakan hari Sabtu, 5 Maret 2011, di ruang 9009 bioskop kampus ITB. Kesanku tentang acara itu: “Oooo.. jadi gini toh yang namanya premiere..”
Aku sangat amat terharu dengan kehadiran sobat-sobatku. Yang paling berkesan adalah kehadiran Ijal dan Linto. Ijal tinggal di luar kota, dan kadang bolak balik ke Bandung. Sebenarnya minggu ini bukan jadwalnya ke Bandung. Tapi dia ingin memberikan dukungan padaku yang telah menghasilkan karya.
Sementara Linto, kami sangat jarang ketemu. Dan kalaupun ketemu, biasanya cuma pas acara reuni SMA. Tapi dia hadir untuk menjadi saksi kesuksesan aku (itu kata-kataku, bukan kata-katanya. Lebay ya? :p)
Selain mereka, ada Indri yang datang dari Lampung, ada juga sahabat lamaku, Tessa *bakal kujitak kalau dia sampai ga dateng*. Anak-anak kosan yang datang: Nurul, Ami, dan Ata, plus Zen.
Aku baru menyadari bahwa kehadiran mereka sungguh berarti. Aku merasa didukung. Dan dukungan itu rasanya menyenangkan! *terharu lagi*.
Aku teringat, seorang juniorku (sebut saja Gifar) pernah jadi penulis skenario di sebuah film, dimana film itu diputar di Blitz Megaplex. Aku dan teman-teman hadir menontonnya. Meskipun mesti bayar Rp. 25.000,-, tapi senang rasanya bisa menunjukkan dukungan padanya.
Nah, sekarang aku merasakan berada di pihak ‘yang didukung’.
Ternyata rasa senangnya 2x lipat!:D
I have a dream..
Setelah ini.. aku ingin bisa berkarya lagi, bikin cerita yang bagus dan menginspirasi, bikin film yang berkualitas.
Lalu..
Orangtuaku hadir di Premiere, dan seperti di film Sang Pemimpi yang di akhir film menuliskan “Dipersembahkan untuk ayah-ayah kami (Ayah Mira Lesmana, Ayah Riri Riza, dan Ayah Andrea Hirata): Ayah juara satu sedunia”, aku ingin sekali bisa menampilkan di filmku itu:
“Dipersembahkan untuk kedua orangtua saya, Papa dan Mama juara satu sedunia.”
-Sintamilia-
(Berarti pilihannya aku harus jadi: produser/sutradara/penulis cerita yang bukunya bestseller)
*Amiiin*
:D
wow,,mbak sinta bikin film sendiri, bisa diupload nggak mbak? biar henny bisa nonton dari sini
BalasHapusAMINN...smoga do'a dan mimpi kk dikabulkan ALLAH... :)
BalasHapusaminn... smoga mimpi kk dikabulkan ALLAH SWT....
BalasHapus