Kamis, 23 Maret 2023

My First Quarter of 2023

Sekarang baru bulan Maret tapi 2023 aku udah down and up aja. Kemudian galau takut down lagi, meski tentu tetap berprasangka baik pada Allah.

Diawali dengan harus membayar hutang tapi duitnya ga ada. Walhasil pinjam ke bank atas nama adikku. Bayar utang pakai utang. Mengsedih ga tuh?

Tahun ini baru beneran merasakan yang namanya jadi sandwich generation (dari keluarga suami). Bapak mertua sih udah lebih dari 2 tahun tidak berpenghasilan karena jadi pasien cuci darah. Selama ini Ibu mertua bisa bertahan dengan menyediakan jasa pijat panggilan.

Sekarang, dengan usianya yang makin menua, tangannya yang makin sering kram, dan panggilan pijat yang menurun dibanding dulu, membuat belanja sehari-hari banyak bergantung padaku dan suami, yang penghasilannya sama sekali tidak besar.

Beraaaat sekali rasanya.


Tentu saja, I never loose my faith. Selalu yakin Allah akan kasih rezeki, yakin Allah sedang menempa diri ini dan menyiapkan sesuatu yang indah di masa depan.  

Aku ingat papa adalah sandwich generation juga. Beliau menjalani perannya dengan tabah dan sabar, dan sekarang kulihat masa tuanya sehat, tenang, dan baik-baik saja. 

Kami harus kuaaaat ^^ 

---

Suatu ketika saat aku tidak tahu harus berhemat seperti apa lagi,

harus mencari pemasukan lebih bagaimana lagi,

tiba-tiba..

DHUAAARR!


Uang puluhan juta mendarat di tanganku.


Uang panas. Dari bank.

Uang yang cair karena adik iparku ikut program Petani Milenial. Kebetulan dia menjalankan usaha budidaya ikan hias bersama suamiku.

Memang uang itu untuk modal usaha, memperbanyak kolam ikan dan lain sebagainya. Tapi setidaknya, untuk sementara kami tak bingung dengan biaya hidup. 

Ikan koki dalam kolam terpal

Pembangunan kolam ikan


But, what's next?

Bukankah setelah ini, harus bayar cicilan ke bank? Usaha ini harus berhasil untuk bisa bayar cicilan.

Kalau gak, entahlah. Katanya siy, ini pinjaman tanpa jaminan. Tapi kayaknya tetap berpotensi bikin pusing ga siy?

---

Kemudian aku berefleksi lagi.

Dengan adanya uang dan aku bisa fokus urus anak, puaskah aku? Seperti inikah hidup yang aku inginkan?

Ternyata gak juga. 

Aku menyadari bahwa aku tidak mau menghabiskan waktuku 100% hanya untuk urus anak. 

Ada separuh diri aku yang ingin belajar hal lain selain parenting,

ingin create something,

ingin networking,

exploring,

try something new that interest me.

Ingin punya identitas dan peran lain selain 'emaknya Kakang dan Sky'.


Boleh ya, Allah?







Tidak ada komentar:

Posting Komentar