Suatu hari, King Arthur pergi berburu dengan beberapa pengawalnya. Saat ia melihat seekor rusa, ia menyuruh para pengawalnya berhenti dan menunggu, sementara ia mendekati rusa itu sendirian dengan mengendap-endap.
Berbekal panah, ia berhasil mendapatkan rusa
itu. Begitu King Arthur berada di sisi rusa, tiba-tiba muncul seorang pria
tinggi besar dengan pakaian ksatria lengkap.
“Beruntungnya aku menemukanmu di sini.
Bertahun-tahun aku menyimpan dendam padamu karena kau telah memberikan tanahku
pada Sir Gawain.”
“Siapa kau?” tanya King Arthur.
“Namaku Gromer Somer Joure.”
“Apa yang akan kau lakukan? Menyerangku, dengan
kau bersenjata lengkap sementara aku tidak?”
“Aku akan memberimu kesempatan.” Sahut Sir Gromer.
“Dua belas bulan dari sekarang, aku ingin kau datang sendiri ke sini, dengan
membawa jawaban dari pertanyaanku. Jika jawabanmu tidak memuaskan, kau akan
kupenggal. Jangan coba-coba menghindar, karena aku akan mendapatkanmu.”
“Baiklah.”
“Pertanyaannya adalah, apa hal yang paling
diinginkan wanita?”
---
Sekembalinya ke istana, King Arthur menceritakan
pengalamannya di hutan tersebut pada keponakannya, Sir Gawain. Sir Gawain
menyarankan agar mereka berdua pergi ke pelosok negeri untuk mencari jawabannya,
mencatat jawaban apa saja yang mereka dapatkan, untuk kemudian
mendiskusikannya.
King Arthur setuju. Mereka pun mulai menjelajah
negeri secara terpisah.
Suatu ketika, King Arthur bertemu dengan seorang
wanita tua nan jelek dan buruk rupa. Wanita ini bernama Dame Ragnelle dan
menyatakan bahwa ia tahu jawaban apa yang akan membuat Sir Gromer membebaskan
King Arthur dari kematian. Namun, Dame Ragnelle meminta syarat, ia ingin
menikah dengan Sir Gawain.
King Arthur kembali ke istananya dan meminta
pendapat Sir Gawain soal ini. Tanpa pikir panjang, Sir Gawain menyanggupi. Ia
rela berkorban apapun untuk menyelamatkan nyawa King Arthur.
Singkat cerita, Dame Ragnelle memberitahu bahwa
yang paling diinginkan wanita adalah sovereignity, atau hak untuk mengambil
keputusan sendiri.
Dengan jawaban ini, King Arthur selamat dan Sir
Gawain menikah dengan Dame Ragnelle.
Semua orang merasa kasihan dengan Sir Gawain
yang mendapatkan istri buruk rupa. Mereka menilai Sir Gawain sangat sial
berjodoh dengan Dame Ragnelle.
Di malam hari saat mereka berdua berada dalam
kamar, Sir Gawain sangat terkejut melihat Dame Ragnelle terlihat muda dan
teramat cantik.
“Kaukah itu Dame Ragnelle? Bagaimana kau bisa
secantik ini?”
“Ini adalah tubuhku yang sebenarnya Sir. Aku
mendapat kutukan dari ibu tiriku, yang membuatku menjadi buruk rupa. Aku akan
bebas dari kutukan ini jika menikah. Itu pun tidak sepanjang waktu. Kau harus
memilih, apakah kau ingin aku cantik di malam hari saat bersamamu atau di siang
hari saat orang-orang melihatku?” ucap Dame Ragnelle.
“Itu adalah pilihan sulit. Sebagai laki-laki,
tentu saja aku ingin kau cantik di malam hari saat bersamaku. Tapi aku pun
mengerti jika kau tidak ingin dipandang rendah dan hina lagi di hadapan
orang-orang.
Aku tidak bisa memilih. Keputusan ada di
tanganmu. Terserah kau ingin cantik di siang hari atau malam hari. Pilih mana yang menurutmu terbaik. Apapun yang
kau inginkan, aku akan mendukungmu.”
Dame Ragnelle nyaris menangis mendengarnya. Ia
sangat terharu.
“Terima kasih. Kau tahu, dengan menyerahkan
keputusan padaku, kau telah membebaskanku dari kutukan ini sepenuhnya. Mulai
sekarang kau akan melihatku selalu cantik, di siang hari dan malam hari.”
Semua orang gembira setelah mengetahui kisah
Dame Ragnelle yang sebenarnya.
Sir Gawain dan Dame Ragnelle pun hidup bahagia
hingga akhir hayatnya.
(Kisah aslinya berjudul The Wedding of Sir
Gawain & Dame Ragnelle. Diterjemahkan secara bebas dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar