Senin, 12 September 2011

Pengangguran Tobat

Sejak lama saya meyakini bahwa mencari kerja di Batam relatif lebih mudah daripada di Bandung apalagi Jakarta. Buktinya, dulu pas saya kuliah tingkat satu di Jatinangor, teman-teman SMA saya di Batam semuanya sudah bekerja. Perlu di-bold: SEMUANYA! Yang kuliah, ngambil kelas malam.

Ga heran setelah saya lulus dan mencari-cari pekerjaan dengan pengalaman sangat minim, teman-teman saya di Batam (yang baru lulus ataupun malah belum lulus kuliah) justru sudah mulai mapan dengan karirnya. Keren ya?

Kalau setelah berminggu-minggu di Batam ini saya belum bekerja, itu lebih karena keinginan saya pribadi. Tiap ke mall, dimana-mana ada lowongan jadi penjaga toko. Saya tidak pernah tertarik duduk di toko sepanjang waktu. Sepertinya membosankan.

Sempat juga beberapa kali melingkari iklan lowongan kerja di koran, lalu terlupakan. Hahahaha. Kayaknya emang permasalahannya di niat kali ya. Hehehe.

Saya merasa hidup saya sudah cukup. Tinggal bersama keluarga, rumah nyaman, makan enak & kenyang, tanpa capek-capek bekerja. Mau beli ini itu tinggal minta duit. Apalagi yang kurang? My life’s perfect!

Suatu hari, saya ke toko buku dengan maksud membeli novel untuk menemani hari-hari pengangguran saya. Saya pulang dengan tangan kosong dan perasaan galau. Terpaksa saya baca buku yang ada, yaitu dua buku tentang persiapan pensiun yang ayah saya beli.

Di tengah-tengah bacaan, saya sempat merasa bahwa saya masih jauh di bawah umur untuk membaca buku-buku ini. Tapi karena kedua buku itu memang menarik, saya tetap baca sampai selesai. Hasilnya? Saya galau segalau-galaunya! Ckckckckckc.

Membaca buku-buku itu telah menampar, menyadarkan, dan kembali mengingatkan saya betapa pentingnya bekerja, berpenghasilan, menabung, berinvestasi, bersedekah, dan hidup mandiri. Hal-hal yang selama ini tanpa sadar saya abaikan karena terlalu nyaman tinggal dengan ortu.

Selama ini saya menganggap keberadaan saya di rumah sudah cukup. Bantuin nyuci piring, masak, bersih-bersih, cuci baju, nyetrika, dsb adalah bentuk bakti saya pada orangtua *tsah! Tapi kemudian saya sadar, peran saya di dunia ini bukan hanya sebagai anggota keluarga saja, tapi juga anggota masyarakat. Bukan hanya membantu orangtua saja, tapi juga menjadi manfaat bagi orang lain. Kalau saya belum butuh uang untuk makan, bukankah masih banyak orang di luar sana yang menunggu uluran tangan saya agar bisa makan? *jleb!

Akhirnya saya memutuskan,

Selamat tinggal dunia pengangguran.

Semangat kembali bekerjaaaaaaaaa...!!!

1 komentar:

  1. Inilah mengapa aku nggak mau dewasa. Kayaknya jadi dewasa itu merepotkan. Lebih enak jadi anak2. :(

    BalasHapus