Senin, 08 Februari 2010

Artemis Fowl

Pertama kali aku tertarik dengan buku Artemis Fowl adalah ketika masih sekolah. Sampulnya itu loh, hardcover berwarna hijau, dan berkilau-kilau karena ada.. apa ya itu namanya.. pokoknya seperti hologram lah. Dari segi packaging, sangat menarik.

Nah, aku berkesempatan membaca buku itu beberapa hari yang lalu.
Aku membaca buku pertama yang judulnya Artemis Fowl, dan buku kedua yang berjudul Artemis Fowl, The Arctic Insident (Insiden Arktik).


Artemis Fowl
Bercerita tentang peri bernama Holly Short yang diculik oleh seorang anak bernama Artemis Fowl. Artemis menculik peri untuk meminta tebusan berupa emas. Kelakuan Artemis menghebohkan dunia peri. Padahal, Artemis adalah hanya seorang anak berusia 12 tahun! Ia superjenius, super kaya, dan pelaku kriminal.

Aku sempat heran dengan sang penulis yang menyebutkan bahwa Holly Short dan Artemis adalah tokoh protagonis. Bagiku, Artemis adalah tokoh antagonis karena dia licik dan jahat, melihat perilaku dia yang menculik dan mengurung Holly, padahal Holly dan seluruh dunia peri tidak punya salah apa-apa pada Artemis.

Tapi di akhir buku, sang penulis menunjukkan sisi baik Artemis. Artemis meminta peri untuk menyembuhkan ibunya yang menjadi kurang waras karena suaminya (ayah Artemis) menghilang karena kapalnya diserang saat sedang berbisnis.
Meskipun Artemis menyadari bahwa dengan pulihnya sang ibu, ia tidak akan sebebas dulu untuk melakukan apapun (yang ilegal dan kriminal), toh ia tetap ingin ibunya sehat, cantik, dan memperhatikan dia seperti sebelumnya.

Yang aku suka dari buku ini adalah, meskipun tidak ada penyihir, tapi ada para peri bisa tak terlihat, bisa menyembuhkan, dan bisa menghipnotis dengan suara merdunya. Lalu, ada karakter-karakter yang pernah aku temui sebelumnya di buku Harry Potter seperti troll, goblin, pixie, dan kurcaci. Hehe..

Suka banget lah, sama buku ini. Jadi jangan heran kalau aku penasaran dengan buku keduanya:


Artemis Fowl, The Arctic Incident
Ayah Artemis ditemukan hidup! Ia disandera mafia Rusia. Sementara itu, di dunia peri, terjadi kehebohan karena ada goblin mendapat pasokan senjata manusia. Padahal, tidak boleh ada kontak antara dunia peri dengan dunia manusia. Tidak ada manusia yang boleh mengetahui keberadaan dunia peri. Holly Short menduga Artemis lah yang menjadi otaknya.

Artemis terbukti tidak bersalah. Akhirnya mereka justru membuat kerjasama. Artemis harus membantu peri menyelesaikan kasus goblin, kemudian para peri akan membantu Artemis menyelamatkan ayahnya yang berada di dekat wilayah Kutub Utara.

Konflik di buku kedua ini lebih rumit. Ada beberapa bagian yang tidak aku mengerti. Tapi tak apa. Yang penting inti ceritanya ngerti. Hehehe..

Ada satu karakter lucu yang ada di buku Artemis Fowl.
Karakter itu adalah seorang kurcaci bernama Mulch Diggums.
Kenapa lucu? Karena “senjata utama” yang ia punya adalah… (maaf) kentutnya! Hahaha..

Mulch adalah kurcaci yang punya sifat licik dan pintar, menyebalkan, hobi mencuri, dan berkali-kali keluar masuk “penjara” peri. Ia dibenci para “perwira” peri, tapi kemampuan Mulch dalam menjebol sarang lawan tidak bisa dibantah. Ia terkadang dimintai tolong untuk membantu peri memasuki markas musuh lewat bawah tanah (keahlian kurcaci adalah menggali).
Kentutnya pernah membuat Butler, pengawal Artemis yang sangat kuat dan berbadan besar, terjengkang. Gokil kan? Bayangkan sedahsyat dan sebau apa kentutnya! Hahaha..

Di buku yang kedua ini, sisi kemanusiaan Artemis lebih diperdalam. Penulisnya, Eoin Colfer, menunjukkan Artemis yang kesepian, tidak tertarik sekolah, rindu pada ayahnya, kesulitan Artemis bekerja dalam tim, serta kelemahan Artemis dari segi fisik (Artemis sehat, tentu saja. Tapi dia lebih sering menggunakan otak. Urusan fisik selalu diserahkan pada Butler).

Ada dua bagian favoritku dalam buku Artemis Fowl, The Arctic Incident ini.
Pertama, adalah kalimat perpisahan yang diucapkan Holly pada Artemis:
“Untuk mengingatkan dirimu bahwa jauh di balik lapisan kelicikan, kau memiliki setitik cahaya kebaikan. Mungkin sesekali kau bisa meniup cahaya kebaikan itu agar membesar”

Kedua, adalah ketika Artemis ditanya oleh psikolognya tentang siapa orang yang Artemis hormati. Ketika pertama kali ditanya seperti itu, Artemis tidak bisa menjawabnya. Ia terlalu sombong dan arogan untuk bisa menghormati orang lain.

Setelah petualangan menyelamatkan dunia peri dan ayahnya, Artemis diberi pertanyaan yang sama oleh psikolognya. Lalu Artemis teringat Ayahnya yang ia sayangi, teringat Holly yang berani, penuh perjuangan, dan rela berkorban, serta teringat Butler yang selalu menjaganya dari segala bahaya, 24 jam 7 hari seminggu, sejak ia lahir sampai sekarang. Dan Artemis pun menemukan jawabannya.

Owwh.. so sweet..!
Sintamilia like this!
*ngasih jempol*

Sumber gambar dari eurekabookhouse.com

2 komentar:

  1. wah kamu suka banget baca buku yaaa.
    kayanya yg tentang peri2 gini menarik yaaa.

    BalasHapus
  2. mbak...kira-kira di Indonesia Artemis Fowl seri yang lain di jual ga ya???
    sy sdh pnya 3 seri buku AF itu, kpingin pnya yg laen jg sih...

    BalasHapus