Seperti biasa, begitu melangkah masuk, aku langsung ‘pura-pura’ melihat-lihat isi kamar. Selalu ada yang baru setiap aku ke sana. Entah itu majalah, film bajakan, buku best-seller, sampai pernak-pernik yang dipajang. Tapi selalu pada akhirnya, yang aku perhatikan adalah salah satu dinding, yang menampilkan beberapa foto Rena.
Ada sebuah foto dimana setiap aku ke kamar ini, melihat foto itu adalah hal paling penting bagiku. Itu sudah menjadi ritual. Foto itu sebenarnya biasa saja. Tampak Rena dan teman-temannya berpose dengan ceria dengan background di kebun the, Ciwidey. Tapi mataku selalu mencari wajah satu orang. Satu orang pria yang lebih senang bergaya cool daripada tertawa lebar. Dia seolah tahu bahwa gaya paling oke jika berpose adalah memamerkan matanya yang indah dan tajam dengan ekspresi seolah berkata don’t-stare-at-my-eyes-or-your-heart-will-melting. Ha!
Cukup sepuluh detik. Itu waktu yang diperlukan untuk mengisi hatiku dengan bunga-bunga. Seperti Hp lowbat yang dicharge. Hanya saja, aku membutuhkan waktu charge yang jauh, jauh lebih singkat.
Kemudian aku akan berbalik, berbasa basi, dan bergosip seperti biasanya.
Menonton TV, main internet, mencari makan bersama-sama, atau nonton film bajakan. Tidak ada yang istimewa? Memang tidak. Tapi aku tidak mencari hal-hal istimewa. Justru aku menikmati rutinitas ini. Terutama pada bagian ‘melihat-lihat foto’.
Kemudian aku akan berbalik, berbasa basi, dan bergosip seperti biasanya.
Menonton TV, main internet, mencari makan bersama-sama, atau nonton film bajakan. Tidak ada yang istimewa? Memang tidak. Tapi aku tidak mencari hal-hal istimewa. Justru aku menikmati rutinitas ini. Terutama pada bagian ‘melihat-lihat foto’.
Seperti biasanya pula, aku hanya menginap satu malam. Bangun pagi, mencari sarapan sekaligus berjalan pulang. Tapi aku tahu, aku akan kembali lagi. Mungkin seminggu, dua minggu, atau tiga minggu lagi, tergantung berapa lama aku bertahan.
Aku pasti kembali. Untuk melihat wajahnya dalam foto itu lagi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar