Sabtu, 21 Maret 2015

How I Met Your Father

Sejak 2 minggu sebelum saya melahirkan sampai Kakang usia 5 bulan, bisa dibilang nyaris saya gak pernah jalan-jalan lagi. Paling banter ke klinik untuk imunisasi, ke mall buat beli kebutuhan bayi, atau ke kondangan. Belum pernah bepergian murni hanya untuk refreshing sejenak dari kesibukan mengerjakan urusan domestik.

Wajarlah kalau akhirnya saya merasa sangat amat jenuh. Akhirnya saya pun minta izin suami untuk jalan-jalan bersama Kakang. Pas suami nanya saya mau kemana, saya bilang kalau saya ingin ke Zoe Corner (biasa kami sebut Zoe saja). Alhamdulillah suami mengizinkan.

Di Zoe Corner bersama Kakang
Foto wefie bareng Kakang pakai kamera belakang susah juga ya. Seandainya punya Smartfren yang ada fitur wide angle front camera. Pasti lebih asyik..

Anyway, Zoe Corner ini semacam library cafe. Ada ribuan novel, majalah, dan komik yang dapat disewa. Para pengunjung juga bisa menikmati makanan dan minuman ala cafe. Perpaduan itu membuat tempat ini jadi salah satu tempat favorit anak muda termasuk saya untuk nongkrong. Kebanyakan yang datang adalah dari kalangan mahasiswa, terutama karena lokasinya cukup dekat dengan beberapa universitas seperti Unpad, ITB, Unikom, ITHB, dan lain sebagainya.

Buat saya yang hobi baca tapi duit cekak untuk belanja buku, adanya tempat penyewaan buku ini bikin saya sangat bersyukur.  Gimana enggak, bisa baca berbagai macam novel dan majalah terbaru dengan harga sewa yang jauuuuh lebih rendah daripada harga beli. Ini salah satu alasan saya betah tinggal di kota Bandung :D



Bukan itu saja yang bikin saya suka tempat ini. Zoe Corner juga menjadi tempat yang bersejarah bagi saya. Di sinilah tempat saya dan suami pertama kali bertemu dulu *eeaaa..

Jadi ceritanya begini..

Saya mengikuti suatu komunitas penulis di Facebook. Sebut saja komunitas tersebut namanya Cendol, dan untuk wilayah Bandung namanya Banceuy (Bandung Cendolers Euy). Nah.. Banceuy ini beberapa kali mengadakan kopdar, dan kopdar kali itu (Januari 2012) bertempat di Zoe Corner.

Saya datang paling awal. Belum ada anggota Banceuy lain yang datang. Saya menunggu sambil membaca buku yang saya bawa, judulnya Kabut Perang. Buku tersebut saya dapat dari workshop Cendol yang pernah saya hadiri.

Setelah menunggu agak lama, saya mulai bosan. Saya lalu mengirim sms salah satu anggota Banceuy, Suhe.

   “Suhe, dimana? Jadi gak acara kopdarnya? Aku mau pergi lagi nih. Ada acara lain..”
Tak berapa lama, Suhe membalas. 
   “Tunggu bentar. Gue lagi di jalan. Udah ada Yoga kok di sana..”

Hmm, Yoga? Siapa dia? Anggota baru Banceuy?

Keterangan Suhe itu tidak membantu. Saya kan gak tahu yang namanya Yoga yang mana. Saya lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Menebak-nebak yang manakah yang namanya Yoga? Sampai ketika pandangan saya jatuh pada seseorang yang duduk persis di 
belakang saya, saya terkesiap.

Ia tengah duduk menghadap saya, matanya fokus membaca sebuah buku di tangannya berjudul.. Kabut Perang!

Merasa ada yang memperhatikan, ia mendongak menatap saya. Saya lempar senyum padanya sambil menunjukkan sampul buku yang saya pegang, yang judulnya sama dengan yang tengah ia baca.

   “ Hei..” sahutnya surprised.
   “Banceuy?” tanya saya.
   “Iya..”
Saya lalu memutar arah duduk hingga posisi saya berhadapan dengannya.
   “Sinta..” Saya menjulurkan tangan. Ia menyambutnya.
   “Yoga..”
Dan mengalirlah obrolan kami.  Bicara mengenai daerah asal, kegiatan saat ini, dan pastinya ngebahas Cendol, Banceuy, dan Kabut Perang (ia mendapatkan Kabut Perang dari kuis di twitter yang diadakan Kepsek Cendol).
There was nothing special. Yang istimewa hanya karena dia seumuran dengan saya (iya, di komunitas ini susah nemu yang seumuran. Biasanya lebih tua atau lebih muda). Obrolan kami berakhir saat Suhe datang. Kebetulan juga saya ada urusan lain. Jadi bagi saya itu judulnya Kopdar bersama Yoga, bukan Kopdar Banceuy. Hahaha..
Demikianlah.
Kopdar di Zoe menjadi kisah awal, lalu berlanjut di kopdar berikutnya. Kesamaan minat membuat kami semakin lama semakin dekat. Merasa cocok, ia memantapkan hati melamar saya hingga in the end kami menikah pada 13 Oktober 2013, dan setahun kemudian lahirlah Kakang tanggal 15 Oktober 2014.

Saat ini mungkin Kakang belum mengerti kalau saya cerita panjang lebar seperti itu. Tapi suatu hari nanti Insya Allah, setelah Kakang sudah besar dan mengerti, saya ingin jalan lagi bareng Kakang ke Zoe, dan bercerita,

“Kakang, I have a story. This is how I met your father. Here.”







6 komentar:

  1. Hihiii...bernostalgia, nih ye? Asyik juga sih jadi mengingat masa lalu. Tapi bawa si kecil apa gak ganggu ketika kita menikmati buku? Anyway, kejenuhan telah terobati dengan cara ini. Iya, kan?

    BalasHapus
  2. iya lumayan terobati, ga jenuh lagiii. hehe

    bukunya kan bisa dibawa pulang.
    di sana jadi cuma lihat-lihat, pilih-pilih, buka-buka majalah bentar, ngeteh dan ngemil french fries :D

    BalasHapus
  3. Semoga senantiasa SaMaRa ya mak..kalo saya Bandung tempat yg bikin saya inget dengan suami..soalnya kami sama2 kuliah di Bandung

    BalasHapus
  4. Baby saya lucu sekaliiiiii, hihi saya juga ikutan nih.www.novawijaya.com/2015/04/selfie-story-in-beautiful-island.html

    BalasHapus