“Astaghfirullahalazhim!” seru saya spontan saat menoleh ke arah teras rumah dan melihat beberapa petugas berpakaian APD dari
balik kaca jendela.
Tentu saja kaget, karena itu bukan pemandangan biasa.
Sebelumnya saya hanya melihat orang dengan APD di televisi, artikel berita
online, atau sosmed. Sekarang mereka di depan mata!
Memang sih saya sempat dikabari kalau mereka akan datang ke
rumah. Tapi ga tau persisnya tanggal berapa. Jadi ya pastinya agak shock dan deg-degan saat mereka beneran datang. Padahal bukan saya yang akan
dites, melainkan adik ipar dan bapak mertua saya.
Jadi ceritanya begini..
Saya tinggal di rumah mertua saya di Sumedang. Ada adik ipar
dan keluarganya juga.
Suatu hari, adik ipar ditawari untuk membantu salah seorang
saudara dari tetangga (sebut saja Mr. X) yang baru pindahan dari Bandung ke
Sumedang. Adik ipar bersedia. Bapak mertua tidak ikutan angkut-angkut barang karena
sudah tua, tapi sempat bertemu juga dengan Mr X.
Selesai proses menurunkan barang-barang pindahan, keesokan
harinya sang tetangga memberitahu kalau Mr X POSITIF coronavirus. WHAAAAAT?
Ternyata saat masih di Bandung, Mr X sempat dites corona. Hasil
tesnya baru keluar satu hari setelah ia pindah ke Sumedang. Ckckckckc. Beliau
pun menjadi kasus pertama di kecamatan Sumedang Selatan, dan langsung diisolasi
di RSUD Sumedang.
Nah, sebagai orang yang pernah kontak, bapak mertua dan adik
ipar langsung berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP). Mereka siy cukup optimis
karena saat bantu pindahan itu mereka nyaris gak ngobrol dengan Mr X. Fokus ke
pekerjaan saja. Apalagi semua orang di ‘TKP’ juga menggunakan masker.
Petugas APD yang hadir ada 5 orang, mengendarai mobil dinas
kesehatan. Saya, adik-adik sepupu, dan 2 orang anak tetangga yang kebetulan
lagi main ke rumah, ngintipin dari balik jendela dengan penuh rasa penasaran.
Iya emang rumah ini banyak banget penghuninya kayak panti asuhan :D
Saya kira seisi rumah ini mau dites semua. Ternyata hanya
yang kontak dengan Mr X saja.
Adik ipar, bapak mertua, dan seorang temannya yang ikut bantu
pindahan pun lalu melakukan rapid test.
Abaikan rambut adik sepupu yang lagi ngintip dari jendela :D |
Rapid test mengambil sampel darah dari ujung jari, kemudian
diteteskan ke alat rapid test. Kalau hasilnya positif, berarti dalam darah tsb
terdapat antibodi yang menandakan tubuh pernah atau sedang terpapar virus.
Dalam waktu 15 menit hasil tes keluar. Alhamdulillah, ketiga orang yang dites
hasilnya negatif.
Sebenarnya bisa saja seseorang terpapar virus tapi hasil
rapid tesnya negatif. Hal itu disebabkan proses pembentukan antibodi yang
membutuhkan waktu lama. Karena itulah rapid tes perlu diulangi lagi 7-10 hari
kemudian.
Alhamdulillah 10 hari kemudian saat petugas melakukan rapid
test lagi, hasilnya tetap negatif. Oh ya, Mr X juga sembuh setelah beberapa hari diisolasi di
RS.
Saya senang dinas kesehatan sangat baik dalam melakukan test
& tracking. Memang belum se-ideal Korea Selatan yang menggunakan tes PCR
(bukan rapid test) sebagai satu-satunya tes pendeteksi corona yang
direkomendasikan WHO. Tapi saya percaya pemerintah sudah mengusahakan yang
terbaik untuk masyarakat.
Buat kamu yang merasakan gejala covid-19 dan ingin mencoba
rapid test, sekarang bisa lewat aplikasi Halodoc loh. Dalam aplikasi Halodoc, ada menu Covid-19 Test di mana kamu bisa request rapid test di beberapa rumah sakit mitra Halodoc (area Jabodetabek).
Semoga pandemi ini segera berakhir ya. Aamiiin..
Stay safe, stay healthy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar