Beberapa hari terakhir ini saya beruntung bisa nyimak beberapa
materi tentang Employee of Allah (EOA) via grup WA Deary Castle EOA, dengan
fasilitator Mas Reza Novary.
Apa yang beliau share begitu menggugah. Membuat saya harus
kembali meluruskan ilmu tauhid saya, yang barangkali sudah mulai melenceng
karena terlalu terpesona dunia.
Memang secara kasat mata saya hanya menyembah Allah. Namun
ternyata banyak ‘berhala-berhala’ di sekitar saya yang saya ‘sembah’ tanpa saya
sadari.
Tak bisa hidup tanpa internet, padahal harusnya tak bisa
hidup tanpa Allah.
Merasa naik turunnya omzet adalah karena saya, padahal memang
Allah yang mengaturnya.
Berpikir bahwa beli rumah itu tak mudah, padahal bagi Allah
itu sangat remeh dan gampang.
Bukankah itu semua bukti bahwa saya belum 100% bertawakkal
pada-Nya? :(
Salah satu poin materi yang saya tangkap adalah tentang pentingnya mengingat, melibatkan, dan 'ngobrol' dengan Allah saat melakukan aktivitas apapun.
Awalnya saya sempat berpikir, itu bukan sesuatu yang baru.
Saya suka berdoa sebelum makan dan sebelum bepergian. Hampir setiap hari saya minta
bimbingan agar jadi ibu yang terbaik untuk Kakang, juga memohon perlindungan
untuk Kakang karena hanya Dia-lah sebaik-baik pelindung.
Tapi ternyata tak hanya saat perjalanan jauh atau pun mendidik
anak. Bahkan aktivitas yang paling sederhana sekalipun harusnya ‘lapor’ pada
Allah, misalnya mandi dan senyum pada customer.
Mandi adalah wujud mengutamakan kebersihan dan senyum adalah
sedekah. Kalau kita niatkan mandi dan senyum karena Allah, pastilah rasanya
akan berbeda daripada hanya menjalankan rutinitas atau Standard Operating
Procedure (SOP).
Pas sedikit-sedikit saya praktekkan, ternyata ngaruh banget
loh.
“Ya Allah, saya mau buka medsos ya, cuma pengen tahu apa
yang lagi trending dan dibahas ma orang-orang..”
Hasilnya adalah saya ga bisa lama-lama scroll karena cuma
butuh beberapa menit untuk sekedar baca timeline sekilas. Di twitter malah
cukup beberapa detik untuk cek trending hashtag. Kalau mau kepo dan menelusuri
hal (GA PENTING) lebih jauh, rasanya ga enak.
Ga mungkin kan saya bilang, “Ya
Allah saya kepo, izin minta waktu untuk ngecek profil dan status-status si ono
yah ..”
Ga mungkin itu. Jadi saya stop dan kembali fokus pada tugas
yang menanti.
Ternyata gini toh kalau mau jadi #EmployeeofAllah.
Ketika apa yang dikerjakan itu buang-buang waktu dan ga
bermanfaat (nonton tv, internetan tanpa tujuan dll), rasanya ga enak hati.
Ketika inginnya cuek dan ga peduli sama mereka yang
membutuhkan, ngerasa bersalah.
Ketika muncul rasa malas, langsung dienyahkan. Kalau pake
bahasa anak muda, “Bos gue kan Allah. Yang ngasih rezeki ke gue cuma Dia.
Jangan sampe deh Allah ga seneng sama perilaku gue..”
Oh ya, bahkan nih meskipun kegiatan kita bener, ngurusin
bisnis, tapi kalau terlalu sibuk dan menghabiskan waktu pagi-siang-sore-malam,
ga bener juga.
Da sebagai karyawan Allah mah tugas utama kita bukan kejar
omzet/profit. Itu mah tugas sales di perusahaan manusia.
Kalau di perusahaan Allah, ikhtiar cari nafkah secukupnya
saja. Selebihnya adalah melayani manusia lain.
Dalam kasus saya, ngurusin bisnis adalah prioritas terakhir
setelah melayani suami, mengasuh anak, dan memuliakan orangtua.
Allah pun menurunkan rezekinya BUKAN berdasarkan seberapa
banyak foto baju koko anak yang saya upload, seberapa sering saya promosi, atau
seberapa banyak waktu yang saya curahkan untuk jualan.
Buktinya, ada masa-masa dimana saya rajin promosi tapi sepi
pembeli. Sebaliknya, tak jarang juga saya ga promosi sama sekali, eh malah ada
yang chat dan langsung transfer.
Allah menurunkan rezeki berdasarkan seberapa banyak manfaat
yang saya tebar bagi orang-orang di sekeliling saya. How beautiful is that?
#JustFocusOnAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar