Rabu, 14 November 2018

Employee Of Allah





Beberapa hari terakhir ini saya beruntung bisa nyimak beberapa materi tentang Employee of Allah (EOA) via grup WA Deary Castle EOA, dengan fasilitator Mas Reza Novary.

Apa yang beliau share begitu menggugah. Membuat saya harus kembali meluruskan ilmu tauhid saya, yang barangkali sudah mulai melenceng karena terlalu terpesona dunia.

Memang secara kasat mata saya hanya menyembah Allah. Namun ternyata banyak ‘berhala-berhala’ di sekitar saya yang saya ‘sembah’ tanpa saya sadari.


Tak bisa hidup tanpa internet, padahal harusnya tak bisa hidup tanpa Allah.
Merasa naik turunnya omzet adalah karena saya, padahal memang Allah yang mengaturnya.
Berpikir bahwa beli rumah itu tak mudah, padahal bagi Allah itu sangat remeh dan gampang.
Bukankah itu semua bukti bahwa saya belum 100% bertawakkal pada-Nya? :(

Salah satu poin materi yang saya tangkap adalah tentang pentingnya mengingat, melibatkan, dan 'ngobrol' dengan Allah saat melakukan aktivitas apapun.

Awalnya saya sempat berpikir, itu bukan sesuatu yang baru. Saya suka berdoa sebelum makan dan sebelum bepergian. Hampir setiap hari saya minta bimbingan agar jadi ibu yang terbaik untuk Kakang, juga memohon perlindungan untuk Kakang karena hanya Dia-lah sebaik-baik pelindung.

Tapi ternyata tak hanya saat perjalanan jauh atau pun mendidik anak. Bahkan aktivitas yang paling sederhana sekalipun harusnya ‘lapor’ pada Allah, misalnya mandi dan senyum pada customer

Mandi adalah wujud mengutamakan kebersihan dan senyum adalah sedekah. Kalau kita niatkan mandi dan senyum karena Allah, pastilah rasanya akan berbeda daripada hanya menjalankan rutinitas atau Standard Operating Procedure (SOP).

Pas sedikit-sedikit saya praktekkan, ternyata ngaruh banget loh.

“Ya Allah, saya mau buka medsos ya, cuma pengen tahu apa yang lagi trending dan dibahas ma orang-orang..”

Hasilnya adalah saya ga bisa lama-lama scroll karena cuma butuh beberapa menit untuk sekedar baca timeline sekilas. Di twitter malah cukup beberapa detik untuk cek trending hashtag. Kalau mau kepo dan menelusuri hal (GA PENTING) lebih jauh, rasanya ga enak. 

Ga mungkin kan saya bilang, “Ya Allah saya kepo, izin minta waktu untuk ngecek profil dan status-status si ono yah ..” 
Ga mungkin itu. Jadi saya stop dan kembali fokus pada tugas yang menanti.

Ternyata gini toh kalau mau jadi #EmployeeofAllah.

Ketika apa yang dikerjakan itu buang-buang waktu dan ga bermanfaat (nonton tv, internetan tanpa tujuan dll), rasanya ga enak hati.

Ketika inginnya cuek dan ga peduli sama mereka yang membutuhkan, ngerasa bersalah.

Ketika muncul rasa malas, langsung dienyahkan. Kalau pake bahasa anak muda, “Bos gue kan Allah. Yang ngasih rezeki ke gue cuma Dia. Jangan sampe deh Allah ga seneng sama perilaku gue..”

Oh ya, bahkan nih meskipun kegiatan kita bener, ngurusin bisnis, tapi kalau terlalu sibuk dan menghabiskan waktu pagi-siang-sore-malam, ga bener juga.

Da sebagai karyawan Allah mah tugas utama kita bukan kejar omzet/profit. Itu mah tugas sales di perusahaan manusia.

Kalau di perusahaan Allah, ikhtiar cari nafkah secukupnya saja. Selebihnya adalah melayani manusia lain.

Dalam kasus saya, ngurusin bisnis adalah prioritas terakhir setelah melayani suami, mengasuh anak, dan memuliakan orangtua.

Allah pun menurunkan rezekinya BUKAN berdasarkan seberapa banyak foto baju koko anak yang saya upload, seberapa sering saya promosi, atau seberapa banyak waktu yang saya curahkan untuk jualan.

Buktinya, ada masa-masa dimana saya rajin promosi tapi sepi pembeli. Sebaliknya, tak jarang juga saya ga promosi sama sekali, eh malah ada yang chat dan langsung transfer.

Allah menurunkan rezeki berdasarkan seberapa banyak manfaat yang saya tebar bagi orang-orang di sekeliling saya. How beautiful is that?

#JustFocusOnAllah












Tidak ada komentar:

Posting Komentar