Ada yang belum tahu dropshipper?
Jadi saya bekerjasama dengan supplier, mempromosikan produk supplier secara online untuk mendapatkan konsumen. Nanti saat saya mendapatkan konsumen, saya hubungi supplier untuk mengirim produk langsung ke konsumen. Saya dapat keuntungan dari mana? Ya dari selisih harga dari yang konsumen bayarkan ke saya, dengan yang saya bayarkan ke produsen.
Contoh, produsen memiliki produk dengan harga Rp. 100.000,-. Sebagai dropshipper, saya dapat diskon 10%. Saya tawarkan ke orang-orang dengan harga Rp. 100.000,-. Begitu saya terima uang dari konsumen, saya kirimkan Rp. 90.000,- ke produsen. Jadi saya dapat Rp. 10.000,- atau 10% nya. Ngerti kan ya?
Baca: Mendapatkan Pembeli Pertama dari Instagram
Nah, karena itu saya kadang suka merhatiin mereka-mereka para pembuat produk (produsen). Kalau produknya menarik, saya lamarlah untuk saya jualkan produknya.
Sampai suatu ketika tak sengaja saya menemukan sebuah produsen khimar (kerudung) yang unik, yang tidak menerima reseller ataupun dropshipper. Ini curhatannya:
Membaca itu saya GALAU seketika.
Saya mikir keras.
Correct me if I'm wrong, namun sepengetahuan saya, menjual produk yang telah dibeli kepada orang lain dengan harga yang lebih tinggi adalah jual beli yang SAH. Kenapa produsen itu menulis pernyataan seolah-olah itu adalah dosa yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah?
Kalau produknya ebook atau produk digital lain, setahu saya sih memang ilegal karena melanggar hak cipta. Lah ini kan PRODUK FISIK?
Beberapa waktu lalu saya dan adik-adik ke Pasar Cipulir Jakarta untuk kulakan, mencari barang untuk dijual. Apakah saat transaksi saya harus bertanya dulu ke penjualnya, "Bapak, saya mau jualin baju ini ke konsumen saya. Boleh ya Pak? Bapak ikhlas?" atau mungkin "Bapak, Bapak udah minta izin belum ke yang buat baju ini kalau Bapak mau jualin ke saya? Produsen baju ini harus ikhlas Pak.."
Gak gitu toh?
Saya berpikir dan berpikir, mencoba mengambil sudut pandang produsen khimar itu. Kenapa ia tampaknya menganggap reseller itu seperti calo? Terlihat dari kata-katanya yang tidak ikhlas produknya dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi, dan ingin agar semua penjualan terpusat padanya dengan harga yang sudah ia tetapkan.
Reseller bukan calo, Mbak.
Mbak juga bukan produsen tiket kereta api atau bus kan *abaikan*
Dia sadar gak ya kalau reseller itu sudah membantu mempromosikan produknya pada orang lain yang mungkin sebelumnya gak tahu sama sekali tentang produknya?
Dia sadar gak ya kalau reseller yang BELI memborong produknya (bukan seperti saya, dropshipper tanpa modal) itu membantu dia 'mengosongkan' gudang, sehingga ia gak perlu galau lihat stok produk yang menumpuk karena kurang laku dan terancam lumutan?
Dia sadar gak ya dengan reseller membeli banyak produknya, si reseller juga mengambil resiko kerugian kalau barangnya gak laku?
Maaf kalau saya agak emosi. Karena selama ini saya memandang reseller sebagai partner produsen yang membantu promosi dan distribusi barang ke konsumen. Jadi saya agak heran kalau ada yang menolak reseller (kecuali kalau produksinya sangat terbatas sampai-sampai tanpa reseller pun produknya gampang habis
Punya pasukan reseller itu banyak loh keuntungannya. Misalnya:
1. BANTUAN PROMOSI
Terutama yang punya budget minim untuk beriklan secara offline (brosur/poster/ iklan di media massa), memiliki reseller adalah solusi untuk promosi murah. Reseller akan melakukan promosi dengan berbagai cara mulai dari mulut ke mulut sampai lewat media sosial. Dari kegiatan promosi itu, produsen tidak perlu mengeluarkan uang untuk menggaji reseller. Bukankah itu menguntungkan produsen?
2. BANTUAN DISTRIBUSI
Misalnya ada produsen yang jualan di Instagram. Mungkin dia bisa menjangkau konsumen pengguna Instagram. Tapi dengan adanya reseller (yang eksis di berbagai sosmed), produknya tak hanya diketahui oleh mereka yang di Instagram saja tapi juga Facebook, Twitter, Path, dll.
Kalau bisnis offline, kebutuhan akan reseller lebih tinggi lagi. Bagaimana cara produsen baju di Bandung bisa menjangkau konsumen di kota lain, provinsi lain, bahkan benua lain? Paling mudah ya lewat reseller. Reseller lah yang akan membawa produk itu ke tempat-tempat yang tak bisa dijangkau sendiri oleh produsen.
Kecuali kalau bisnismu adalah toko oleh-oleh, saya maklum kalau kamu ga buka kesempatan reseller di kota lain.
3. MENINGKATKAN OMZET
Kalau 1 orang staf marketing bisa mendapatkan 10 konsumen dengan total omzet 5 juta per bulan, maka dengan 10 orang reseller kamu berpotensi mendapatkan 100 orang konsumen dengan total omzet 50 juta. Masuk akal?
4. MENINGKATKAN PRODUKSI
Ini nyambung sama poin sebelumnya. Kalau jumlah konsumen segitu-segitu aja, ya kita juga akan produksi segitu-segitu aja. Beda kalau punya banyak reseller. Banyak reseller = banyak orderan. Maka kita pun akan 'dipaksa' menaikkan kapasitas produksi. Gak mau dong banyak konsumen kecewa karena selalu kehabisan produk?
5. DAPAT FEEDBACK JUJUR
Kalau konsumen kecewa sama suatu produk, biasanya gak mau repot ngasih kritik saran ke produsen. Mereka akan dengan mudah berpaling mencari produk lain.
Beda dengan reseller. Reseller biasanya punya semacam 'ikatan' dengan produsen, yang membuat mereka suka ngasih kritik saran ke produsen untuk perbaikan produk ke depannya. Reseller juga sebagai penyambung lidah dari konsumen ke produsen. Segala unek-unek konsumen bisa sampai ke produsen melalui reseller.
6. BERBAGI REZEKI
Produsen yang membuka lowongan untuk reseller berarti bersedia berbagi profit (keuntungan) pada mereka. Kalau menjual sendiri, memang produsen menguasai 100% profit. Dengan reseller, profit produsen mungkin akan berkurang. Tapi saya yakin produsen manapun akan senang kalau ada reseller yang sukses, mandiri, mampu menghidupi keluarga dan membahagiakan orang-orang tersayangnya dari hasil menjualkan produknya.
7. BANYAK YANG MENDOAKAN
Eh ini seriuuus. Kalau reseller banyak yang sejahtera karena menjual suatu produk, tentu mereka akan berdoa semoga sang produsen semakin jaya, makin bagus produknya, makin dikenal orang biar makin gampang jualinnya, dsb. Para reseller akan dengan senang hati mendoakan produsen karena eksistensi produsen sangat penting bagi mereka.
Masih ragu rekrut reseller?
Coba googling tentang Maicih (keripik singkong pedas), Zanana Chips (keripik pisang), Alona Gadget,
atau Billionaire Store (buku-buku bisnis). Omzet mereka mencapai ratusan juta hingga milyaran karena didukung pasukan reseller.
Kalau udah yakin mau rekrut reseller, ada dua tips nih:
Pertama, buat kamu para produsen alias pencipta produk, jangan terlalu rendah menentukan margin keuntungan. Buatlah produk terbaik yang profitnya cukup tinggi agar dapat berbagi dengan reseller-mu.
Kedua, beri reseller-mu edukasi tentang product knowledge dan teknik menjual agar mereka mampu menjual produkmu dengan baik karena merekalah ujung tombak bisnismu.
Yuk, Open Reseller!
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway "Semua Tentang Wirausaha"
Ya begitulah mak, butuh mental menjadi pewirausaha..
BalasHapusHihi, maaf nih numpang ngikik. Agak lucu juga baca skrinsut di atas itu. Dia pantas sedih dan marah kalau: foto dicomot tanpa ijin, lalu produk nya dicontek oleh penyomot foto (bikin produk sejenis) lalu diberi merek sama, dan dikomersilkan. Hmm... Tapi yowes lah, seterah dia yg punya hati utk sesih :D
BalasHapusHallo mba, makasih sudah ikut GA tentang wirausaha yaa. Salam sukses
BalasHapuswuih jadi semangat nih bikin produk terus cari reseller..
BalasHapussoalnya kekurangan kita di penjualan..
makasih ya mb udah sharing ^^
makasih juga udah ikutan GA nya:)
terimakasih mas buat infonya dan salam sukses
BalasHapus