Ibu mertua saya (kami menyebutnya Mamah) tinggal di
Sumedang, sementara saya dan suami tinggal di Bandung. Sebelum menikah, saya
hanya sempat ke Sumedang 1 kali. Suami saya (waktu itu masih calon) bilang
kalau orangtuanya membebaskan dia memilih pasangan hidup. Jadi Alhamdulillah
proses minta restu berlangsung tanpa hambatan yang berarti.
Setelah menikah, barulah saya makin mengenal beliau. Mamah
adalah seorang tukang pijat terkenal di lingkungannya. Setelah beberapa
minggu menikah saya belum ada tanda-tanda hamil, mamah menawari untuk memijat
perut saya. Oh noooo…!
Untunglah 3 bulan kemudian saya positif hamil *fiuh..
Setelah tahu hamil, Mamah dan Bapak (mertua) suka menelepon
suami dan menanyakan keadaan saya. Suami sampai cemburu,
“Kamu terus yang
ditanyain. Aku ga ditanyain kabarnya. Padahal kan aku anaknya..hiks..” Hehe..
Karena di Bandung gak ada ortu, Mamah dan Bapak minta saya
melahirkan di Sumedang agar mereka bisa menjaga saya. Mereka bahkan sudah
menyiapkan kamar untuk saya dan bayi. Namun karena ada pertimbangan lain, kami memutuskan lahiran di Bandung. Mamah sempat kecewa tapi menerima keputusan kami.
Ketika suatu pagi suami menelepon ke Sumedang dan melapor
saya sudah mau melahirkan, Mamah dan Bapak langsung ke Bandung. Selama di
klinik, Mamah standby di samping saya, sementara suami mondar-mandir mengurus
segala keperluan.
Tangan Mamah lah yang saya cengkeram kuat-kuat ketika ‘gelombang cinta’ datang.
Tangan Mamah lah yang saya cengkeram kuat-kuat ketika ‘gelombang cinta’ datang.
Saat detik-detik melahirkan, saya didamping suami di sebelah
kanan, dan Mamah di sebelah kiri.
Mamah dan Bapak ke Sumedang keesokan harinya, kembali ke aktivitas biasa.
Kurang lebih saat Kakang berusia 1 bulan, Mamah meminta saya dan Kakang ke Sumedang biar
beliau bisa bantu mengasuh.
Karena Mamah terus memaksa, dan gak enak karena dulu pernah
menolak melahirkan di Sumedang, akhirnya saya dan kakang pun ke Sumedang.
Bukan
main senangnya Mamah (dan Bapak). Saya pun meski sebenarnya sedih banget
tinggal jauh sama suami (suami kerja di Bandung), tapi ada senangnya juga
tinggal sama mertua. Saya dibebaskan dari tugas domestik apapun. Tugas saya
hanya mengasuh kakang. Itupun juga dibantuin.
Menidurkan Kakang hampir selalu
dilakukan oleh Mamah *horeee..
Kakang
rewel? Serahkan pada ahlinya: Mamah. Hihihi.. #menantugaksopan
Mamah dan cucu-cucu tersayang | Maap blur.. |
Keisengan Mamah (1): Bayi Boboho |
Keisengan Mamah (2) : Obsesi pengen cucu perempuan |
Ketika Bapak dulu terkena PHK, Mamah pun turut menopang
ekonomi rumah tangga, dan dengan sabar terus memotivasi Bapak untuk berusaha.
Bapak yang tadinya karyawan pabrik, mungkin malu atau ragu berjualan. Namun
dengan ditemani Mamah, Bapak pun bersedia jualan kupat tahu dan bubur ayam dengan
gerobak :’) Begitulah dulu, sebelum akhirnya kini Bapak sudah memiliki
pekerjaan tetap lagi.
Ah, akan sangat panjang cerita tentang Mamah.
Semoga saya
bisa meneladani keikhlasan, kesabaran, kekuatan, dan ketangguhan Mamah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar