Bukan bermaksud sok pintar dengan mengkritik macam-macam. Tapi ini semata-mata karena saya "gatel", gak puas, dan saya tahu apa yang sebenarnya saya harapkan dari sebuah seminar, tapi tidak mendapatkannya kemarin. Jadi yah.. ini hanya sebuah ungkapan kekecewaan saja.
Mari mulai *buka catatan di HP*
1. Lokasi
Lokasi seminar sulit dicari! Lokasinya sebut saja di GSC. Saya baru pertama kali mendengar nama gedung itu tapi seorang teman tahu gedung itu di daerah mana dan akhirnya ia menemani saya seminar. Sesampainya di kompleks per-gedung-an pun, kami harus tanya satpam dulu (yang juga ga tahu gedung mana yang dimaksud T_T). Kami baru tahu setelah meng-sms panitia lokasi spesifiknya.
Ruang seminar ada di lantai 3, dimana tangga dari lantai 2 ke lantai 3 nya GELAP! #mendadakhoror
SARAN:
Lokasi itu penting. Bayangkan reaksi calon peserta kalau lokasi seminar di Hotel Hilton ("Waow! Itu kan punya kakeknya Paris Hilton! Pasti keren! Pasti mewah!"), bandingkan dengan kalau lokasi di Gedung Biru Laut ("Dimana tuh??? Gak tahu gue.") yang kemudian gak datang karena gak tau dimana tempatnya. Saya sering melewatkan acara resepsi teman saya kalau saya gak kenal gedungnya (halah, itu sih lo aja yang males google mapping!)
2. Layout Kursi
Begitu sampai di ruangan, hmm.. ruangannya cukup luas. Terdapat sekitar 50 kursi, yang mengisi sepertiga ruangan. 50 kursi tersebut terdiri dari 5 baris (=10 kursi per baris). Ada jalan kecil di bagian tengah sehingga 50 kursi tersebut terbagi dua. 25 di sebelah kiri, 25 di sebelah kanan. *semoga kebayang :D*
Bagian yang gak bangetnya adalah.. total peserta hanya 15 orang! Jreng jreng..
Dan sewajarnya orang milih tempat duduk, pada nyebar dong. Ngapain juga dempet-dempet kalau banyak kursi kosong? Ntar dikira mau pedekate *halah*
Saya mendukung ajakan pembicara agar peserta mendahulukan mengisi bagian depan. Tapi tetap gak mengubah fakta bahwa secara keseluruhan tetap saja kursi peserta banyak yang kosong.
SARAN:
Sebelum acara dimulai, panitia kan udah megang database peserta tuh? Udah tau dong kira-kira pesertanya berapa? Mbok ya jumlah kursinya disesuaikan. Kalau saya jadi panitia, saya akan (1)menyingkirkan semua kursi kosong, (2)memajukan kursi peserta sehingga lebih dekat ke panggung (pembicara), dan (3)memposisikan kursi hingga membentuk letter U.
Layout kursi yang menyerupai letter U sebenarnya adalah standar yang biasa ada di pelatihan-pelatihan kalau jumlah pesertanya dibawah 40. Emang sih, seminar tuh beda sama pelatihan. Tapi menurut saya sih gak ada salahnya. 15 orang mah udah kayak kelompok.
3. "Pesertanya dikit.."
"Sayang sekali pesertanya sedikit...",Setidaknya ada 3 kalimat dari pembicara yang menyiratkan keluhan atas peserta yang sedikit. Menurut saya itu GAK BANGET! Kenapa gak banget? Karena (1) dia terlihat tidak nyaman (mungkin merasa kurang dihargai? Entahlah), (2) terlihat sekali bahwa sedikitnya peserta adalah masalah bagi dia. Menurut saya, berapapun jumlah peserta, seharusnya gak jadi masalah. (3)Emang kenapa kalo peserta dikit? Salah gue? Salah teman-teman gue? Janganlah diungkit-ungkit seolah kami yang salah :(
"..orang kaya memang minoritas..",
".. karena pesertanya dikit jadi gak bisa nangis-nangisan.."
4. Kurang pacing.
Sepanjang seminar, peserta memang lebih banyak diam nyaris tidak bereaksi. Bahkan tepuk tangan pun nunggu pembicaranya ngomong, "Tepuk tangan dong..." Ahahahahahahaaaa.... Konyol sekali!
Saya sendiri ga begitu menyimak, malah sibuk sms-an. Bukan masalah materi seminar. Tapi di awal ia tidak melakukan warming up/ice-breaking, interaksi, dan penguasaan audiens.
SARAN:
Warming up (pemanasan) atau Ice Breaking (mencairkan suasana) itu perlu supaya peserta ga tegang dan gak ngantuk sejak awal. Paling gampang sih dengan humor, sapaan hangat, perkenalan, sampai melakukan games/simulasi. Tentunya sebelum itu, pesertanya harus dikondisikan. Benerin dulu layout kursi, ajak semua peserta duduk di depan (dan jangan mulai sebelum pesertanya nurut semua), dekati peserta (saat itu jarak antara peserta paling depan & pembicara sekitar 4 meter. Relatif jauh. Untuk peserta 15 orang, idealnya maksimal 2 meter-menurut saya), dan minta dengan sopan pada peserta untuk fokus dan men-silent-kan HP (beri waktu beberapa saat untuk peserta melakukan ini. Jangan cuma sekilas lalu langsung ke materi).
Intinya sih, dia belum "menguasai" perhatian saya, tapi sudah bercerita panjang lebar. Kredibilitasnya juga belum terbangun di mata saya, secara sampai akhir seminar saya gak tahu namanya. Ckckckck. Itu adalah alasan utama kenapa saya memilih sms-an dibanding mendengarkan entah-siapa-itu-namanya. (Catatan: begitu acara bubar, saya hampiri dia dan saya tanya namanya. Hahahahahaaaa...)
Demikianlah kritik dan saran yang saya buat dengan penuh kesotoyan. Atas perhatian Anda saya ucapkan terimakasih. Heuheu