Jumat, 26 Juni 2015

Rumah Kecil untuk Hati yang Lapang



Saat saya dan suami menikah pada Oktober 2013, kami tinggal di sepetak kamar kosan. Tiga bulan kemudian saya hamil. Ibu saya menyarankan untuk segera menyewa rumah, karena tidak mungkin nanti mengasuh anak di kosan. Apalagi kosan yang kami tinggali kebanyakan diisi oleh mahasiswa. Bagaimana mereka akan belajar kalau bayi saya nangis meraung-raung tengah malam? Heuheu.

Mencari rumah kontrakan murah ditengah Kota Bandung bukan perkara mudah. Jalan-jalan berburu sendiri, sudah. Browsing di internet, sudah. Beberapa kali saya menemukan rumah yang menarik seperti di Rumah.com, namun saat saya hubungi ternyata sudah ada yang menyewa. Wah, enak juga ya pasang iklan di Rumah.com. Mendapatkan penyewa atau pembeli rumah jadi mudah.

Untunglah ada teman yang memberi info bahwa ada rumah mungil yang harga sewanya relatif murah. Pada pertengahan Ramadhan 2014, saat kandungan saya 5 bulan, kami pun pindah dari kamar kosan ke rumah kontrakan.

Sehari setelah kami pindah, keluarga saya (papa, mama, dan adik-adik) dari Batam datang ke Bandung. Agar mereka tidak kaget melihat rumah kami, saya kasih ‘bocoran’ terlebih dahulu. Saat itu dalam perjalanan dari Stasiun Bandung menuju rumah.

“Rumahnya kecil, terutama dapur dan kamar mandinya. Dapurnya cuma bisa untuk menaruh kompor. Gak ada tempat untuk motong sayur atau bawang..” ucap saya hati-hati.

Respon ibu saya di luar dugaan.
Gapapa rumah kecil, yang penting hati lapang..”

Subhanallah Mama :’)

“Dinding dan pintu kamar mandinya kira-kira setinggi dada Abang. Satu setengah meter lah.” lanjut saya.

“HAAAAAA?!” seru semua orang.

Sesampai di rumah, semuanya menjelajah rumah kontrakan. Rumah kami terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 ada ruang tamu, satu kamar, dapur dan kamar mandi. Di lantai 2 ada dua ruangan besar. Satu untuk kamar, satu lagi kami jadikan gudang. Di lantai atas ini juga ada tempat untuk menjemur pakaian.

Adik-adik saya tertawa melihat kamar mandinya. Tertawa lucu, bukan tawa mengejek apalagi mem-bully. Orangtua saya cukup puas, karena di lantai dua ada kamar yang luas. Rumah mungil kami cukup untuk menampung keluarga.

Senangnya merayakan Ramadhan dan lebaran bersama keluarga besar saya. 
Bulan puasa diisi dengan kegiatan belanja aneka kebutuhan untuk mengisi rumah.

---

Tahun 2015 ini, keluarga saya akan merayakan lebaran di Batam. Sayangnya saya tidak bisa ke sana, karena tahun ini kami akan berlebaran di Sumedang, di tempat orangtua suami.

Beberapa hari sebelum puasa saya dan anak sudah tiba di Sumedang. Menjalani Ramadhan di Kota Tahu ini.  Rumah mertua lebih luas daripada rumah kontrakan kami di Bandung. Anak kami yang kini sedang belajar berjalan, dengan ceria melangkahkan kaki dari kamar, ruang tengah, ruang tamu, teras depan, hingga teras belakang.



Kalau tahun lalu saya masih bekerja, tahun ini saya fokus mengurus anak. Jadi ya, Ramadhan kali ini saya di rumah saja.

Buat saya tidak masalah Ramadhan di Bandung atau di Sumedang (atau mungkin di Batam, someday?). Yang penting saya menjalaninya bersama keluarga dan orang-orang terkasih.

Selamat menjalankan ibadah puasa..

Dimana pun Anda tinggal, semoga rumah selalu menjadi tempat yang paling nyaman.

Terutama saat Ramadhan, saat hati lebih mudah menjadi lapang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar