Senin, 14 November 2011

Selling Competition YEA 13

Nama saya Sintamilia *halah!*. Saat ini saya sedang kuliah di Young Entrepreneur Academy (YEA) Bandung angkatan 13. Karena saya udah lulus S1, teman-teman mengira kuliah lanjutan saya ini setara S2. Salah besar! Saya tidak tertarik S2 dan sejak lama ingin kuliah yang memberikan ilmu praktis, ga cuma teori kayak di kampus yang sebelumnya.

Dulu yang sempat kepikiran adalah kuliah film di luar. Tapi prioritas hidup saya berubah. Saya jadi ingin pengusaha. Karena itulah saya memilih kuliah di sini, yang menjanjikan akan banyak praktek entrepreneurship.

Materi yang kami pelajari di awal adalah tentang selling alias penjualan. Mulai dari teknik komunikasi, kalibrasi, dan persuasi. Materi tentang selling skill bisa dipelajari di YEA Virtual Modul 1.  Sementara materi Communication Skill dan Negotiation Skill di YEA Virtual Modul 2.

Dan inilah praktek pertama kami, tepat sebulan sejak hari pertama kuliah. Yaitu: Selling Competition!

Satu angkatan (kelas) yang berjumlah 16 orang dibagi jadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok diberi modal 30kg cokelat (!) untuk dijual selama 5 hari. Untuk menjadi pemenang, barang harus habis terjual dan meraih omset terbesar. Hadiahnya: Omset tim yang kalah semuanya dikasih ke tim yang menang. Sesuatu banget kan? Hohohoho..

Coklat yang siap dijual

Tim pertama (yang menang) meraih pendapatan omset terbesar Rp. 8,762,000. Wow! Fantastis! Kelompok ini punya satu orang marketer hebat yang terancam ga makan sampe akhir bulan kalau ga menang. Hehehe. Gak heran dia “ngotot” harus menang. Semua orang yang dikenal di teleponin. Berani malu banget deh! Salut! Mereka memang pantas jadi pemenang.
Tim ketiga mendapatkan omset paling kecil, Rp. 3,266,000. Tapi saya paling iri dengan pengalaman yang mereka dapatkan. Kalau kelompok pertama banyak melakukan telemarketing, kelompok ketiga ini banyak turun ke jalan, menemui orang baru, mencari customer tak dikenal, sampai buka lapak ala kaki lima :D Challenging banget lah! KEREN!

Bagaimana dengan kelompok saya? Jangan tanya! Ancur paraaaaaahh!. Hwkwkwkwk. Yang jelas saya cukup puas mendapatkan omset Rp. 944,000 sendiri. Bagi saya itu prestasi banget.
Berhubung semua omset yang kami dapat diserahkan pada yang menang, bisa dibilang saya bangkrut (modal bikin packaging, komunikasi, & transportasi gak balik). Gak papa, bangkrut adalah sebuah pembelajaran. Bangkrut segitu mungkin ga seberapa dibanding “dunia nyata” nantinya. Jadi yah.. mari belajar ikhlas dan lapang dada J

Untuk merayakan keberhasilan kami semua yang meraih total omset Rp. 16,896,000, kelompok yang menang memutuskan untuk mentraktir teman-teman sekelas di Hanamasa. Horeeeee...!!! \^_^/
I love YEA 13 :*


Rabu, 09 November 2011

Behel Oh Behel

Beberapa hari terakhir ini saya galau, pakai behel gak ya?

Jadi begini, struktur gigi saya berantakan. Miring ke sana kemari karena space di gusi gak cukup untuk menampung gigi-gigi saya. Seorang teman saya yang mahasiswi kedokteran (sekarang koas), setelah melihat gigi saya, menyarankan pake behel. Seorang dokter gigi juga pernah menyarankan begitu. Tapi waktu itu saya abaikan karena saya belum sanggup bayar.

Sekarang, uangnya ada. Behel pun lagi ngetrend jadi saya gak akan sendirian mengalami penderitaan *halah. Tapi tapi..

Saya meramalkan, kayaknya minimal tiga gigi saya bakal dicabut. Rebutan tempat soalnya. Membayangkannya saja saya tidak suka. Gigi saya sehat wal’afiat loh! Oke lah dicabut kalau berlubang parah, atau posisi miringnya menyakiti bagian dalam pipi. Tapi gigi-gigi saya tuh baik. Ga lagi sakit. Kayaknya jahat aja kalau saya “membunuh” mereka. Apa salah merekaaa..? Ya kan? (alibi, padahal mah takut sakit :p)

Saya lalu mengadakan survei kecil-kecilan ke teman-teman, meminta dukungan mereka agar saya... TIDAK pake behel! Hahahaha.. Saya tanya mereka, “Penting gak sih aku pake behel?” Dan ini jawaban mereka.

Responden 1 (cowok) : “Kalau manfaatnya ga signifikan dan waktunya ga mendesak berarti belum penting.”

Kata responden pertama ini, uangnya mending buat modal usaha. Well, yang namanya cowok emang lebih gak concern ke penampilan dibanding cewek kayaknya. Lebih concern cari duit (bagus sih). Akhirnya saya tanya deh ke cewek-cewek.

Responden 2 (cewek): “Gak perlu,”

Responden 3 (cewek) : Menggelengkan kepala, “Untuk apa pake behel?”

Responden 4 (cewek, pake behel) : “Terserah, kalau menurutmu penting untuk meningkatkan kepercayaan diri. Kalau udah pede sih ga usah..” *jleb banget ini. Hwkwkwkwk

Responden 5 (cewek, pake behel) : “Perlu..” sambil ngangguk-ngangguk (Oh Nooo..!).

Responden 6 (cowok) : "Beheeeelll...? Hmm..."

Panjang banget deh komentar responden terakhir ini. Dia tidak menyarankan saya pake behel (YES!). Dia ceritain minusnya. Mulai dari: sakit, ribet, beli mahal-mahal tapi ga laku dijual lagi (ya iyyalah!), kelihatan lebih monyong (LOL), kalau makan suka nyangkut, sampai kalo kissing sangat menganggu (sesuatu banget yah). Plus, tentunya sebagai cowok dia juga bilang mending buat modal usaha, sedekah, umroh.. (Subhanallah sekali :D)

Gak mau nanggung, sekalian saya minta komentarnya tentang berantakannya gigi saya. Dan dia bilang.. “Ga ada yang salah dengan senyummu..”Aw aw.. *melting* Gosh, I like this guy :D. Puas banget lah sama jawabannya.

Jadi..

Saya tidak mau ikut-ikutan tren. Saya bersyukur diberi gigi-gigi yang lengkap, sehat, dan berfungsi normal (Alhamdulillah..). Semakin jarang orang yang ber-gingsul, semakin istimewa saya (hohoho). Eh, bener loh, teman saya (cewek) pernah ada yang request, gingsul saya jangan dihilangkan. Pemanis soalnya *blushing*.

Well, kayaknya saya gak akan pakai behel dulu. Nanti aja kalau udah nyobain kissing *eh? *plaaaak!


Me, My Gingsul and The Unperfect Teeth

“You are beautiful no matter what they say.."

(Beautiful - Christina Aguilera)

Selasa, 01 November 2011

Random

  1. Blog post terakhir sebelum ini adalah tanggal 12 Oktober. Sempat terpikir untuk mulai nge-blog lagi tanggal 12 November aja. Tapi di sini saya sekarang, menulis.
  2. Baru pulang liburan dari Bali bareng keluarga. Salah satu momen langka nih. Dua adik termuda bolos sekolah, Nurul bolos kerja, dan saya pun bolos kuliah :)). Di Bali hari Jumat-Senin, 28-31 Okt kemarin. Berkunjung ke Nusa Dua (parasailing, fly fish, diving), Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Padang-Padang Beach, Kuta, Joger.
  3. Beberapa kali kepikiran untuk menghapus account facebook dan deactive twitter karena jenuh. Tapi Kelas Cendol di Fb adalah anugerah dan di twitter saya banyak dapat ilmu dan informasi.
  4. Lagi sering galau dan "teori" terakhir saya adalah.. mungkin karena saya berhenti menulis. Karena bagi saya, menulis adalah terapi. Menulis "merapikan" isi otak yang berantakan.
  5. Kuliah saya semakin seru dan sepertinya saya benar-benar dituntut untuk fokus di sini.
  6. Pengen les Bahasa Inggris di EF. Pengen bisa menulis panjang dalam Bahasa Inggris tentu dengan grammar yang baik dan benar.
  7. Baru beli buku Mestakung oleh Prof. Yohanes Surya dan Yang Galau Yang Meracau oleh Fahd Djibran. Baru selesai baca Mestakung dan sempat nangis karena ceritanya mengharukan sekali :')
  8. Liburan ke Bali itu menyadarkan saya bahwa saat yang paling tepat untuk berjalan-jalan adalah sekarang, saat masih muda.
  9. Liburan ke Bali itu my "dream comes true". Semoga suatu hari nanti mimpi saya yang lain terwujud: Liburan ke Wizarding World of Harry Potter, USA.
  10. Saya pikir kuliah komunikasi itu udah paling seru. Ternyata kuliah kewirausahaan jauh lebih gokil. Belajar komunikasi itu menyenangkan, belajar usaha itu gila banget! :))
  11. Saya pengen banget membahagiakan orangtua. Tapi gak tau harus gimana. Ingin memberi mereka sesuatu (materi) tapi mereka tidak pernah minta apa-apa. Sepertinya bagi mereka, melihat saya bahagia sudah cukup..

Sekian dulu.
Trims.