Selasa, 29 Juni 2010

Buku-buku yang Dibaca Di Bulan Juni

1. Ahmadinejad: The Lion From Aradan - Sayyid Maulana Khan
2. Diary Si Bocah Tengil - Jeff Kinney
3. Marmut Merah Jambu - Raditya Dika
4. The Real Art Of Hypnosis - Hisyam A. Fachri
5. Rahasia Jadi Entrepreneur Muda - Faif Yusuf
6. Wicked Lovely :Pesona Yang Menawan - Melissa Marr

Dibanding bulan-bulan lalu, bulan ini buku yang aku baca sedikit.. huhu..
Tapi wajar siy, karena ada hal lain yang harus dikerjakan.
Apakah itu?

Yaitu hal yang tak kalah menarik dari membaca buku :
MENULIS!

Memang frekuensi baca buku berkurang,
tapi frekuensi ku menulis bertambah,
dan aku menikmatinya.

Alhamdulillah..

Salah satu wadah menulisku yang baru adalah di blog 89 project.
Tapi yah..

Ssstt..
untung aku punya blog pribadi di sini.
di blog 89, ada penulis yang jago banget, sampai-sampai aku minder deh.
Huahahahaha...

kalau di blog ini kan, aku ga ada saingan.
I'm the queen of this blog!
hoho..

by the way..
sebenernya aku mau komentar nih tentang novelnya Melissa Marr itu.

Tapi..
Ntar aja lah



Pesan:
1. Mampir yah.. ke blog 89 Project.. siapa tahu ketemu calon penulis hebat yang merasa tampan itu :p
2. Jangan lupa revisi Skripsi ya say... *buat diri sendiri*
3. Keep reading!
4. Keep writing!
5. SEMANGAAAAAATTT....!!

Jumat, 18 Juni 2010

Batal Jadi Pengajar

Suatu hari, seorang sahabat menghubungiku. Ia bilang, ada lowongan sebagai pengajar bimbel. Aku memang pernah bilang padanya kalau aku sedang ingin menjadi pengajar. Jadi, aku dengan penuh semangat menghubungi nomor kontak yang ia berikan. Oleh si CP, aku diminta datang langsung ke lokasi bimbel, di daerah Suci.

Aku datang ke sana dengan membawa surat lamaran. Ternyata tempatnya kecil, hanya sebuah rumah, dengan beberapa kursi di teras yang disetting sedemikian rupa hingga seperti kelas mini, dengan whiteboard kecil di salah satu dinding.

Saat aku datang, seorang wanita yang disana (kita sebut saja si Mbak) menerima berkas lamaranku, dan mempersilahkanku duduk di teras itu. Ia lalu memberikan soal Bahasa Inggris SMP untuk aku kerjakan. Aku pikir, mungkin itu bentuk tes nya. Aku pun mengerjakannya. Sementara aku mengerjakan, si Mbak nya mengobrol dengan orang lain di dalam, yang tampak seperti wawancara kerja. Soalnya tanya jawab gitu *sotoy*

Begitu aku selesai, ternyata ada pengajar yang membahas kunci jawaban setiap soal. Hmm.. oke. Setelah semua soal selesai dibahas, kami (aku dan 3 peserta lain) boleh pulang.

Si Mbak berpesan, kalau diklat ini diadakan setiap hari, senin-sabtu. Jadi kami besoknya harus datang lagi. Diklat akan diadakan selama 2 minggu. Setelah itu, kami bisa datang ke bimbel pusat di daerah Elang, untuk tanda tangan kontrak. Bimbel di Suci itu memang hanya cabang.

Haaaahh..? Hei, aku bahkan belum wawancara!

Aku sempat bertanya, “Kalau udah selesai diklat, kita PASTI langsung tanda tangan kontrak?”
“Ya,” jawab si Mbak.
Hmm.. mencurigakan. Itu terlalu mudah.

Singkat cerita, aku ikut diklat 3x. Pertemuan pertama pesertanya aku dan 3 orang lain. Pertemuan kedua, dengan 1 orang yang berbeda dengan yang 3 terdahulu. Pertemuan ketiga, aku sendiri. Dan .. aku langsung dapat surat tugas! Surat untuk mengajar bahasa Inggris dan Mafiki untuk kelas 2 SMA. Oke..

Tapi di saat yang bersamaan, si Mbak juga ngasih dua lembar leaflet yang isinya sama, tentang biaya yang harus dibayar untuk mengikuti diklat! Jreng jreng.

Bukan, bukan diklat yang sedang aku jalani ini, katanya. Diklatnya lain lagi. Tujuan diklat-berbayar itu adalah untuk mengurangi komplain orang tua murid karena pengajarnya tidak menguasai materi atau cara mengajarnya kurang efektif.

Saat itu, aku hanya mengiyakan.

Tapi begitu pulang, aku berpikir. Kenapa aku harus bayar? Diklat adalah suatu bentuk pengembangan SDM, yang seharusnya termasuk dalam biaya operasional suatu perusahaan.

Ditambah lagi, disitu tercantum biaya diklat selama 3 bulan untuk pengajar SMA adalah 250 ribu/bulan. Aku menghitung-hitung. Satu kali pertemuan aku akan dibayar 25 ribu, dikali 8x pertemuan sebulan. Jadi akhir bulan aku akan mendapatkan 200ribu. Weiks! Ga balik modal neh! Memang sih, itu untuk 1 orang murid. Kalau 2 orang, berarti total 400ribu.

Hoho.. ngajar 2 anak SMA, 1 Bahasa Inggris, 1 MaFiKi, total 16x pertemuan, cuma dapet 150 ribu (uang honor dikurangi uang diklat)? Belum dikurangi ongkos transport (yang pastinya aku yang nanggung).

MALESGILA DOTCOM!

Sebenernya sih, konsep diklat seperti itu sah-sah aja. Seperti PGTK, kita harus membayar untuk dididik, untuk kemudian disalurkan. Tapi kalau memang begitu, seharusnya sejak awal diberitahu. Lah ini, setelah udah di tengah jalan baru narikin duit. Maksudnya apa, coba?

Oya, si Mbak juga bilang, kalau aku bisa mengajak 2 orang untuk melamar jadi pengajar, aku dapat diskon pembayaran diklat. Lohhh? Kok harus nyari orang? Udah kayak MLM aja deh..

Satu hari sebelum aku mendatangi murid pertamaku, aku menyatakan pengunduran diri. Sempat di bujuk sih, sama Mbaknya. Katanya, gapapa, kalau aku ga ikut diklat, nanti aja kalau udah murid udah banyak, kalau udah ada pemasukan.. yang penting aku ngajar aja dulu..
Huh..
Tetap saja.
Membayangkan harus membayar sesuatu yang seharusnya gratis karena itu hak ku (pelatihan dari perusahaan), membuat aku ga rela.
Sedikitpun ga rela.
Aku keukeuh batal jadi pengajar.

Ya sudah, akhirnya si Mbak pun memaklumi.

Pulang dari sana, hatiku hujan *yuuuuwwwk*
Pertama, karena aku sempat berharap banyak disini.
Kedua, karena sebenernya si Mbak itu baik *loh?*
Maksudnya, aku sih tidak merasa ditipu atau apa.. si Mbak itu ramah, good listener, and easy going *naooon deui..? :p*
tapi memang konsep rekrutmen itu yang tidak bisa aku terima. Huhu..

Tapi ya sudah..
Toh sekarang Allah sudah menggantinya dengan sesuatu yang jaaauuuhhh.. jauh lebih baik!
:-)

Selasa, 15 Juni 2010

Pendidikan Seks? Perlu!

Beberapa waktu yang lalu (sudah agak lama sebenarnya), aku membaca koran yang memuat pernyataan dari Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh, yang menyatakan bahwa pendidikan seks itu tidak perlu, dengan alasan masyarakat akan memiliki pengetahuan seks secara alamiah tanpa perlu diajarkan.

Membaca itu, spontan aku mengucap dalam hati, “Yeee.. pendidikan seks itu kan bukan ngajarin cara melakukan seks!”

Correct me if I’m wrong, tapi sejauh pemahamanku, pendidikan seks memang bukan itu. Bukan ngasih materi cara melakukan hubungan seks (eh, emang siapa yang bilang gitu ya? :p). Yang aku tahu, pendidikan seks itu perlu supaya remaja tahu BAHAYA MELAKUKAN SEKS BEBAS.

Sebelum membahas lebih lanjut, aku mau flashback ke jaman SMP-SMA.
Di kedua jenjang sekolah tersebut, ada materi Sistem Reproduksi Manusia, di mata pelajaran Biologi.
DI SMP, materi itu membuat siswa-siswa cowok tahu apa itu keputihan, dan siswa-siswa cewek tahu apa itu impotensi dan masturbasi.
Sementara di SMA, kami (para siswi) diberi tahu bahwa jangan khawatir hamil kalau berenang satu kolam dengan cowok. Sperma itu mati kalau masuk air, jadi ga mungkin berenang jarak super jauh apalagi sampai ke rahim kita.
Di luar itu, tentu kami dijelaskan bagian-bagian, nama, dan fungsi organ reproduksi perempuan dan laki-laki.

Tapi aku GA ingat, para guru biologi itu bilang, “Jangan melakukan seks bebas ya nak..”.
Ga pernah.

Malah yang nasehatin itu guru Matematika SMA *loh?

Ngomong-ngomong tentang guru MTK, beliaulah yang paling sering memberi pendidikan seks (dalam arti yang benar, menurutku) di sela-sela materi MTK-nya.
Beliau pernah bilang, “Kalian pikir petting ga bisa bikin hamil?”
(dimana aku bengong karena ga ngerti arti kata petting).
Atau, “Nyium bibir itu sama rasanya kayak nyium tembok. Ga usah lah kalian nyobain cium bibir. Cium aja tembok. Rasanya sama, kok,”

Secara logika, aku ga bisa nerima. Bagaimanapun, tekstur bibir dan tembok kan beda ya? Tapi aku ga bisa protes, karena belum pernah nyium bibir dan tembok. Mungkin beliau udah pernah, makanya bisa bilang gitu. Hahahaha..
Tapi aku mengerti niat pak guru, bahwa sebaiknya kita tidak mendekati zina.
Sedikipun jangan.

Kembali ke pendidikan seks.
Menurutku, kenapa remaja harus diberi pendidikan seks, biar mereka tahu:
1. Bahwa cinta tidak identik dengan seks, dan mereka harus menolak jika pacar mereka meminta seks
2. Bahwa seks yang sehat itu bukan “menggunakan kondom”, melainkan “Tidak melakukan seks sebelum menikah”
3. Bahwa meski udah pake kondom, meski udah melihat kalender dan tidak sedang berada pada masa subur, meski melakukannya Cuma sekali, kemungkinan hamil akan tetap ada.
4. Bahwa masa depan mereka akan terancam jika kehamilan terjadi.
5. Bahwa aborsi itu menyakitkan, mematikan, dan berdosa besar.
6. Jangan bugil di depan kamera! Bahkan meski udah nikah, meski hanya untuk koleksi pribadi, video itu bisa saja tersebar. Pelaku dan penyebarnya bisa terjerat hukum.
7. dan lain sebagainya.

Kembali ke Pak Guru.
Pak guru MTK itu sangat taat beragama. Kalau ga salah, beliau lulusan pesantren. Sepertinya ia tidak mendapatkan terpaan media yang ‘ngajarin’ seks, sehingga begitu ia menikah, istrinya dibiarkan saja beberapa waktu. Kenapa?
Beliau bilang begini,
"Habis ga tau, mau diapain?"

Hwkwkwkwkw...
Anak-anak satu kelas ngakak mendengarnya.
Ah, beliau memang lucu.

Yah.. setidaknya beliau mempelajari atau ‘mengetahui secara alamiah’ tentang seks (begitu istilah pak menteri) saat ia sudah menikah.

Tapi jaman sekarang, sulit mencegah terpaan media-yang-ngajarin-seks pada remaja. Karena itu, perlu pendidikan seks, dengan fokus pada pendidikan agama serta moral, agar generasi muda Indonesia terlindung dari hal-hal yang penuh mudharat itu.




Untuk kedua adik laki-lakiku yang sedang beranjak remaja,
Yusuf dan Rama:
Jadi anak yang sholeh ya!
:-*

Senin, 14 Juni 2010

Dia Bilang..

“Ya udah, kamu nikah aja sama dia. Kata kamu dia ganteng, baik, mapan, pinter, tipe kamu banget, kan?”

“Lucu. Dulu, pas aku cerita tentang orang yang cuma modal cinta, kamu bilang ‘Makan tuh cinta! Emang cukup nikah cuma pake modal cinta?’ Sekarang kamu malah pake alasan cinta buat bisa tetap sama aku. Gimana sih? Gak konsisten,”

“Kamu kan pengennya cepet nikah, cepet punya anak.. Aku belum bisa. Kamu tahu kan, rencanaku menikah tuh 5 tahun lagi..”

“Aku inget loh, kamu sendiri yang bilang, cinta tak harus memiliki, cinta bisa tumbuh karena terbiasa..”

“Aku ingin kamu bahagia. Aku harap kamu bahagia sama dia..”

“Lalu kenapa kamu ragu..? Kalau kamu memang yakin sama aku, kamu ga akan kepikiran untuk nikah sama laki-laki lain!”

“Gak perlu. Hubungan kita cukup sampai disini,”







Kenapa sih, kamu ga sedikit pun berusaha mempertahankan aku?
sedikiiit,
saja?

Selasa, 08 Juni 2010

Buat Kamu

Langsung saja.
Kenapa aku malas mengangkat telepon darimu?
Karena kamu hanya berbicara tentang dirimu sendiri.
Berbicara tentang hal-hal yang tidak aku mengerti.
Membahas topik yang aku tak ingin peduli.
Hingga aku tak punya alasan untuk mendengarkan…

-----

Aku pernah membaca di sebuah buku, kalau tidak salah judulnya adalah Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain, karya Dale Carnegie. Salah satu poin dalam buku itu, disebutkan bahwa topik yang paling disukai orang adalah tentang dirinya sendiri. Makanya, Carnegie menyarankan, jika kita ngobrol dengan seseorang, bicarakan segala hal yang disukai lawan bicara. Tanyakan pekerjaannya, hobinya, kegiatan yang paling disukainya, keluarganya, prestasinya, dan seterusnya.
Dan jika lawan bicara memahami tentang komunikasi antarpribadi yang efektif, ia akan bersikap sama: bertanya balik pada kita. Sehingga terjalin komunikasi dua arah yang seimbang, dengan topik yang disukai masih-masing pihak.

-----

Sekarang, mari bicara tentang kamu.
Kita mengawali pertemanan dengan cara yang tidak aku sukai. Awalnya aku mencoba berkompromi. Aku mencoba menghargai kamu yang cukup sopan. Mungkin kita bisa berteman.

Tapi semakin lama, aku tidak melihat adanya ‘keuntungan’ dengan hubungan pertemanan via telepon ini. Aku masih menghargai jika kamu bicara tentang pribadi kamu. Tapi aku heran, untuk apa aku mendengarkan tentang whoever-i-don’t-care, whatever-i-don’t-understand?

Untuk apa aku mendengarkan cerita kamu? Tragedi cintamu? Untuk inspirasi menulis? Untuk dijadikan biografi? Oh please, kalau aku bikin biografi, orang pertama yang akan aku tulis kisah hidupnya adalah ayahku. Lalu aku (nanti, kalau aku sudah sukses).

Aku tekankan, aku tidak mengerti apa yang kamu omongkan, dan aku tidak peduli.
Maaf, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan pertemanan ini.

Ah, mengingat kamu yang selalu berbicara tentang kamu, kehidupanmu, dan dirimu, tiba-tiba aku jadi teringat seseorang. Seseorang yang selalu bertanya padaku tentang aku, kehidupanku, dan diriku.
Jujur saja, aku sempat sebal. Mengapa dia begitu ingin tahu? Tapi sejak mengenalmu, aku sadar bahwa seharusnya aku bersyukur ia begitu. Setidaknya, ia berbicara tentang aku. Bukan tentang dirinya. Tidak seperti kamu.

Kamu pernah bilang, “Aku sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada seseorang yang namanya sama dengan kamu,”
Entah kebetulan atau tidak, aku ingin mengatakan bahwa “Aku beruntung bersahabat dengannya, dengan dia yang namanya sama denganmu,”

Buat kamu, Kang R,
Aku ingin kamu berhenti menghubungiku.
Please,

Please.

Tetaplah mencari teman,
dan semoga kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama..


For my bestfriend, R,
Thanks for your caring. I really apreciate it..

Kamis, 03 Juni 2010

3 Hati 2 Dunia 1 Cinta Goes To Campus (Part 2)

Salah satu pertanyaan paling menarik menurut aku adalah ini,
“Sepenting apa sih adegan ciuman dalam film-film horor?”

Kata Mas Muchus, kalau dari sudut pandang produser: setengah penting.
Dari sudut pandang pemilik bioskop: penting banget.
Kalau dari sudut pandang aktor: ga penting-penting amat.
Beliau juga menjelaskan kalau sebenarnya banyak cara menunjukkan cinta selain ciuman.
Kalau pun ada adegan ciuman, ga harus ditunjukkan persis di depan kamera (baca: medium close up). Ada banyak trik yang bisa dilakukan untuk adegan ciuman agar tidak terlihat vulgar.

Di antara para peserta juga hadir seorang ibu yang mengidolakan Mas Muchus. Si Ibu ngomongnya dengan suara bergetar dan (kayaknya sih) pengen nangis gitu. Terharu banget karena ketemu idolanya mungkin :p

Beliau mengenang acara Losmen Pak Broto (?) dimana salah satu pemainnya adalah Mas Muchus (peserta yang lain, kebanyakan mahasiswa, pada 'roaming' karena ga ngerti. Haha..).

Sang ibu juga mengungkapkan kerinduannya terhadap tayangan-tayangan berkualitas seperti Keluarga Cemara, yang mengajarkan moralitas dan mengandung nilai-nilai budaya Indonesia, yang pesan utamanya kuat dan tersampaikan, bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga. Tidak seperti sinetron-sinetron sekarang yang ceritanya tentang konflik keluarga, perselingkuhan, dan sejenisnya.

Mas Muchus menanggapi bahwa sekarang ini realitasnya memang seperti itu, pahit. Adalah tanggungjawab kita bersama untuk mengatasi masalah itu. Solusinya, MULAI DARI DIRI SENDIRI.

TINGKATKAN SELERA KITA,
tontonlah hanya film/ sinetron/ tayangan yang bagus dan berkualitas.


Aku setuju banget tuh. Logikanya, kalau penonton Indonesia seleranya tinggi, tentu tayangan seks-horor-jelek-sampah itu ga bakal laku, ga ada yang nonton, dan para produser pun berlomba-lomba membuat tayangan bagus untuk memenuhi selera tinggi khalayak *semoga ga cuma mimpi*

Mas Muchus juga sempat bilang, bahwa kewajiban pemerintah adalah untuk menaikkan standar rata-rata pendidikan rakyat Indonesia, karena pendidikan berbanding lurus dengan selera menonton
*aku baru tahu..*



By the way busway on the way, FYI,

Mathias Muchus sedang menyutradarai film Rindu Purnama, Sabtu ini memasuki masa shooting.

Film Mizan Productions yang akan diproduksi setelah ini adalah… PERAHU KERTAS! *mupeng pengen ikutan syutingnya*

By the way busway on the way (lagi), ni OOT

Aku menemukan seorang peserta yang menarik perhatian. Pinky boy dunia nyata. Cowok botak, pake topi pink, kemeja pink, celana kain pink, kaus kaki putih, dan sepatu kets pink. Di lehernya ada syal, bentuknya kayak kerudung segiempat, warna pink juga. Wow. Dia adalah salah satu penanya di sesi Mas Muchus. Mas Muchus sempat heran, “Dalam rangka apa kamu berpakaian seperti itu?”
Dan beginilah kira-kira jawaban sang Pinky Boy,

“Tidak dalam rangka apa-apa. Bagi saya pink sama dengan hitam. Pink bisa dipakai oleh cewek atau cowok. Ini hanya masalah gender,”

Semua orang bertepuk tangan. Mas Muchus juga memujinya, karena dia berani & jujur, suatu kualitas yang mutlak diperlukan kalau mau jadi aktor :)




Pokoknya hari itu dapet banyak ilmu dan wawasan.
Banyak tawa. Banyak doorprize (tapi aku ga dapet T.T).
Nyesel banget lah kalian yang gak ikutan. Huehehehe…
*dilemparin kertas karena ga ngajak-ngajak*


1 Juli kita nonton bareng yuuuuuwwk..!

3 Hati 2 Dunia 1 Cinta Goes To Campus (Part 1)

Tanggal 2 Juni 2010, aku menghadiri acara 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta Goes To Campus yang diadakan Mizan Productions dan Klub Film Mizan, yang bekerjasama dengan Fikom Unisba. Workshop ini terbagi menjadi tiga sesi, dengan para pembicara yang sangat menarik:
Ben Sohib (penulis novel yang jadi sumber cerita film ini),
Benni Setiawan (penulis naskah & sutradara),
Rikrik El Saptaria (acting coach), dan..
Mathias Muchus!

SESI 1
Aku datang sangat terlambat. Acara mulai jam 9an, aku datang jam 11.
Jadi ga dapet materinya deh. Hiks hiks.
Tapi sempet lihat trailernya, dan bagus.
Pokoknya harus nonton fimnya nanti!

Yang aku dapat dari sesi itu antara lain, bahwa film komedi romantis ini diangkat dari dua novel karya Ben Sohib, berjudul The Da Peci Cod dan Rosid & Delia.
Ceritanya tentang Rosid si rambut kribo (Reza Rahadian) yang saling mencintai dengan Delia (Laura Basuki). Sayang, mereka berbeda keyakinan (Rosid Islam, Delia Kristen).
Hubungan cinta mereka tidak direstui oleh orangtua kedua belah pihak.
Rosid juga dijodohkan dengan sepupunya yang cantik dan berjilbab, namanya Nabila (Arumi Bachsin). Lalu bagaimana akhirnya? Mari kita nonton saja, karena aku juga gak tau :p

SESI 2
Di sesi ini, Rikrik El Saptaria memberikan sedikit materi tentang Acting Coach, lalu praktek. Para peserta diajak olah tubuh (kayak pemanasan kalau mau olahraga), dan latihan akting.
Oya, tiap peserta memang mendapat contoh naskah dua halaman untuk dipraktekan di sesi ini.

Di sini aku nonton doang. Habis, memang ga tertarik jadi pemain. Tapi sesi ini cukup menarik kok. Aku ngebayangin, asik nih kalau para aktris dan aktor wannabe CC hadir disini. Pasti seru.

Sesi dua berakhir beberapa menit sebelum jam 1, lalu break.

Aku sempat ingin pulang. Apalagi sepertinya sesi tiga ini masih tentang acting/casting.
Sekali lagi, aku ga minat-minat jadi aktris.
Tapi entah kenapa, kakiku tetap melangkah.
Takdir Allah kali :p

SESI 3
Sumpah, sesi ketiga yang bertema Cara Menembus Casting ini SERU BANGET!!!!!! (enam tanda seru). Menurut aku sih, faktor utamanya karena Mathias Muchus. Beliau membawakan materinya asik banget (Btw, aku duduk paling depan loh. Niat amat ya? Haha).

Pertama, ia membawakan materi dengan berdiri lebih dekat dengan peserta, kayak trainer dan dosen (emang beliau dosen sih).
Penguasaan ‘panggung’nya juga bagus (beuh, bahasaku…!).
Ia sangat interaktif, tidak hanya dengan peserta, bahkan sempat bertanya dengan moderator, “Kalau Produser Mizan ngajak ibu casting, ibu mau ga?” hehe..

Berikut ini adalah beberapa poin penting materinya
1. Casting adalah mencari komposisi pemain yang tepat. Orang yang jago akting tidak serta merta bisa langsung diajak main, karena belum tentu cocok memainkan peran yang dibutuhkan.
Mencari pemain yang tepat awalnya dengan melihat dari tampilan fisik, kemudian baru kemampuan.
Fisik disini bukan berarti harus cantik atau ganteng. Kalau cuma mengandalkan itu, ga akan lama karirnya.
Setiap aktor, kalau mau sukses, harus punya KOMITMEN, KEJUJURAN, LOYALITAS, KECINTAAN TERHADAP PROFESI, dan KERJA KERAS *nyontek catatan *

2. Kalau berminat jadi aktor/aktris, tanyakan pada diri sendiri, apakah memang karena cinta pada dunia seni peran, atau karena faktor lain, seperti popularitas atau uang?

3. Ada quote bagus nih: Kalau kita menghormati suatu bidang, bidang itu akan menghormati kita

4.Sekecil apapun suatu peran, harus dilakukan dengan serius.

5.Untuk memasukkan jiwa tokoh ke dalam diri kita, kita harus menjadikan tokoh tersebut ‘obsesi’ kita, membiasakan diri berperilaku sehari-hari sebagai tokoh yang akan diperankan..
(Aku jadi inget Arifin Putra yang kemana-mana bawa pisau di kantong pas mendalami karakter Adam untuk film Rumah Dara)

Sesi tanya jawab tidak kalah menarik.
Salah satu pertanyaan paling menarik menurut aku adalah ini,
“Sepenting apa sih adegan ciuman dalam film-film horor?”


... bersambung

3 Musketeers





Date : Juni 1st, 2010
Location : Tangkuban Parahu, West Java